Selasa, 02 Oktober 2012

DIABETES MELLITUS


BAB 1

TINJAUAN TEORI

A.    Pengertian
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth, 2002).
Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2002).

B.     Klasifikasi
Klasifikasi diabetes mellitus sebagai berikut :
  1. Tipe I : Diabetes mellitus tergantung insulin (IDDM)
  2. Tipe II : Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (NIDDM)
  3. Diabetes mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya
  4. Diabetes mellitus gestasional (GDM)

C.    Etiologi
  1. Diabetes tipe I:
a.       Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA.
b.      Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen.
c.       Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi selbeta.


  1. Diabetes Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Faktor-faktor resiko :
a.       Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)
b.      Obesitas
c.       Riwayat keluarga

D.     Patofisiologi/Pathways
 
Defisiensi Insulin


 

                                                   glukagon↑                            penurunan pemakaian
glukosa oleh sel

                         glukoneogenesis                                 hiperglikemia


 

       lemak                  protein                   glycosuria

   ketogenesis                BUN↑                        Osmotic Diuresis


Kekurangan volume cairan
 
 

     ketonemia       Nitrogen urine ↑          Dehidrasi

Mual muntah
 
         ↓ pH                                             Hemokonsentrasi









 

 Nutrisi Kurang dari kebutuhan
 
                    Asidosis                                         Trombosis


§  Koma
§  Kematian
 
 

                                                                         Aterosklerosis


 

Mikrovaskuler
 
Makrovaskuler
 
   


 















E.     Tanda dan Gejala
Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada DM umumnya tidak ada. Sebaliknya yang sering mengganggu pasien adalah keluhan akibat komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf. Pada DM lansia terdapat perubahan patofisiologi akibat proses menua, sehingga gambaran klinisnya bervariasi dari kasus tanpa gejala sampai kasus dengan komplikasi yang luas. Keluhan yang sering muncul adalah adanya gangguan penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot (neuropati perifer) dan luka pada tungkai yang sukar sembuh dengan pengobatan lazim.
Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering ditemukan adalah :
1.     Katarak                                               
2.     Glaukoma
3.     Retinopati
4.     Gatal seluruh badan
5.     Pruritus Vulvae
6.     Infeksi bakteri kulit
7.     Infeksi jamur di kulit
8.     Dermatopati
9.     Neuropati perifer
10. Neuropati viseral
11. Amiotropi
12. Ulkus Neurotropik
13. Penyakit ginjal
14. Penyakit pembuluh darah perifer
15. Penyakit koroner
16. Penyakit pembuluh darah otak
17. Hipertensi

Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal yang tinggi, dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur, atau bahkan inkontinensia urin. Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan, akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat terhadap dehidrasi. Karena itu tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi pada stadium lanjut.
Penyakit yang mula-mula ringan dan sedang saja yang biasa terdapat pada pasien DM usia lanjut dapat berubah tiba-tiba, apabila pasien mengalami infeksi akut. Defisiensi insulin yang tadinya bersifat relatif sekarang menjadi absolut dan timbul keadaan ketoasidosis dengan gejala khas hiperventilasi dan dehidrasi, kesadaran menurun dengan hiperglikemia, dehidrasi dan ketonemia. Gejala yang biasa terjadi pada hipoglikemia seperti rasa lapar, menguap dan berkeringat banyak umumnya tidak ada pada DM usia lanjut. Biasanya tampak bermanifestasi sebagai sakit kepala dan kebingungan mendadak.
Pada usia lanjut reaksi vegetatif dapat menghilang. Sedangkan gejala kebingungan dan koma yang merupakan gangguan metabolisme serebral tampak lebih jelas.

F.      Pemeriksaan Penunjang
  1. Glukosa darah sewaktu
  2. Kadar glukosa darah puasa
  3. Tes toleransi glukosa
Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis DM (mg/dl)

Bukan DM
Belum pasti DM
DM
Kadar glukosa darah sewaktu
-          Plasma vena
-          Darah kapiler
Kadar glukosa darah puasa
-          Plasma vena
-          Darah kapiler

< 100
< 80

<110
<90

100-200
80-200

110-120
90-110

>200
>200

>126
>110

Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan :
1.      Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2.      Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
3.      Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl

G.    Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler serta neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal.
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :
1.      Diet
2.      Latihan
3.      Pemantauan
4.      Terapi (jika diperlukan)
5.      Pendidikan

H.    Pengkajian
1.    Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ?
2.    Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya
 Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.
3.    Aktivitas/ Istirahat :
Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.
4. Sirkulasi
Adakah riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi, perubahan tekanan darah
5.    Integritas Ego
Stress, ansietas
6.    Eliminasi
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare
7.    Makanan / Cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus, penggunaan diuretik.
8.    Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesia,gangguan penglihatan.
9.    Nyeri / Kenyamanan
Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)
10.     Pernapasan
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak)
11.     Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit.

I.        Intervensi
  1. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status metabolik (neuropati perifer).
      Tujuan : gangguan integritas kulit dapat berkurang atau menunjukkan    penyembuhan.
Kriteria Hasil :
Kondisi luka menunjukkan adanya perbaikan jaringan dan tidak terinfeksi
Intervensi dan Rasional :
1.      Kaji luka, adanya epitelisasi, perubahan warna, edema, dan discharge, frekuensi ganti balut.
R/Untuk mengetahui kemungkinan petunjuk tentang sirkulasi
2.      Kaji tanda vital
R/Mengetahui tanda vital dalam batas normal
3.      Kaji adanya nyeri
R/Mengkaji tingkat infeksi dan untuk memberikan tindakan yang mengurangi rasa nyeri
4.      Lakukan perawatan luka
R/Untuk menekan reaksi infeksi
5.      Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi
R/Untuk penatalaksaan dalam pengobatan infeksi dan meningkatkan penyembuhan

2.      Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d penurunan ambilan dan penggunaan glukosa oleh jaringan tubuh yang ditandai dengan penurunan berat badan, kelemahan kelelahan, tonus otot buruk.
Tujuan        : Nutrisi tubuh terpenuhi secara adekuat
KH             :
1.      Berat badan stabil
2.      Menunjukkan tingkat energi biasanya
3.      Pasien tidak mual muntah
4.      Tonus otot baik
5.      Mencerna jumlah kalori / nutrien yang tepat
Intervensi dan Rasional :
1.       Timbang berat badan setiap hari sesuai dengan indikasi
R/ Mengkaji Pemasukan makanan yang adekuat (absorsi dan ltrafiltrasi )
2.      Auskultasi bising usus catat adanya nyeri abdomen / kembung, mual muntah, makanan yang belum sempat dicerna pertahankan keadaan puassa sesuai indikasi
R/ Penurnan pengosongan lambung dan motilitas usus yang rendah mengisyaratkan adanya neuropati otonom yang mempengaruhi saluran pencernaan dan memerlukan pengobatan secara simtomatik
3.    Berikan makanan cair yang mengandung zat makanan  ( nutrient ) dan elektrolit dengan segera jika pasien sudah dapat mentoleransinya melalui pemberian cairan oral
R/ Pemberian makanan melalui oral lebih baik jika pasien sadar dan fungsi gastrointestinal baik
4.    Identifikasi makanan yang disukai  termasuk kebutuhan etnik / kultural
R/ Jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan dalam perencanaan makan kerja sama ini dapat diupayakan setelah pulang
5.    Berikan pengobatan insulin secara teratur dengan metode IV secara intermiten
R/ Insulin reguler memiliki awitan cepat dan karenanya dengan cepat pula dapat membantu memindahkan glukosa ke dalam sel

3.      Kekurangan volume cairan b/d Diuresis osmotik sekunder pada hiperglikemia, yang ditandai dengan peningkatanhaluaran urine, urine encer, kelemahan , haus, penurunan berat badan tiba-tiba, kulit, membran mukosa kering , turgor kulit bururk, hipotensi, takikardia, penambahan pengisian kapiler.
Tujuan : Cairan tubh terpenuhi secara adekuat
KH      :
1.   TTV stabil
2.   Turgor kulit dan pengisian kapiler baik
3.   Haluaran kulit dan pengisian kapiler bak
4.   Galuaran urine tepat secara individu
5.   Kadar elektrolit dalam batas normal
Intervensi dan Rasional :
1.  Pantau tanda – tanda vital, catac adanya perubahan TD osmotic, dehidrasi.
R : Hipovelemia dapat dimanisfestasikan oleh hipotensi dan takikardia
2. Pantau frekwensi dan kualitas pernafasan, penggunaan otot Bantu nafas,    dan adanya periode apnea, munculnya sianosis.
     R : Koreksi hiperglikemia dan asidosis akan menyebabkan palo frekwensi pernafasan mendekati normal.
3. Kaji warna kulit dan kelembapannya
     R : Kelempaban kulit yang kering sebagai cermin dehidrasi
4. Ajarkan minum 6 – 7 gelas perhari
     R : menambah cairan dalam tubuh
5. Pantau intake output
     R : mengetahui jumlah intake output yang keluar
6. Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500 ml / hari dalam batas yang dapat ditoleransi oleh jantung jika pemasukan cairan melalui oral sudah dapat diberikan.
     R : Mempertahankan volume sirkulasi

J.    Evaluasi
1.             Volume cairan seimbang
2.             Tidak terjadi gangguan integritas kulit
3.             Nutrisi terpenuhi
4.             Penurunan resiko injury atau tidak terjadi injury















DAFTAR PUSTAKA

Luecknote, Annette Geisler, Pengkajian Gerontologi alih bahasa Aniek Maryunani, Jakarta:EGC, 1997.

Doenges, Marilyn E, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih bahasa I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati, Jakarta : EGC, 1999.

Carpenito, Lynda Juall, Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 alih bahasa YasminAsih, Jakarta : EGC, 1997.

Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih, Jakarta : EGC, 2002.

Ikram, Ainal,  Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Diabetes Mellitus Pada Usia Lanjut jilid I Edisi ketiga, Jakarta : FKUI, 1996.

Arjatmo Tjokronegoro. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu.Cet 2. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2002










Tidak ada komentar:

Posting Komentar