Selasa, 02 Oktober 2012

ANEIA


BAB I
TINJUAN TEORI

1.1    Definisi Anemia Sel Sabit
Anemia sel sabit adalah sejenis anemia kongenital dimana sel darah merah berbentuk menyerupai sabit, karena adanya hemoglobin abnormal.(Noer Sjaifullah,1999)
Anemia sel sabit adalah anemia hemolitika berat akibat adanya defek pada molekul hemoglobin dan disertai dengan serangan nyeri.(Suzanne C. Smeltzer, 2002)  Anemia Sel Sabit (Sickle cell anemia).Disebut juga anemia drepanositik, meniskositosis, penyakit hemoglobin S.
Penyakit Sel Sabit (sickle cell disease) adalah suatu penyakit keturunan yang ditandai dengan sel darah merah yang berbentuk sabit dan anemia hemolitik kronik. Pada penyakit sel sabit, sel darah merah memiliki hemoglobin (protein pengangkut oksigen) yang bentuknya abnormal, sehingga mengurangi jumlah oksigen di dalam sel dan menyebabkan bentuk sel menjadi seperti sabit. Sel yang berbentuk sabit menyumbat dan merusak pembuluh darah terkecil dalam limpa, ginjal, otak, tulang dan organ lainnya; dan menyebabkan berkurangnya pasokan oksigen ke organ tersebut. Sel sabit ini rapuh dan akan pecah pada saat melewati pembuluh darah, menyebabkan anemia berat, penyumbatan aliran darah, kerusakan organ dan mungkin kematian.
1.2    Penyebab/ etiologi
Penyakit sel sabit adalah hemoglobinopati yang disebabkan oleh kelainan struktur hemoglobin. Kelainan struktur terjadi pada fraksi globin di dalam molekul hemoglobin. Globin tersusun dari dua pasang rantai polipeptida. Misalnya, Hb S berbeda dari Hb A normal karena valin menggantikan asam glutamat pada salah satu pasang rantainya. Pada Hb C, lisin terdapat pada posisi itu.
Substitusi asam amino pada penyakit sel sabit mengakibatkan penyusunan kembali sebagian besar molekul hemoglobin jika terjadi deoksigenasi (penurunan tekanan O2). Sel-sel darah merah kemudian mengalami elongasi dan menjadi kaku serta berbentuk sabit.
Deoksigenasi dapat terjadi karena banyak alasan. Eritrosit yang mengandung Hb S melewati sirkulasi mikro secara lebih lambat daripada eritrosit normal, menyebabakan deoksigenasi menjadi lebih lama. Eritrosit Hb S melekat pada endotel, yang kemudian memperlambat aliran darah. Peningkatan deoksigenasi dapat mengakibatkan SDM berada di bawah titik kritis dan mengakibatkan pembentukan sabit di dalam mikrovaskular. Karena kekakuan dan bentuk membrannya yang tidak teratur, sel-sel sabit berkelompok, dan menyebabkan sumbatan pembuluh darah, krisis nyeri, dan infark organ (Linker, 2001). Berulangnya episode pembentukan sabit dan kembali ke bentuk normal menyebabkan membran sel menjadi rapuh dan terpecah-pecah. Sel-sel kemudian mengalami hemolisis dan dibuang oleh sistem monositmakrofag. Dengan demikian siklus hidup SDM jelas berkurang, dan meningkatnya kebutuhan menyebabkan sumsum tulang melakukan penggantian. Hal-hal yang dapat menjadi penyebab anemia sel sabit adalah infeksi, disfungsi jantung, disfungsi paru, anastesi umum, dataran tinggi, dan menyelam. (Price A Sylvia, 2006)
1.3    Patofisiologi
Defeknya adalah satu substitusi asam amino pada rantai beta hemoglobin karena hemoglobin A normal mengandung dua rantai α dan dua rantai β, maka terdapat dua gen untuk sintesa tiap rantai. Trait sel sabit hanya mendapat satu gen normal, sehingga SDM masih mampu mensintesa kedua rantai β dan βs, jadi mereka mempunyai hemoglobin A dan S sehingga mereka tidak menderita anemia dan tampak sehat. Apabila dua orang dengan trait sel sabit sama menikah, beberapa anaknya akan membawa dua gen abnormal dan hanya mempuntai rantai βs dan hanya hemoglobin S, maka anak akan menderita anemia sel sabit. (Smeltzer C Suzanne, 2002)
1.4    Manifestasi Klinik
No.
Sistem
Komplikasi
Tanda dan Gejala
1.
Jantung
Gagal jantung kongestif
Kardiomegali, takikardi, napas pendek, dispnea sewaktu kerja fisik, gelisah
2.
Pernapasan
Infark paru, pneumonia
Nyeri dada, batuk, sesak napas, demam, gelisah
3.
Saraf Pusat
Trombosis serebral
Afasia, pusing, kejang, sakit kepala, disfungsi usus dan kandung kemih
4.
Genitourinaria
Disfungsi ginjal
Nyeri pinggang, hematuria
5.
Gastrointestinal
Kolesistitis, fibrosis hati, abses hati
Nyeri perut, hepatomegali, demam
6.
Okular
Ablasio retina, penyakit pembuluh darah perifer, perdarahan
Nyeri, perubahan penglihatan, buta
7.
Skeletal
Nekrosis aseptik kaput femoris dan kaput humeri
Nyeri, mobilitas berkurang, nyeri dan bengkak pada lengan dan kaki
8.
Kulit
Ulkus tungkai kronis
Nyeri, ulkus terbuka dan mengering




1.5    Komplikasi
Infeksi sering terjadi dan dapat berlangsung fatal pada masa anak-anak kematian mendadak dapat terjadi karena krisis sekuestrasi dimana terjadi pooling sel darah merah ke RES dan kompartemen vaskular sehingga hematokrit mendadak menurun.
Pada orang dewasa menurunnya faal paru dan ginjal dapat berlangsung progresif. Komplikasi lain berupa infark tulang, nekrosis aseptik kaput femoralis, serangan-serangan priapismus dan dapat berakhir dengan impotensi karena kemampuan ereksi. Kelainan ginjal berupa nekrosis papilla karena sickling dan infaris menyebabkan hematuria yang sering berulang-ulang sehingga akhirnya ginjal tidak dapat mengkonsentrasi urine. Kasus-kasus Hb S trait juga dapat mengalami hematuria. (Noer Sjaifullah H.M, 1999, hal : 536).
1.6    Prognosis / Penatalaksanaan
Sekitar 60% pasien anemia sel sabit mendapat serangan nyeri yang berat hampir terus-menerus dan terjadinya anemia sel sabit selain dapat disebabkan karena infeksi dapat juga disebabkan oleh beberapa faktor misalnya perubahan suhu yang ekstrim, stress fisis atau emosional lebih sering serangan ini terjadi secara mendadak. Orang dewasa dengan anemia sel sabit sebaiknya diimunisasi terhadap pneumonia yang disebabkan pneumokokus. Tiap infeksi harus diobati dengan antibiotik yang sesuai. Transfusi SDM hanya diberikan bila terjadi anemia berat atau krisis aplastik. Pada kehamilan usuhakan agar Hb 10-12 g/dl pada trimester ketiga. Kadar Hb perlu dinaikkan hingga 12-14 g/dl sebelum operasi. Penyuluhan sebelum memilih pasangan hidup adalah untuk mencegah keturunan yang homozigot dan mengurangi kemungkinan heterozigot.(Noer Sjaifullah, 1999).
1.7    Pemerikasaan Diagnostik
Infeksi sering terjadi dan dapat berlangsung fatal pada masa anak-anak kematian mendadak dapat terjadi karena krisis sekuestrasi dimana terjadi pooling sel darah merah ke RES dan kompartemen vaskular sehingga hematokrit mendadak menurun.
Pada orang dewasa menurunnya faal paru dan ginjal dapat berlangsung progresif. Komplikasi lain berupa infark tulang, nekrosis aseptik kaput femoralis, serangan-serangan priapismus dan dapat berakhir dengan impotensi karena kemampuan ereksi. Kelainan ginjal berupa nekrosis papilla karena sickling dan infaris menyebabkan hematuria yang sering berulang-ulang sehingga akhirnya ginjal tidak dapat mengkonsentrasi urine. Kasus-kasus Hb S trait juga dapat mengalami hematuria. (Noer Sjaifullah H.M, 1999, hal : 536).















BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANEMIA SEL SABIT

2.1    Pengkajian Keperawatan
Data-data yang perlu dikaji dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien yang menderita anemia sel sabit yaitu :
2.1.1        Pengumpulan data
a. Identifikasi Pasien : nama pasien, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/ bangsa, pendidikan, pekerjaan, dan alamat.
bIdentitas penanggung
c.  Keluhan utama dan riwayat kesehatan masa lalu
Keluhan utama: pada keluhan utama akan nampak semua apa yang dirasakan pasien pada saat itu seperti kelemahan, nafsu makan menurun dan pucat.
Riwayat kesehatan masa lalu: riwayat kesehatan masa lalu akan memberikan informasi kesehatan atau penyakit masa lalu yang pernah diderita.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Penyakit anemia sel sabit dapat disebabkan oleh kelainan/kegagalan genetik yang berasal dari orang tua yang sama-sama trait sel sabit
e. Riwayat kesehatan sekarang
1.      Klien terlihat keletihan dan lemah
2.      Muka klien pucat dan klien mengalami palpitasi
3.      Mengeluh nyeri mulut dan lidah
f.  Pemeriksaan fisik
1.      Aktivitas/ istirahat
Gejala: Keletihan/ kelemahan terus-menerus sepanjang hari, kehilangan produktivitas, kebutuhan tidur lebih besar dan istirahat
Tanda: Tidak bergairah, gangguan gaya berjalan (nyeri)
2.      Sirkulasi
Gejala: Palpitasi atau nyeri dada anginal
Tanda: Takikardi, disritmia (hipoksia), tekanan darah menurun, nadi lemah, pernapasan lambat, warna kulit pucat atau sianosis, konjungtiva pucat.
3.      Eliminasi
Gejala: Sering berkemih, nokturia ( berkemih malam hari)
Tanda: Nyeri tekan pada abdomen, hepatomegali, asites, urine encer, kuning pucat, hematuria, berat jenis urine menurun
4.      Integritas ego
Gejala: Mudah marah, kuatir, takut
Tanda: Ansietas, gelisah
5.      Makanan/ cairan
Gejala: Haus, anoreksia, mual/ muntah
Tanda: Penurunan berat badan, turgor kulit buruk dengan bekas cubitan, tampak kulit dan membran mukosa kering.

6.      Hygiene
Gejala: Keletihan/ kelemahan, kesulitan mempertahankan nyeri
Tanda: Ceroboh, penampilan tidak rapi
7.      Neurosensori
Gejala: Sakit kepala/ pusing, gangguan penglihatan, kesemutan pada ekstremitas
Tanda: Kelemahan otot, penurunan kekuatan otot, ataksia, kejang
8.      Nyeri/ kenyamanan
Gejala: Nyeri punggung, sakit kepala
Tanda: Penurunana rentang gerak, gelisah
9.      Pernapasan
Gejala: Dispnea saat bekerja/ istirahat
Tanda: Distres pernapasan akut, bunyi bronkial, bunyi napas menurun, mengi
10.  Keamanan
Gejala: Riwayat transfusi
Tanda: Demam ringan, gangguan penglihatan, gangguan ketajaman penglihatan
11.  Seksualitas
Gejala: Kehilangan libido, amenorea, priapisme
Tanda: Maturitas seksual terlambat, serviks dan dinding vagina (anemia).

2.1.2        Pemeriksaan Penunjang
a. Jumlah Darah Lengkap ( JDL): Leukosit dan trombosit menurun
b. Retikulosit: jumlah dapat bervariasi dari 30% – 50%
c. Pewarnaan SDM: menunjukkan sebagian sabit atau lengkap
d. LED: meningkat
e. Eritrosit: menurun
f. GDA: dapat menunjukkan penurunan PO2
g. Billirubin serum: meningkat
h. LDH: meningkat
i. TIBC: normal sampai menurun
j. IVP: mungkin dilakukan untuk mengevaluasi kerusakan ginjal
k. Radiografik tulang: mungkin menunjukkan perubahan tulang
l.  Rontgen: mungkin menunjukkan penipisan tulang, osteoporosis
2.2    Diagnosa Keperawatan

1.      Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan penurunan kapasitas pembawa oksigen darah.
2.      Perubahan perfusi jaringan yang berhubungan dengan penurunan fungsi/ kerusakan miokardial akibat infark kecil, deposit besi, dan fibrosis.
3.      Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan peningkatan kebutuhan cairan.
4.      Nyeri yang berhubungan dengan aglutinasi sel sabit dalam pembuluh darah.
5.      Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan gangguan sirkulasi.
6.      Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakitnya.

2.3    Tindakan/ Intervensi Keperawatan
Diagnosa keperawatan: Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan penurunan kapasitas pembawa oksigen darah, yang ditandai oleh: dispnea, gelisah, takikardia, dan sianosis (hipoksia).
Tujuan Umum: Tidak terdapatnya sekret
Tujuan Khusus: Menunjukkan perbaikan ventilasi/ oksigenasi dan bunyi napas normal.
INTERVENSI
RASIONAL
Mandiri
Awasi frekuensi/ kedalaman pernapasan, area sianosis.

Indikator keadekuatan fungsi pernapasan atau tingkat gangguan dan kebutuhan/keefektifan terapi.
Auskultasi bunyi napas, catat adanya/ takadanya, dan bunyi adventisisus.
Terjadinya atelektasis dan stasis sekret dapat mengganggu pertukaran gas.
Kaji laporan nyeri dada dan peningkatan kelemahan.
Menggambarkan terjadinya infeksi paru, yang meningkatkankerja jantung dan kebuttuhan oksigen.
Meningkatkan ekspansi dada optimal, memobilisasikan sekresi, dan menurunkan stasis sekret.

Kaji tingkat kesadaran.
Jaringan otak sangat sensitif pada penurunan oksigen dan  merupakan indikator dini terjadinya hipoksia
Kaji toleransi aktivitas; tempatkan pasien pada tirah baring.
Penurunan kebutuhan metabolik tubuh menurunkan kebutuhan O2.
Dorong pasien untuk memilih periode istirahat dan aktivitas.
Melindungi dari kelelahan berlebihan.
Peragakan dan dorong penggunaan teknik relaksasi.
Relaksasi menurunkan teganagn otot dan ansietas.
Tingkatkan masukan cairan yang adekuat.
Masukan yang mencukupi perlu untuk mobilisasi sekret.
Batasi pengunjung/ staf.
Melindungi dari potensial sumber infeksi pernapasan.
Kolaborasi
Berikan suplemen O2 sesuai indikasi.
Memaksimalkan transpor O2 ke jaringan, khususnya pada adanya gangguan paru/ pneumonia.
Lakukan/ bantu fisioterapi dada.
Dilakukan untuk memobilisasi sekret dan meningkatkan pengisian udara area paru.
Berikan pak SDM atau transfusi tukar sesuai indikasi
Meningkatkan jumlah sel pembawa oksigen, melarutkan persentase hemoglobin S (untuk mencegah sabit) dan merusak sel sabit.

Diagnosa keperawatan: Perubahan perfusi jaringan yang berhubungan dengan penurunan fungsi/ kerusakan miokardial akibat infark kecil, deposit besi, dan fibrosis, yang ditandai oleh: penurunan tanda vital, pucat, gelisah, nyeri tulang, angina, dan gangguan penglihatan.
Tujuan Umum: Perfusi jaringan adekuat
Tujuan Khusus: Menunjukkan perbaikan perfusi jaringan yang dibuktikan oleh tanda vital yang stabil.
Intervensi
Rasional
Mandiri
Awasi tanda vital dengan cermat. Kaji nadi untuk frekuensi, irama, dan volume.
Pengendapan dan sabit pembuluh perifer dapat menimbulkan obliterasi lengkap/ terjadi penurunan perfusi jaringan pada sekitar pembuluh darah.
Kaji kulit untuk rasa dingin, pucat, sianosis, diaforesis, pelambatan pengisian kapiler.
Perubahan menunjukkan penurunan sirkulasi/ hipoksia yang meningkatkan oklusi kapiler.
Catat perubahan dalam tingkat kesadaran.
Perubahan dapat menunjukkan penurunan perfusi SSP akibat iskemia atau infark.
Pertahankan pemasukkan cairan adekuat.
Dehidrasi tidak hanya menyebabkan hipovolemia tetapi meningkatkan pembentukan sabit dan oklusi kapiler.
Pertahankan suhu lingkungan dan kehangatan tubuh.
Mencegah vasokontriksi; membantu dalam mempertahankan sirkulasi dan perfusi.
Kolaborasi
Awasi pemeriksaan laboratorium, mis. Darah lenkap, BUN
Penurunan perfusi jaringan dapat menimbulkan infark organ jaringan seperti otak, hati, limpa, ginjal dsb.
Berikan cairan hipo-osmolar (mis. Cairan garam faal 0,45) melalui pompa infus.
Hidrasi menurunkan konsentrasi Hb S dalam SDM, yang menurunkan kecenderungan sabit, dan juga menurunkan viskositas darah yang membantu untuk mempertahankan perfusi.
Berikan agen antisabit percobaan (mis, natrium sianat) dengan hati-hati.
Agen antisabit ditujukan pada hidup panjang eritrosit dan mencegah sabit dengan mempengaruhi perubahan membran sel.

Diagnosa keperawatan: Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan peningkatan kebutuhan cairan, yang ditandai oleh: anoreksia, dehidrasi (muntah, diare, demam).
Tujuan Umum: Intake cairan terpenuhi
Tujuan Khusus: Mempertahankan keseimbangan cairan adekuat.
Intervensi
Rasional
Mandiri
Pertahankan pemasukan dan pengeluaran akurat. Timbang tiap hari.
Pasien dapat menurunkan pemasukan cairan selama periode krisis karena malaise, anoreksia dsb.
Perhatikan karakteristik urine dan berat jenis.
Ginjal dapat kehilangannya untuk mengkonsentrasikan urine, mengakibatkan kehilangan banyak urine encer.
Awasi tanda vital.
Penurunan sirkulasi darah dapat terjadi dari peningkatan kehilangan cairan mengakibatkan hipotensi dan takikardia.
Observasi demam, perubahan tingkat kesadaran, turgor kulit buruk, nyeri.
Gejala yang menunjukkan dehidrasi.
Awasi tanda vital dengan ketat selama transfusi darah dan catat adanya dispnea, ronki, mengi, batuk, dan sianosis.
Jantung dapat kelelahan dan cenderung gagal karena kebutuhan pada status anemia.

Kolaborasi
Berikan cairan sesuai indikasi.
Penggantian atas kehilangan/ defisit: dapat memperbaiki ginjal pada SDM.
Awasi pemeriksaan laboratorium, mis. Hb/Ht, elektrolir serum dan urine.
Peningkatan menunjukkan hemokonsentrasi. Kehilangan kemampuan ginjal untuk mengkonsentrasikan urine dapat mengakibatkan penurunan Na+, K+, dan Cl+ serum.

Diagnosa keperawatan: Nyeri yang berhubungan dengan aglutinasi sel sabit dalam pembuluh darah, yang ditandai oleh: nyeri lokal, menyebar, berdenyut, perih, sakit kepala.
Tujuan Umum: Mengurangi nyeri
Tujuan Khusus: Menyatakan nyaeri berkurang; menunjukkan postur badan rileks, bebas bergerak; meningkatkan asupan cairan.
Intervensi
Rasional
Kaji berat dan lokasi nyeri. Tempat nyeri yang sering adalah sendi dan ekstremitas, dada, dan abdomen.
Jaringan dan organ sangat peka terhadap trombosis mikrosirkulasi dengan akibat kerusakan hipoksik; hipoksia menyebabkan nyeri.
Berikan analgetik sesuai rsesp. Perhitungkan pemakaian anagelsik yang dikontrol pasien.
Anageltik oploid penting untuk mengurangi nyeri yang berat.
Dukung asupan cairan peroral dan berikan cairan IV sesuai resep; memantau asupan dan haluaran cairan.
Cairan akan memperbaiki hemodilusi dan menguraiakn algutinasi sel sabit dalam pembuluh darah kecil.
Posisikan pasien dengan hati-hati dan sangga daerah nyeri; dukung penggunaan teknik relaksasi dan latihan pernapasan.
Nyeri sendi dapat dikurangi selama krisis dengan gerakan yang hati-hati dan penggunaan kompres panas; teknik relaksasi dan latihan pernapasan dapat berfungsi sebagai pelemas. Penyumbatan pembuluh darah oleh sel sabit akan menurunkan sirkulasi.

Diagnosa keperawatan: Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan gangguan sirkulasi, yang ditandai oleh: turgor kulit buruk, kulit kering, pucat.
Tujuan Umum: Mempertahankan integritas kulit dengan kriteria: kulit segar, sirkulasi darah lancar.
Tujuan Khusus: Mencegah cedera; berpartisipasi dalam perilaku untuk menurunkan faktor resiko/kerusakan kuilt.
Intervensi
Rasional
Mandiri
Sering ubah posisi, bahkan bila duduk di kursi.
Mencegah tekanan jaringan lama dimana sirkulasi telah terganggu, menurunkan resiko trauma jaringan/ iskemia.
Inspeksi kulit/ titik tekanan secara teratur untuk kemerahan, beriakan pijatan lembut.
Sirkulasi buruk pada jaringan, mencegah kerusakan kulit.
Pertahankan permukaan kulit kering dan bersih; linen kering/ bebas kerutan.
Lembab, area terkontaminasi memberikan media yang baik untuk pertumbuhan organisme patogen.
Awasi tungkai terhadap kemerahan, perhatikan dengan ketat terhadap pembentukan ulkus.
Potensi jalan masuk untuk organisme patogen. Pda adnya gangguan sistem imun, ini meningkatkanresiko infeksi/ pelambatan penyembuhan.
Tinggikan ekstremitas bawah bila duduk.
Meningkatkan aliran balik vena menurunkan stasis vena/ pembentukan edema.
Kolaborasi
Berikan kasur air atau tekanan udara.
Menurunkan tekanan jaringan dan membantu dalam memaksimalkan perfusi seluler untuk mencegah cedera.
Awasi status area iskemik, ulkus. Perhatikan distribusi, ukuran, kedalaman, karakter, dan drainase.
Perbaikan atau lambanya penyembuhan menunjukkan status perfusi jaringan dan keefektifan intervensi.
Siapkan untuk/ bantu oksigenasi pada ulkus.
Memaksimalkan pemberian oksigen ke jaringan, meningkatkan penyembuhan

Diagnosa keperawatan: Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakitnya, yang ditandai oleh: pertanyaan; meminta informasi; tidak akurat mengikuti intruksi; dan ansietas.
Tujuan Umum: Memahami tentang penyakitnya
Tujuan Khusus: Menyatakan pemahaman proses penyakit, termasuk gejala krisis; melakukan perilaku yang perlu/perubahan pola hidup untuk mencegah komplikasi.
Intervensi
Rasional
Berikan informasi tentang penyakitnya.
Memberikan dasar pengethuan sehingga pasien dapat membuat pilihan yang tepat, menurunkan ansietas dan dapat meningkatkan kerjasama dalam program terapi.
Kaji pengetahuan pasien tentang penyakitnya.
Menberi pengetahuan berdasarkan pola kemampuan pasien untuk memilih informasi.
Dorong mengkonsumsi sedikitnya 4-6 liter cairan perhari.
Mencegah dehidrasi dan konsekuensi hiperviskositas yang dapat membuat sabit/ krisis.
Dorongb latihan rentang gerak dan aktivitas fisik teratur dengan keseimbangan antara aktivitas dan istirahat.
Mencegah demineralisasi tulang dan dapat menurunkan resiko fraktur.
2.4    Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah pengukuran dari keberhasilan rencana perawatan dalam memenuhi kebutuhan pasien. Tahap evaluasi merupakan kunci keberhasilan dalam menggunakan proses keperawatan.
Hasil evaluasi yang diharapkan/ kriteria: evaluasi pada pasien dengan anemia sel sabit adalah sebagai berikut:
Mengatakan pemahaman situasi/faktor resiko dan program pengobatan individu dengan kriteria:
  1. Menunjukkan teknik/ perilaku yang memampukan kembali melakukan aktivitas.
  2. Melaporkan kemampuan melakukan peningkatan toleransi aktivitas.
Menyatakan pemahaman proses penyakit dan  pengobatan pengobatan dengan kriteria:
a.       Mengidentifikasikan hubungan tanda/ gejala penyebab.
b.      Melakukan perubahan perilaku  dan berpartisipasi pada pengobatan.



Mengidentifikasikan perasaan dan metode untuk koping terhadap persepsi dengan kriteria:
a.       Menyatakan penerimaan diri dan lamanya penyembuhan.
b.      Menyukai diri sebagai orang yang berguna.
Mempertahankan hidrasi adekuat dengan kriteria:
a.       Tanda-tanda vital stabil, turgor kulit normal, masukan dan keluaran seimbang.
b.      Menunjukkan perilaku perubahan pola hidup untuk meningkatkan/ mempertahankan berat badan yang sesuai dengan kriteria:
c.       Menunjukkan peningkatan berat badan, mencapai tujuan denagn nilai laboratorium   normal.











DAFTAR PUSTAKA
Baughman, Diane C. 2000. Keperawatan Medikal-Bedah Buku Saku. EGC: Jakarta
Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasiaan Perawatan Pasien. EGC: Jakarta
Engram, Barbara. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Volume 2. EGC: Jakarta
Price, Sylvia A. 2006. Patofisisologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Volume 1. EGC: Jakarta
Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Volume 2. EGC: Jakarta


Tidak ada komentar:

Posting Komentar