Selasa, 02 Oktober 2012

POST POLIO


BAB 1
TINJAUAN TEORI

1.1    DEFINISI
Post polio sindrom adalah sekumpulan gejala-gejala yang menyebabkan pembatasan fisik dan kecacatan, yang terjadi bertahun-tahun setelah terkena penyakit polio. Post polio sindrom ini biasanya timbul  setelah pemulihan dari serangan akut awal polio virus. Post polio sindrom dapat mempengaruhi sekitar 25-50% dari orang-orang yang sebelumnya telah dikontrak poliomielitis. ). Hanya orang-orang yang pernah mengidap polio yang akan mengalami sindroma pasca polio. Mengidap sindroma pasca polio bukan berarti orang yang bersangkutan menderita polio lagi. Gejala biasanya muncul 15-30 tahun setelah pemulihan dari serangan polio awal dan  biasanya terjadi  pada usia 35 sampai 60. Gejala termasuk akut atau meningkat kelemahan otot yang sebelumnya terkena infeksi polio dan pada otot yang tampaknya tidak terpengaruh, selain itu juga mengalami nyeri di otot , dan kelelahan.

1.2    ETIOLOGI
Penyebab dari p[ost polio sindrom adalah  poliomyelitis Family Pecornavirus dan Genus virus, yang dapat dibagi 3 yaitu:
1.      Brunhilde
2.      Lansing
3.      Leon; Dapat hidup berbulan-bulan didalam air, mati dengan pengeringan /oksidan.
Masa inkubasi : 7-10-35 hari
Klasifikasi virus
Golongan : Golongan IV ((+)ssRNA)
Familia : Picornaviridae
Genus : Enterovirus
Spesies : Poliovirus

1.3    TANDA DAN GEJALA
1.      Suhu tubuh meningkat
2.      Sakit kepala disertai mual dan muntah
3.      Kram pada otot leher dan punggung
4.       Otot terasa lembek jika disentuh
5.       Kelumpuhan terjadi dalam 1 minggu permulaan sakit
6.      Kaku kuduk dan punggung
7.       Kelemahan otot asimetrik
8.      Perasaan ganjil atau aneh di daerah yang terkena (seperti tertusuk jarum)
9.       Peka terhadap sentuhan (sentuhan ringan bisa menimbulkan nyeri)
10.   Sulit untuk memulai proses berkemih
11.   Sembelit
12.   Perut kembung
13.   Gangguan menelan dan pernafasan
14.   Nyeri otot
15.   Kejang otot, terutama otot betis, leher atau punggung

1.4    PATOFISIOLOGI
Virus polio masuk melalui mulut dan hidung, berkembangbiak di dalam tenggorokkan dan saluran pencernaan, diserap dan disebarkan melalui system pembuluh darah dan pembuluh getah bening. Virus ini dapat memasuki aliran darah dan mengalir ke sistem saraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan kadang kelumpuhan (paralisis).
Virus hanya menyerang sel-sel dan daerah susunan syaraf tertentu. Tidak semua neuron yang terkena mengalami kerusakan yang sama dan bila ringan sekali dapat terjadi penyembuhan fungsi neuron dalam 3-4 minggu sesudah timbul gejala. Daerah yang biasanya terkena post polio sindrom ialah :
1.      Medula spinalis terutama kornu anterior.
2.      Batang otak pada nucleus vestibularis dan inti-inti saraf cranial serta formasio retikularis yang mengandung pusat vital.
3.      Sereblum terutama inti-inti virmis.
4.      Otak tengah “midbrain” terutama masa kelabu substansia nigra dan kadang-kadang nucleus rubra.
5.      Talamus dan hipotalamus.
6.       Palidum
7.       Korteks serebri, hanya daerah motorik.




1.5    MANIFESTASI KLINIS
1.      Kelemahan dan nyeriotot dan sendi yang progresif (tambah lama tambahmemberat)
2.      Gangguanmenelanataupernafasan
3.      Gangguanpernafasansaattidur (sleep apnea)
4.      Tidak tahan suhu lingkungan yang dingin
5.      Semakin melemahnya otot yang sebelumnya terkena polio
6.      Atropi (pengecilan) otot
7.      Nyeri sendi dan kelainan bentuk tulang seperti skoliosis (bungkuk)
8.      Mengalami atropi otot spinal walaupun jarang
9.       Timbul sklerosis lateral amiotrofik (ALS, amyotrophic lateral sclerosis).

1.6    PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.      Electromyography (EMG) dan uji konduksi saraf.
Disini diukur muatan listrik otot. Uji ini berguna untuk menyingkirkan kondisi seperti neuropati, anomaly saraf dan myopati (kelainan pada otot bukannya pada saraf
2.      Imaging.
Dapat berupa magnetic resonance imaging (MRI) atau computerized tomography (CT), meneliti adanya kelainan pada otak dan sumsum tulang belakang. Dapat menyingkirkan kelainan seperti spondylosis, kelainan pada sumsum tulang belakang akibat degenerasi, atau spinal stenosis, penyempitan kolumna spinalis yang menekan saraf.
3.      Test darah.
Penderita dengan post-polio syndrome didapatkan hasil darah normal, bila didapatkan kelainan tes darah dapat menunjukkan kelainan lain, seperti diabetes, dll.
1.7    PENATALAKSANAAN
1.      Mengurangi aktivitas termasuk menggunakan alat Bantu bila diperlukan seperti tongkat, atau bahkan kursi roda pada kondisi tertentu. Disinilah peran seorang fisioterapis.
2.      Terapi fisik. Umumnya dengan aktivitas yang tidak terlalu menguras tenaga seperti berenang atau olah raga aerobic di air. Tapi tetap tidak boleh berlebihan
3.      Occupational therapy. Dilakukan perubahan gaya hidup termasuk aktivitas sehari-hari termasuk pekerjaan/profesi.

4.      Speech therapy. Terutama pada penderita dengan gangguan otot bicara.
5.      Terapi sleep apnea. Sering didapatkan pada penderita dengan post-polio syndrome, sebaiknya hindari tidur tengkurap karena pangkal lidah akan jatuh ke bawah dan menutup saluran pernafasan.
6.      Obat-obatan. Seperti Aspirin dan obat penghilang rasa sakit lainnya. Banyak obat lain yang sedang dalam uji klinis tapi belum didapatkan hasil yang dapat digunakan pada klinis seperti pyridostigmine (Mestinon), amantadine (Symmetrel), modafinil (Provigil), insulin-like growth factor-I (IGF-I) dan alpha-2 recombinant interferon. Studi lain meneliti penggunaan immunoglobulin intravena, tetapi sekali lagi belum didapat hasil yang dapat digunakan secara praktis diklinik.
























BAB II
TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN

A.    PENGKAJIAN
1.      Riwayat Kesehatan
Riwayat pengobatan penyakit-penyakit dan riwayat imunitas
2.       Pemeriksaan Fisik
a.        Nyeri kepala
b.      Paralisis
c.       Refleks tendon berkurang
d.      Kaku kuduk
e.       Brudzinky

f.       DIAGNOSA
1.      Perubahan nutrisi dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan susah menelan
2.      Gangguan mobilitas fisik beerhubungan dengan paralysis
3.      Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi.
4.      Nyeri berhubungan dengan proses infeksi yang menyerang syaraf
g.      INTERVENSI
1.      Perubahan nutrisi dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan susah menelan
Tujuan :Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat diatasi
Kriteria Hasil :
a.       Pasien menunjukkan peningkatan nafsu makan
b.      Pasien mempertahankan meningkat BB
Intervensi :
a.       Kaji pola makan anak.
R/ : Mengetahui intake dan output anak
b.      Berikan makanan secara adekuat.
R/ : Untuk mencakupi masukan sehingga output dan intake seimbang.
c.       Berikan nutrisi kalori, protein, vitamin dan mineral.
R/ : Mencukupi kebutuhan nutrisi dengan seimbang.
d.      Timbang berat badan.
R/ : Mengetahui perkembangan anak
e.       Berikan makanan kesukaan anak.
R/ : Menambah masukan dan merangsang anak untuk makan lebih banyak.
f.       Berikan makanan tapi sering.
R/ : Mempermudah proses pencernaan.
2.      Gangguan mobilitas fisik beerhubungan dengan paralysis
Tujuan : Pasien dapat melakukan aktivitas ringan sendiri tanpa bantuan orang lain
Kriteria Hasil :
a.       Pasien dapat melakukan gerak ringan
b.      Pasien dapat melakukan aktivitas ringan tanpa bantuan orang lain

Intervensi :
a.       Tentukan aktivitas atau keadaan fisik anak.
R/ : . Memberikan informasi untuk mengembangkan rencana perawatan bagi program rehabilitasi.
b.      Catat dan terima keadaan kelemahan (kelelahan yang ada).
R/ : Kelelahan yang dialami dapat mengindikasikan keadaan anak.
c.        Indetifikasi factor-faktor yang mempengaruhi kemampuan untuk aktif seperti pemasukan makanan yang tidak adekuat.
R/ : Memberikan kesempatan untuk memecahkan masalah untuk mempertahankan atau meningkatkan mobilitas.
d.      Evaluasi kemampuan untuk melakukan mobilisasi secara aman.
R/ : Latihan berjalan dapat meningkatkan keamanan dan efektifan anak untuk berjalan
3.      Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
Tujuan : Suhu kembali normal setelah 3 x 24 jam selama perawatan
Kriteria Hasil : Suhu menjadi normal kembali ( 360 -370 C)
Intervensi :
a.       Pantau suhu tubuh
R/ : Untuk mencegah kedinginan tubuh yang berlebih
b.      Jangan pernah menggunakan usapan alcohol saat mandi atau kompres
R/ : Dapat menyebabkan efek neurotoksi
c.       Hindari mengigil
R/ : Mengurangi penguapan tubuh
d.      Kompres mandi hangat durasi 20-30 menit
R : Dapat membantu mengurangi demam
4.      Nyeri berhubungan dengan proses infeksi yang menyerang syaraf
Tujuan : Nyeri berkurang setelah dilakukan perawatan selama 3 x 24 jam
Kriteria Hasil :
a.       Pasien mengatakan nyeri berkurang
b.      Pasien merasa nyaman
Intervensi :
a.       Lakukan strategi non farmakologis untuk membantu anak mengatasi nyeri.
R/ : Teknik-teknik seperti relaksasi, pernafasan berirama, dan distraksi dapat membuat nyeri dan dapat lebih di toleransi.
b.      Libatkan orang tua dalam memilih strategi.
R/ : Karena orang tua adalah yang lebih mengetahui anak
c.       Ajarkan anak untuk menggunakan strategi non farmakologis khusus sebelum nyeri.
R/ : Pendekatan ini tampak paling efektif pada nyeri ringan.
d.      Minta orang tua membantu anak dengan menggunakan srtategi selama nyeri.
R/ :  Latihan ini mungkin diperlukan untuk membantu anak berfokus pada tindakan yang diperlukan.
e.       Berikan analgesic sesuai indikasi.
R/ : Mengurangi nyeri

.









2 komentar:

  1. Jadi apakah orang yg menfalami Polio post syndrom dpt menularkan bayi yg belum di vaksin polio?

    BalasHapus
  2. Jadi apakah orang yg menfalami Polio post syndrom dpt menularkan bayi yg belum di vaksin polio?

    BalasHapus