BAB
I
TINJAUAN TEORI
GASTRITIS
1.1
Tinjauan Teori
1.1.2 Definisi
Beberapa definisi Gastritis
dan Gastritis akut erosife adalah
Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung (Mansjoer
Arif, 1999, hal: 492)
Gastritis adalah inflamasi pada
dinding gaster terutama pada lapisan mukosa gaster (Sujono Hadi, 1999, hal:
181).
Gastritis adalah peradangan lokal atau penyebaran pada
mukosa lambung dan berkembang dipenuhi bakteri (Charlene. J, 2001, hal: 138).
Gastritis akut erosif
adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang akut dengan
kerusaan-kerusakan erosi. Disebabkan oleh kuman-kuman (misalnya pada
pneumonia), virus ( influensa, variola, morbili dan lain-lain) atau karena
makanan-minuman (bahan-bahan kimia, arsen, plumbum, obat-obat yang mengandung
salisilat, asam-basa kuat, KMnO4 dan lain-lain). Terjadinya radang difus di
mukosa lambung, dengan erosi-eosi yang mungkin berdarah. Sering kali nyeri
epigastrium tiba-tiba dan hematemesis. Disebut erosif akibat kerusakan yang
terjadi tidak lebih dalam dari pada mukosa muskularis.
1.1.2
Etiologi
Gastritis
akut erosif dapat timbul tanpa diketahui sebabnya. Penyebab yang sering
dijumpai ialah :
1. Obat
analgesik-antiinflamasi, terutama aspirin. Aspirin dalam dosis rendah sudah
dapat menyebabkan erosi mukosa lambung.
2. Bahan
kimia misalnya lisol
3. Merokok
4. Alkohol
5. Stres
fisis yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma, pembedahan, gagal
pernafasan, gagal ginjal, kerusakan susunan saraf pusat.
6. Refluks
usus lambung
7. Endotoksin
1.1.3
Tanda-Tanda
Klinis
Sebagian
penderita datang berobat karena muntah darah. Sering penderita tersebut tidak
mempunyai keluhan tertentu sebelumnya dan sebagian besar penderita hanya
mempunyai keluhan yang ringan saja, seperti : Nyeri epigastrium yang tidak
hebat, kadang-kadang disertai mual dan muntah .
Pemeriksaan fisik
sering tidak membantu. Kadang-kadang dijumpai nyeri tekan yang ringan saja pada
daerah epigastrium dan kalau dicolok dubur ada darah, tampak lemah dan pucat
1.1.4
Patofisiologi
Ada
beberapa faktor yang menyebabkan kerusakan mukosa lambung. Faktor-faktor itu
adalah :
1. Kerusakan
mucosal barrier sehingga difusi balik ion H meninggi.
2. Perfusi
mukosa lambung yang terganggu
3. Jumlah
asam lambung merupakan faktor yang sangat penting.
|
Refluk asam
lambung
Perfusi mukosa Kerusakan mukosa
lambung terganggu barier
Infark Difusi
balik
Ion H+
Jumlah asam lambung meningkat
Iritasi mukosa lambung
Nyeri
Nutrisi kurang
Resiko kekurangan Ansietas
dari kebutuhan volume cairan
1.1.5
Pemeriksaan
Diagnostik
Diagnostik
gastritis akut erosif, ditegakkan dengan pemeriksaan endoskopi dan dilanjutkan
dengan pemeriksaan histologi biopsi mukosa lambung. Pemeriksaan radiologis
biasanya tidak mempunyai arti dan baru dapat membantu apabila digunakan kontras
ganda.
1. Endoskopi
Pada pemeriksaan endoskopi akan nampak erosi multipel
yang sebagian biasanya tampak berdarah dan letaknya tersebar. Kadang-kadang
dijumpai erosi yang mengelompok pada satu daerah. Mukosa umumnya tampak merah.
Kadang-kadang dijumpai daerah erosif yang ditemukan pada mukosa yang tampak
normal. Pada saat pemeriksaan dapat dijumpai adanya lesi yang terdiri dari
semua tingkatan perjalanan penyakit nya. Akibatnya pada saat itu terdapat erosi
yang masih baru bersama-sama dengan lesi yang sudah mengalamipenyembuhan.
2. Histopatologi
Pada pemeriksaan histoptologi kerusakan mukosa
karena erosi tidak pernah melewati mukosa muskularis. Ciri khas gastritis
erosif ialah sembuh sempurna dan terjadi dalam waktu yang relatif singkat. Oleh
karena itu pemeriksaan endoskopi, sebaiknya dilakukan seawall mungkin.
3. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak terlalu spesifik
untuk penderita gastritis, tetapi dapat dilakukan untuk melihat adanya anemia
bila terjadi perdarahan. Batas serum gastrin biasanya menurun atau normal.
Serum vitamin B 12 dapat dikaji untuk melihat kekurangan vitamin B12.
1.1.6
Penatalaksanaan
Terapi umum :
1.Istirahat
1.Istirahat
Kalau
penderita baru saja minum bahan erosif (kurang 4 jam) sebaiknya lambung di
bilas secepatnya dengan garam fisiologis. Kalau sudah lama jangan lagi di bilas
lambungnya sebab dapat terjadi nekrose atau perforasi
2.Diet
Bahan
penyebab di hentikan. Diet makanan cair, setelah hari ketiga boleh makan
makanan lunak atau halus, sering kali dalam porsi kecil, dan cukup cairan.
3.Medikamentosa
Obat pertama :
Obat pertama :
1) Antasida
2) H+
blocking
3) Inhibitor
pompa proton
4) Antikolenergik
5) Sitopretektor
(sukralfat, prostaglandin)
6) Kadang-kadang
antimikroba
Keterangan :
Bila mual muntah, dapat diberikan
antiemetik seperti dimenhidrinat 50 - 100 mg per-os atau klorpromazin 10-20 mg
per-os. Bila disebabkan oleh kuman-kuman, berikan antibiotika yang sesuai. Bila
nyeri tidak hilang denga antasida, berikan oksitosin tablet 15 menit sebelum
makan. Berikan obat antikolinergik bila asam lambung berlebihan.
1.1.7
Komplikasi
Komplikasi
yang penting adalah :
1. Perdarahan
saluran cerna bagian atas yang merupakan kedaruratan medis. Kadang-kadang
perdarahannya cukup banyak sehingga dapat menyebabkan kematian.
2. Terjadinya
ulkus, kalau prosesnya hebat.
3. Jarang
terjadi perforasi.
1.1.8 Insiden
Angka kesakitan pada gastritis lebih
banyak pada pria dari pada wanita, ini karena terjadi pada perokok dan peminum
alkohol. Gastritis akut, bagaimanapun juga dapat terjadi perdarahan
gastrointestinal bagian atas 10 - 30 % (Berk, 1985).
1.2
Tinjauan Asuhan
Keperawatan
1.2.1 Pengkajian
Data-data
yang perlu untuk dikaji antara lain :
1. Riwayat
hidup
Dalam
riwayat hidup yang perlu dikaji antara lain; umur, jenis kelamin, jenis strees,
pola makan (diet), perokok, alkoholik, minum kopi, penggunaan obat-obatan
tertentu.
2. Pemeriksaan
fisik
Secara subyektif dijumpai; keluhan
pasien berupa : nyeri epigastrium, perut lembek, kram, ketidakmampuan mencerna,
mual, muntah. Sedangkan secara obyektif dijumpai :tanda-tanda yang
membahayakan, meringis, kegelisahan, atau merintih, perubahan tanda-tanda
vital, kelembekan daerah epigastrium, dan penurunan peristaltik, erythema
palmer, mukosa kulit basah tanda-tanda dehidrasi.
3. Psikologis
Dijumpai
adanya kecemasan dan ketakutan pada penderita atau keluarganya mengenai kegawatan
pada kondisi krisis.
1.2.2
Diagnosa Keperawatan
1.2.2.1
Nyeri sehubungan dengan
iritasi gastrium atau pengecilan kelenjar gastric
Kriteria hasil : Nyeri berkurang atau
terkontrol.
Intervensi
:
1)
Catat keluhan nyeri, termasuk lokasi, lamanya, intensitas (skala 0-10).
R/ Nyeri tidak selalu ada, tetapi bila ada harus dibandingkan dengan gejala nyeri pasien sebelumnya.
R/ Nyeri tidak selalu ada, tetapi bila ada harus dibandingkan dengan gejala nyeri pasien sebelumnya.
2)
Kaji ulang faktor yang meningkatkan atau yang menurunkan nyeri.
R/ Membantu dalam membuat diagnosa dan kebutuhan terapi.
3) Berikan makanan sedikit tapi sering sesuai indikasi.
R/ Makanan mempunyai efek penetralisis asam, juga menghancurkan kandungan gaster. Makan sedikit mencegah distensi dan haluaran gastrin.
4) Identifikasi dan batasi makanan yang dapat menimbulkan iritasi lambung.
R/ Makanan tersebut dapat meningkatkan iritasi lambung sehingga nyeri meningkat.
5) Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi, mis: analgesik dan antasida.
R/ Analgesik dapat menghilangkan nyeri dan antasida dapat menurunkan keasaman gaster dengan absorpsi atau netralisis zat kimia.
R/ Membantu dalam membuat diagnosa dan kebutuhan terapi.
3) Berikan makanan sedikit tapi sering sesuai indikasi.
R/ Makanan mempunyai efek penetralisis asam, juga menghancurkan kandungan gaster. Makan sedikit mencegah distensi dan haluaran gastrin.
4) Identifikasi dan batasi makanan yang dapat menimbulkan iritasi lambung.
R/ Makanan tersebut dapat meningkatkan iritasi lambung sehingga nyeri meningkat.
5) Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi, mis: analgesik dan antasida.
R/ Analgesik dapat menghilangkan nyeri dan antasida dapat menurunkan keasaman gaster dengan absorpsi atau netralisis zat kimia.
1.2.2.2 Kekurangan
volume cairan sehubungan dengan pemasukan cairan dan elektrolit yang kurang,
muntah, perdarahan.
Kriteria hasil : Tidak
terjadi penurunan BB secara drastis
Intervensi :
1) Awasi masukan dan
haluaran, karakter dan frekuensi muntah.
R/ Memberikan informasi tentang keseimbangan cairan.
R/ Memberikan informasi tentang keseimbangan cairan.
2) Kaji tanda-tanda vital.
R/ Menunjukkan
kehilangan cairan berlebihan atau dehidrasi.
3) Ukur berat badan
tiap hari.
R/ Indikator cairan
status nutrisi.
4) Kolaborasi pemberian
antiemetik pada keadaan akut.
R/ Mengontrol mual dan
muntah pada keadaan akut.
1.2.2.3 Nutrisi
kurang dari kebutuhan b/d masukan nutrien yang tidak adekuat.
Kriteria
hasil : Intake nutrisi adekuat
Intervensi :
1) Catat masukan
nutrisi.
R/ Mengidentifikasi
kebutuhan diet.
2) Berikan perawatan
oral teratur.
R/ Mencegah
ketidaknyamanan karena mulut kering dan berbau.
3) Auskultasi bunyi
usus dan catat pasase flatus.
R/ Peristaltik kembali
normal menunjukkan kesiapan untuk memulai
makanan yang lain.
4) Catat berat badan
saat masuk dan bandingkan dengan saat berikutnya.
R/ Memberikan informasi tentang keadekuatan masukan diet atau penentuan kebutuhan nutrisi.
R/ Memberikan informasi tentang keadekuatan masukan diet atau penentuan kebutuhan nutrisi.
5) Kolaborasi pemberian
protein sesuai indikasi.
R/ Protein tambahan
dapat membantu perbaikan dan penyembuhan.
1.3
Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang
sistemik atau terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah
ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan, dengan melibatkan pasien,
keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. (Lynda Juall Capenito, 1999:28).
Evaluasi dilakukan mengacu pada tujuan yang telah ditetap kan pada ktritereia
tujuan yaitu :
1.
Pasien menyatakan nyeri
hilang
2.
Berat badan pasien normal
3.
Kebutuhan nutrisi terpenuhi
4.
Pasien dapat rilek
DAFTAR PUSTAKA
Soeparman, Ilmu
Penyakit Dalam, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 1990
S.Anderson Price, Fisiologi Proses-proses Penyakit, Penerbit Buku Kedokteran, EGC 1994
Ignatavicius dan M.V. Bayne, Medical Surgical Nursing, A Nursing Proses Approach, W.B. Saundrers, 1991.
Doenges dan A.C. Geissler, Nursing Care Plan, F.A. Davis Company, Philadelpia, 1984.
S.Anderson Price, Fisiologi Proses-proses Penyakit, Penerbit Buku Kedokteran, EGC 1994
Ignatavicius dan M.V. Bayne, Medical Surgical Nursing, A Nursing Proses Approach, W.B. Saundrers, 1991.
Doenges dan A.C. Geissler, Nursing Care Plan, F.A. Davis Company, Philadelpia, 1984.
Brunner dan Suddarth.
2001. Keperawatan Medikal Bedah Ed. 8 Vol 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta.
Charles, J.Reeves, dkk.
2001. Buku 1 Keperawatan Medikal Bedah Ed. I. Salemba Medika. Jakarta.
Slamet suyono, dkk.
2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Ed.3. Balai Penerbit FKUI.
Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar