BAB 1
TINJAUAN TEORI
1.1 DEFINISI
Post polio
sindrom adalah sekumpulan gejala-gejala yang menyebabkan pembatasan fisik dan
kecacatan, yang terjadi bertahun-tahun setelah terkena penyakit polio. Post
polio sindrom ini biasanya timbul setelah pemulihan dari serangan akut
awal polio virus. Post
polio sindrom dapat mempengaruhi sekitar 25-50% dari orang-orang yang
sebelumnya telah dikontrak poliomielitis. ). Hanya orang-orang yang pernah mengidap
polio yang akan mengalami sindroma pasca polio. Mengidap sindroma pasca polio
bukan berarti orang yang bersangkutan menderita polio lagi. Gejala biasanya muncul
15-30 tahun setelah pemulihan dari serangan polio awal dan biasanya terjadi pada usia 35 sampai 60. Gejala termasuk akut
atau meningkat kelemahan otot
yang sebelumnya terkena infeksi polio dan pada otot yang tampaknya tidak
terpengaruh, selain itu juga mengalami nyeri di otot , dan kelelahan.
1.2 ETIOLOGI
Penyebab
dari p[ost polio sindrom adalah
poliomyelitis Family Pecornavirus dan Genus virus, yang dapat dibagi 3
yaitu:
1.
Brunhilde
2.
Lansing
3.
Leon; Dapat hidup berbulan-bulan didalam air, mati
dengan pengeringan /oksidan.
Masa
inkubasi : 7-10-35 hari
Klasifikasi
virus
Golongan :
Golongan IV ((+)ssRNA)
Familia :
Picornaviridae
Genus :
Enterovirus
Spesies :
Poliovirus
1.3 TANDA
DAN GEJALA
1. Suhu
tubuh meningkat
2. Sakit
kepala disertai mual dan muntah
3. Kram
pada otot leher dan punggung
4. Otot terasa lembek jika disentuh
5. Kelumpuhan terjadi dalam 1 minggu permulaan
sakit
6. Kaku
kuduk dan punggung
7. Kelemahan otot asimetrik
8. Perasaan
ganjil atau aneh di daerah yang terkena (seperti tertusuk jarum)
9. Peka terhadap sentuhan (sentuhan ringan bisa
menimbulkan nyeri)
10. Sulit untuk memulai proses berkemih
11. Sembelit
12. Perut kembung
13. Gangguan menelan dan pernafasan
14. Nyeri otot
15. Kejang otot, terutama otot betis, leher atau
punggung
1.4 PATOFISIOLOGI
Virus polio masuk melalui mulut dan
hidung, berkembangbiak di dalam tenggorokkan dan saluran pencernaan, diserap
dan disebarkan melalui system pembuluh darah dan pembuluh getah bening. Virus
ini dapat memasuki aliran darah dan mengalir ke sistem saraf pusat menyebabkan
melemahnya otot dan kadang kelumpuhan (paralisis).
Virus hanya menyerang sel-sel dan
daerah susunan syaraf tertentu. Tidak semua neuron yang terkena mengalami
kerusakan yang sama dan bila ringan sekali dapat terjadi penyembuhan fungsi
neuron dalam 3-4 minggu sesudah timbul gejala. Daerah yang biasanya terkena
post polio sindrom ialah :
1. Medula
spinalis terutama kornu anterior.
2. Batang otak
pada nucleus vestibularis dan inti-inti saraf cranial serta formasio
retikularis yang mengandung pusat vital.
3. Sereblum
terutama inti-inti virmis.
4. Otak tengah
“midbrain” terutama masa kelabu substansia nigra dan kadang-kadang nucleus
rubra.
5. Talamus dan
hipotalamus.
6. Palidum
7. Korteks serebri, hanya daerah motorik.
1.5 MANIFESTASI
KLINIS
1. Kelemahan dan nyeriotot dan sendi yang progresif (tambah
lama tambahmemberat)
2. Gangguanmenelanataupernafasan
3. Gangguanpernafasansaattidur (sleep apnea)
4. Tidak
tahan suhu lingkungan yang dingin
5. Semakin
melemahnya otot yang sebelumnya terkena polio
6. Atropi
(pengecilan) otot
7. Nyeri
sendi dan kelainan bentuk tulang seperti skoliosis (bungkuk)
8. Mengalami
atropi otot spinal walaupun jarang
9. Timbul sklerosis lateral amiotrofik (ALS,
amyotrophic lateral sclerosis).
1.6 PEMERIKSAAN
PENUNJANG
1. Electromyography
(EMG) dan uji konduksi saraf.
Disini diukur muatan
listrik otot. Uji ini berguna untuk menyingkirkan kondisi seperti neuropati,
anomaly saraf dan myopati (kelainan pada otot bukannya pada saraf
2. Imaging.
Dapat berupa magnetic
resonance imaging (MRI) atau computerized tomography (CT), meneliti adanya
kelainan pada otak dan sumsum tulang belakang. Dapat menyingkirkan kelainan seperti
spondylosis, kelainan pada sumsum tulang belakang akibat degenerasi, atau
spinal stenosis, penyempitan kolumna spinalis yang menekan saraf.
3. Test
darah.
Penderita dengan
post-polio syndrome didapatkan hasil darah normal, bila didapatkan kelainan tes
darah dapat menunjukkan kelainan lain, seperti diabetes, dll.
1.7 PENATALAKSANAAN
1. Mengurangi
aktivitas termasuk menggunakan alat Bantu bila diperlukan seperti tongkat, atau
bahkan kursi roda pada kondisi tertentu. Disinilah peran seorang fisioterapis.
2. Terapi
fisik. Umumnya dengan aktivitas yang tidak terlalu menguras tenaga seperti
berenang atau olah raga aerobic di air. Tapi tetap tidak boleh berlebihan
3. Occupational
therapy. Dilakukan perubahan gaya hidup termasuk aktivitas sehari-hari termasuk
pekerjaan/profesi.
4. Speech
therapy. Terutama pada penderita dengan gangguan otot bicara.
5. Terapi
sleep apnea. Sering didapatkan pada penderita dengan post-polio syndrome,
sebaiknya hindari tidur tengkurap karena pangkal lidah akan jatuh ke bawah dan
menutup saluran pernafasan.
6. Obat-obatan.
Seperti Aspirin dan obat penghilang rasa sakit lainnya. Banyak obat lain yang
sedang dalam uji klinis tapi belum didapatkan hasil yang dapat digunakan pada
klinis seperti pyridostigmine (Mestinon), amantadine (Symmetrel), modafinil (Provigil),
insulin-like growth factor-I (IGF-I) dan alpha-2 recombinant interferon. Studi
lain meneliti penggunaan immunoglobulin intravena, tetapi sekali lagi belum
didapat hasil yang dapat digunakan secara praktis diklinik.
BAB II
TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Riwayat
Kesehatan
Riwayat pengobatan penyakit-penyakit dan riwayat imunitas
2.
Pemeriksaan Fisik
a.
Nyeri
kepala
b.
Paralisis
c.
Refleks tendon berkurang
d.
Kaku kuduk
e.
Brudzinky
f. DIAGNOSA
1. Perubahan
nutrisi dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan susah menelan
2. Gangguan
mobilitas fisik beerhubungan dengan paralysis
3. Hipertermi berhubungan
dengan proses infeksi.
4. Nyeri berhubungan
dengan proses infeksi yang menyerang syaraf
g. INTERVENSI
1. Perubahan nutrisi
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan susah menelan
Tujuan :Nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh dapat diatasi
Kriteria
Hasil :
a.
Pasien menunjukkan peningkatan nafsu
makan
b.
Pasien mempertahankan meningkat BB
Intervensi :
a.
Kaji pola makan anak.
R/ : Mengetahui intake dan output anak
b.
Berikan makanan secara adekuat.
R/ : Untuk mencakupi masukan sehingga output dan
intake seimbang.
c.
Berikan nutrisi kalori, protein, vitamin dan mineral.
R/ : Mencukupi kebutuhan nutrisi dengan seimbang.
d.
Timbang berat badan.
R/ : Mengetahui perkembangan anak
e.
Berikan makanan kesukaan anak.
R/ : Menambah masukan dan merangsang anak untuk makan
lebih banyak.
f.
Berikan makanan tapi sering.
R/ : Mempermudah proses pencernaan.
2. Gangguan
mobilitas fisik beerhubungan dengan paralysis
Tujuan : Pasien dapat melakukan
aktivitas ringan sendiri tanpa bantuan orang lain
Kriteria Hasil :
a. Pasien
dapat melakukan gerak ringan
b. Pasien
dapat melakukan aktivitas ringan tanpa bantuan orang lain
Intervensi :
a. Tentukan
aktivitas atau keadaan fisik anak.
R/ : . Memberikan informasi untuk mengembangkan
rencana perawatan bagi program rehabilitasi.
b. Catat dan
terima keadaan kelemahan (kelelahan yang ada).
R/ : Kelelahan yang dialami dapat mengindikasikan
keadaan anak.
c. Indetifikasi factor-faktor yang mempengaruhi
kemampuan untuk aktif seperti pemasukan makanan yang tidak adekuat.
R/ : Memberikan kesempatan untuk memecahkan masalah
untuk mempertahankan atau meningkatkan mobilitas.
d. Evaluasi
kemampuan untuk melakukan mobilisasi secara aman.
R/ : Latihan berjalan dapat meningkatkan keamanan dan
efektifan anak untuk berjalan
3. Hipertermi
berhubungan dengan proses infeksi
Tujuan : Suhu kembali normal
setelah 3 x 24 jam selama perawatan
Kriteria Hasil : Suhu menjadi
normal kembali ( 360 -370 C)
Intervensi :
a. Pantau
suhu tubuh
R/ : Untuk mencegah kedinginan
tubuh yang berlebih
b. Jangan
pernah menggunakan usapan alcohol saat mandi atau kompres
R/ : Dapat menyebabkan efek
neurotoksi
c. Hindari
mengigil
R/ : Mengurangi penguapan tubuh
d. Kompres
mandi hangat durasi 20-30 menit
R : Dapat membantu mengurangi demam
4. Nyeri berhubungan
dengan proses infeksi yang menyerang syaraf
Tujuan : Nyeri berkurang setelah
dilakukan perawatan selama 3 x 24 jam
Kriteria Hasil :
a. Pasien
mengatakan nyeri berkurang
b. Pasien
merasa nyaman
Intervensi :
a. Lakukan
strategi non farmakologis untuk membantu anak mengatasi nyeri.
R/ : Teknik-teknik seperti relaksasi, pernafasan
berirama, dan distraksi dapat membuat nyeri dan dapat lebih di toleransi.
b.
Libatkan orang tua dalam memilih strategi.
R/ : Karena
orang tua adalah yang lebih mengetahui anak
c.
Ajarkan anak untuk menggunakan strategi non
farmakologis khusus sebelum nyeri.
R/ :
Pendekatan ini tampak paling efektif pada nyeri ringan.
d.
Minta orang tua membantu anak dengan menggunakan
srtategi selama nyeri.
R/ : Latihan ini mungkin diperlukan untuk membantu
anak berfokus pada tindakan yang diperlukan.
e. Berikan
analgesic sesuai indikasi.
R/ : Mengurangi nyeri
.
Jadi apakah orang yg menfalami Polio post syndrom dpt menularkan bayi yg belum di vaksin polio?
BalasHapusJadi apakah orang yg menfalami Polio post syndrom dpt menularkan bayi yg belum di vaksin polio?
BalasHapus