Selasa, 02 Oktober 2012

ASUHAN KEPERAWATAN GASTRITIS


BAB I
TINJAUAN TEORI
GASTRITIS

1.1  Tinjauan Teori
1.1.2 Definisi

Beberapa definisi Gastritis dan Gastritis akut erosife adalah
Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung (Mansjoer Arif, 1999, hal: 492)
Gastritis adalah inflamasi pada dinding gaster terutama pada lapisan mukosa gaster (Sujono Hadi, 1999, hal: 181).
Gastritis adalah peradangan lokal atau penyebaran pada mukosa lambung dan berkembang dipenuhi bakteri (Charlene. J, 2001, hal: 138).
Gastritis akut erosif adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang akut dengan kerusaan-kerusakan erosi. Disebabkan oleh kuman-kuman (misalnya pada pneumonia), virus ( influensa, variola, morbili dan lain-lain) atau karena makanan-minuman (bahan-bahan kimia, arsen, plumbum, obat-obat yang mengandung salisilat, asam-basa kuat, KMnO4 dan lain-lain). Terjadinya radang difus di mukosa lambung, dengan erosi-eosi yang mungkin berdarah. Sering kali nyeri epigastrium tiba-tiba dan hematemesis. Disebut erosif akibat kerusakan yang terjadi tidak lebih dalam dari pada mukosa muskularis.

1.1.2   Etiologi

Gastritis akut erosif dapat timbul tanpa diketahui sebabnya. Penyebab yang sering dijumpai ialah :
1.      Obat analgesik-antiinflamasi, terutama aspirin. Aspirin dalam dosis rendah sudah dapat menyebabkan erosi mukosa lambung.
2.      Bahan kimia misalnya lisol
3.      Merokok
4.      Alkohol
5.      Stres fisis yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma, pembedahan, gagal pernafasan, gagal ginjal, kerusakan susunan saraf pusat.
6.      Refluks usus lambung
7.      Endotoksin


1.1.3        Tanda-Tanda Klinis  
Sebagian penderita datang berobat karena muntah darah. Sering penderita tersebut tidak mempunyai keluhan tertentu sebelumnya dan sebagian besar penderita hanya mempunyai keluhan yang ringan saja, seperti : Nyeri epigastrium yang tidak hebat, kadang-kadang disertai mual dan muntah .
Pemeriksaan fisik sering tidak membantu. Kadang-kadang dijumpai nyeri tekan yang ringan saja pada daerah epigastrium dan kalau dicolok dubur ada darah, tampak lemah dan pucat

1.1.4        Patofisiologi
Ada beberapa faktor yang menyebabkan kerusakan mukosa lambung. Faktor-faktor itu adalah :
1.      Kerusakan mucosal barrier sehingga difusi balik ion H meninggi.
2.      Perfusi mukosa lambung yang terganggu
3.      Jumlah asam lambung merupakan faktor yang sangat penting.

Stress fisik
 
obat-obatan, Bahan kimia,, Merokok, Alcohol, Endotoksin,
Refluk asam lambung

  Perfusi mukosa                                                                Kerusakan mukosa
          lambung terganggu                                                                         barier
 

         Infark                                                                             Difusi balik
                                                                                                      Ion H+


 


                                             Jumlah asam lambung meningkat

                                                   Iritasi mukosa lambung


 

      Nyeri       Nutrisi kurang                  Resiko kekurangan                  Ansietas
         dari kebutuhan                    volume cairan                  



1.1.5        Pemeriksaan Diagnostik
Diagnostik gastritis akut erosif, ditegakkan dengan pemeriksaan endoskopi dan dilanjutkan dengan pemeriksaan histologi biopsi mukosa lambung. Pemeriksaan radiologis biasanya tidak mempunyai arti dan baru dapat membantu apabila digunakan kontras ganda.
1.      Endoskopi
Pada pemeriksaan endoskopi akan nampak erosi multipel yang sebagian biasanya tampak berdarah dan letaknya tersebar. Kadang-kadang dijumpai erosi yang mengelompok pada satu daerah. Mukosa umumnya tampak merah. Kadang-kadang dijumpai daerah erosif yang ditemukan pada mukosa yang tampak normal. Pada saat pemeriksaan dapat dijumpai adanya lesi yang terdiri dari semua tingkatan perjalanan penyakit nya. Akibatnya pada saat itu terdapat erosi yang masih baru bersama-sama dengan lesi yang sudah mengalamipenyembuhan.
2.      Histopatologi
Pada pemeriksaan histoptologi kerusakan mukosa karena erosi tidak pernah melewati mukosa muskularis. Ciri khas gastritis erosif ialah sembuh sempurna dan terjadi dalam waktu yang relatif singkat. Oleh karena itu pemeriksaan endoskopi, sebaiknya dilakukan seawall mungkin.
3.      Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak terlalu spesifik untuk penderita gastritis, tetapi dapat dilakukan untuk melihat adanya anemia bila terjadi perdarahan. Batas serum gastrin biasanya menurun atau normal. Serum vitamin B 12 dapat dikaji untuk melihat kekurangan vitamin B12.

1.1.6        Penatalaksanaan
Terapi umum :
1.Istirahat
Kalau penderita baru saja minum bahan erosif (kurang 4 jam) sebaiknya lambung di bilas secepatnya dengan garam fisiologis. Kalau sudah lama jangan lagi di bilas lambungnya sebab dapat terjadi nekrose atau perforasi
2.Diet
Bahan penyebab di hentikan. Diet makanan cair, setelah hari ketiga boleh makan makanan lunak atau halus, sering kali dalam porsi kecil, dan cukup cairan.

3.Medikamentosa
Obat pertama :
1)      Antasida
2)      H+ blocking
3)      Inhibitor pompa proton
4)      Antikolenergik
5)      Sitopretektor (sukralfat, prostaglandin)
6)      Kadang-kadang antimikroba
Keterangan :
Bila mual muntah, dapat diberikan antiemetik seperti dimenhidrinat 50 - 100 mg per-os atau klorpromazin 10-20 mg per-os. Bila disebabkan oleh kuman-kuman, berikan antibiotika yang sesuai. Bila nyeri tidak hilang denga antasida, berikan oksitosin tablet 15 menit sebelum makan. Berikan obat antikolinergik bila asam lambung berlebihan.
1.1.7        Komplikasi
Komplikasi yang penting adalah :
1.      Perdarahan saluran cerna bagian atas yang merupakan kedaruratan medis. Kadang-kadang perdarahannya cukup banyak sehingga dapat menyebabkan kematian.
2.      Terjadinya ulkus, kalau prosesnya hebat.
3.      Jarang terjadi perforasi.
1.1.8   Insiden
Angka kesakitan pada gastritis lebih banyak pada pria dari pada wanita, ini karena terjadi pada perokok dan peminum alkohol. Gastritis akut, bagaimanapun juga dapat terjadi perdarahan gastrointestinal bagian atas 10 - 30 % (Berk, 1985).

1.2      Tinjauan Asuhan Keperawatan
1.2.1   Pengkajian
Data-data yang perlu untuk dikaji antara lain :
1.      Riwayat hidup
Dalam riwayat hidup yang perlu dikaji antara lain; umur, jenis kelamin, jenis strees, pola makan (diet), perokok, alkoholik, minum kopi, penggunaan obat-obatan tertentu.
2.      Pemeriksaan fisik
Secara subyektif dijumpai; keluhan pasien berupa : nyeri epigastrium, perut lembek, kram, ketidakmampuan mencerna, mual, muntah. Sedangkan secara obyektif dijumpai :tanda-tanda yang membahayakan, meringis, kegelisahan, atau merintih, perubahan tanda-tanda vital, kelembekan daerah epigastrium, dan penurunan peristaltik, erythema palmer, mukosa kulit basah tanda-tanda dehidrasi.
3.      Psikologis
Dijumpai adanya kecemasan dan ketakutan pada penderita atau keluarganya mengenai kegawatan pada kondisi krisis. 
1.2.2         Diagnosa Keperawatan
1.2.2.1  Nyeri sehubungan dengan iritasi gastrium atau pengecilan kelenjar gastric
Kriteria hasil : Nyeri berkurang atau terkontrol.
Intervensi :
1) Catat keluhan nyeri, termasuk lokasi, lamanya, intensitas (skala 0-10).
R/ Nyeri tidak selalu ada, tetapi bila ada harus dibandingkan dengan gejala nyeri pasien sebelumnya.
2) Kaji ulang faktor yang meningkatkan atau yang menurunkan nyeri.
R/ Membantu dalam membuat diagnosa dan kebutuhan terapi.
3) Berikan makanan sedikit tapi sering sesuai indikasi.
R/ Makanan mempunyai efek penetralisis asam, juga menghancurkan kandungan gaster. Makan sedikit mencegah distensi dan haluaran gastrin.
4) Identifikasi dan batasi makanan yang dapat menimbulkan iritasi lambung.
R/ Makanan tersebut dapat meningkatkan iritasi lambung sehingga nyeri meningkat.
5) Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi, mis: analgesik dan antasida.
R/ Analgesik dapat menghilangkan nyeri dan antasida dapat menurunkan keasaman gaster dengan absorpsi atau netralisis zat kimia.
1.2.2.2   Kekurangan volume cairan sehubungan dengan pemasukan cairan dan elektrolit yang kurang, muntah, perdarahan.
Kriteria hasil : Tidak terjadi penurunan BB secara drastis
Intervensi :
1) Awasi masukan dan haluaran, karakter dan frekuensi muntah.
R/ Memberikan informasi tentang keseimbangan cairan.
2) Kaji tanda-tanda vital.
R/ Menunjukkan kehilangan cairan berlebihan atau dehidrasi.
3) Ukur berat badan tiap hari.
R/ Indikator cairan status nutrisi.
4) Kolaborasi pemberian antiemetik pada keadaan akut.
R/ Mengontrol mual dan muntah pada keadaan akut.
1.2.2.3  Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d masukan nutrien yang tidak adekuat.
Kriteria hasil : Intake nutrisi adekuat
Intervensi :
1) Catat masukan nutrisi.
R/ Mengidentifikasi kebutuhan diet.
2) Berikan perawatan oral teratur.
R/ Mencegah ketidaknyamanan karena mulut kering dan berbau.
3) Auskultasi bunyi usus dan catat pasase flatus.
R/ Peristaltik kembali normal menunjukkan kesiapan untuk memulai
makanan yang lain.
4) Catat berat badan saat masuk dan bandingkan dengan saat berikutnya.
R/ Memberikan informasi tentang keadekuatan masukan diet atau penentuan kebutuhan nutrisi.
5) Kolaborasi pemberian protein sesuai indikasi.
R/ Protein tambahan dapat membantu perbaikan dan penyembuhan.
1.3      Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. (Lynda Juall Capenito, 1999:28). Evaluasi dilakukan mengacu pada tujuan yang telah ditetap kan pada ktritereia tujuan yaitu :
1.      Pasien menyatakan nyeri hilang
2.      Berat badan pasien normal
3.      Kebutuhan nutrisi terpenuhi
4.      Pasien dapat rilek












DAFTAR PUSTAKA


Soeparman, Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 1990
S.Anderson Price, Fisiologi Proses-proses Penyakit, Penerbit Buku Kedokteran, EGC 1994
Ignatavicius dan M.V. Bayne, Medical Surgical Nursing, A Nursing Proses Approach, W.B. Saundrers, 1991.
Doenges dan A.C. Geissler, Nursing Care Plan, F.A. Davis Company, Philadelpia, 1984.
Brunner dan Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Ed. 8 Vol 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Charles, J.Reeves, dkk. 2001. Buku 1 Keperawatan Medikal Bedah Ed. I. Salemba Medika. Jakarta.
Slamet suyono, dkk. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Ed.3. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar