Rabu, 03 Oktober 2012

ALKOHOLISME


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Alkoholisme merupakan suatu gangguan perilaku menahun yang menjadi manifestasi dengan preokupasi tentang alkohol serta pemakainya yang mengganggu kesehatan fisik dan mental. Lingkungan sosialpun terganggu karenanyya,paling sedikit keluarga penderita. Orang dengan  alkoholisme kehilangan pengawasan diri bila mulai minnum. Ia juga menunjukan sikap yang merusak diri senidri dalam mengahdapi hubungan antar manusia  dan keadaan hidupnya.
Di Indonesia alkoholisme hanya sedikit sekali dibandingkan dengan negara di Eropa dan Amerika Utara. Di negara kita lebih sering terdapat intoxikasi alkohol akut. Intoxikasi alkohol  ialah keadaan dengan gangguan koordinasi,cara bicara yang terganggu dan perilaku ynag berubah karena alkohol itu. Minum episodik secara berlebihan (“episodic excessive dringking”) ialah bila terdapat alkoholisme dan individu itu mengalami intoxikasi kira-kira empat kali setahun. Kebiasaan minum secara berlebihan  (“habitual execessive drinking”) ialah keadaan dengan intoxikasi lebih dari duabelas kali setahun atau bila individu jelas di bawahn pengaruh alkohol lebih dari satu kali seminggu. Ketagihan alkohol didiagnosa bila terdapat bukti bahwa penderita itu tergantung pada alkohol yang yang berarti bahwa terjadi gejala-gejala abstinensi bila ia berhenti minum alkohol atau ia minum berlebihan selam tiga bulan atau lebih secara terus-menerus.

1.2  Tujuan penulisan
1.      Untuk memenuhi tugas Sistem Neurobehaviour II.
2.      Mahasiswa mampu mengetahui definisi Alkoholisme.
3.      Mahasiswa mampu mengetahui penyebab, tahap tahap dari Alkoholisme.
4.      Mahasiswa mampu mengetahui efek, perbedaan otak pada pecandu alkohol, maupun pengobatannya.

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Alkoholisme
Alkoholisme dapat diartikan sebagai kekacauan dan kerusakan kepribadian yang disebabkan karna safsu untuk minum yang bersifat kompulsif, sehingga penderita akan minum minuman beralkohol secara berlebihan dan dijadikan kebiasaan (Chaplin, 1995).
Pengertian alkoholisme tersebut juga mencakup tidak dapat dikendalikannya kemampuan berpantang atau adanya perasaan tidak dapat hidup tanpa minum (Atkinson dkk. 1992)
Alkoholisme adalah penyakit menahun yang ditandai dengan kecenderungan untuk meminum lebih daripada yang direncanakan, kegagalan usaha untuk menghentikan minum minuman keras dan terus meminum minuman keras walaupun dengan konsekuensi sosial dan pekerjaan yang merugikan.

2.2 Penyebab
Penyebab seseorang menjadi pecandu alkohol belum diketahui secara pasti, namun penggunaan alkohol bukan satu satunya faktor penyebab. Dari orang-orang yang meminum alkohol, sekitar 10% menjadi pecandu. Pecandu alkohol memiliki angka kejadian yang lebih tinggi dibandingkan pecandu zat lainnya.
Selain kemungkinan kelainan genetik, latar belakang dan kepribadian tertentu dapat menjadi faktor pendukung seseorang menjadi pecandu. Pecandu sering berasal dari keluarga yang pecah dan dari mereka yang hubungan dengan orang tuanya kurang harmonis.
Pecandu alkohol cenderung merasa terisolasi, sendiri, malu, depresi atau bermusuhan. Mereka biasa memamerkan perilaku perusakan diri, dan mungkin secara seksual tidak dewasa.
Beberapa penelitian memperlihatkan bahwa orang yang beresiko menjadi alkoholik tidak mudah mengalami keracunan, karena itu otak mereka kurang sensitif terhadap efek yang ditimbulkan oleh alkohol. Mereka biasa memamerkan perilaku perusakan diri, dan mungkin secara seksual tidak dewasa.
Meskipun demikian, penyalahgunaan dan ketergantungan alkohol sangat umum sehingga pecandu mudah dikenali diantara orang-orang dengan berbagai kepribadian.

2.3 Tahapan Alkoholisme 
penderita alkoholisme umumnya melewati empat tahap yang meliputi : Pra Alkoholik, Prodormal, Gawat, Koronis (Atkinson dkk., 1992).
1.      Pra Alkoholik
Pada tahap ini individu minum-minum bersama-sama teman sebayanya dan terkadang minum agak banyak untuk meredakan ketegangan dan melupakan masalah yang dialaminya.
2.      Prodormal
Pada tahap ini individu minum secara sembunyi-sembunyi. Ia masih tetap sadar dan relatif koheren tetapi kemudian tidak lagi dapat mengingat kejadian-kejadian yang pernah dialaminya.
3.      Gawat
Pada tahap ini semua kendali hilang. Penderita akan minum dan melanjutkannya sampai pingsan atau sakit. Pergaulan sosial menjadi makin buruk dan ia terang-terangan minum di hadapan keluarga, teman-teman atau kantor. Penderita pada tahap ini mulai minum pada pagi hari, lalu minum terus-menerus sampai berhari-hari tanpa mengindahkan aturan makannya.
4.      Kronis
Pada tahap ini hidup penderita hanya untuk minum, minum terus-menerus tanpa berhenti. Kondisi tubuhnya sudah terbiasa dengan alkohol, sehingga ia mengalami gejala-gejala penarikan diri tanpa alkohol dan gejala-gejala gangguan fisiologis.





2.4 Efek dari Alkoholisme
2.4.1 Gangguan Psikis
1. Kehilangan kontrol-diri, sebagai gejala pertama pada seorang alkoholis.
2. Mabuk : motoriknya tidak terkuasai, tanpa koordinasi, orang menjadi bingung dan tidak sadar-diri.
3. Roes atau kemabukan yang patologis : menjadi heboh, gempar, gelisa, dan kesadaran menjadi buram. Roes yang patologis ini sangat berbahaya, karna sering muncul ledakan-ledakan agresivitas yang hebat.
4. Delirium tremens (delirium: kegila-gilaan, mabuk dan mengigau), fikiran seperti tidak waras, naik pitam. Kondisi delirium sering disertai delusi-delusi, ilusi-ilusi, dan halusinasi-halusinasi.
5. Korsakov alkoholik : terdapat kompleks gejala amnetis, pasien suka meracau dan berbicara tanpa arti. Ada kekacauan dan kebingungan mental; cepat lupa dan pikun, lalu terjadi disorientasi terhadap lingkungan.

2.4.2 Gangguan Jasmani
1. Si penderita mengalami Polyneuritis, yaitu neuritis majemuk dalam bentuk radang dan keruskan pada system syaraf, disertai kesakitan, hypersensitivitas, kelumpuhan pada otot-otot dan rusaknya refleks-refleks.
2. Nystagmus, yaitu ayunan yang cepat dan tidak terkendali pada biji mata. pasien menjadi apatis secara emosional, acuh tak acuh dan sangat labil jiwanya.
3. Terjadi peradangan usus yang kronis (chronic gastritis, disebabkan oleh pengaruh alkohol).
4. Arteriosclerosis : pengapuran pada pembuluh-pembuluh darah, neuritis atau kerusakan pada syaraf-syaraf, radang ginjal, radang hati.
5. Paresthesia : ada perasaan-perasaan gatal-geli dan panas-terbakar pada kulit dan urat syaraf tulang belakang. Pada akhirnya akan muncul kerusakan-kerusakan yang progresif pada sistem peredaran darah dan sistem pencernaan makanaan.
6. Alkohol segera menekan fungsi otak. Seberapa beratnya tergantung kepada kadarnya di dalam darah, semakin tinggi kadarnya, semakin berat gangguan yang terjadi.

2.5 Bahaya Alkohol bagi Sistem Organ
1. Pada Otak dan Sistem Syaraf Pusat
Alkohol merupakan suatu senyawa yang mempunyai molekul sangat kecil dan larut air maupun lemak, sehingga mudah sekali masuk ke dalam aliran darah dan menembus sawar darah otak. Karena itu target utama alkohol adalah otak dan sistem syaraf pusat. Dosis rendah alkohol memberikan efek relaksasi dan menurunkan ketegangan, inhibisi, konsentrasi, dan memperlambat reflek. Pada dosis sedang menyebabkan bicara lambat, drowsy, dan penurunan emosi. Pada dosis tinggi menyebabkan mual, muntah, gangguan pernapasan, penurunan kesadaran, koma bahkan kematian. Bahkan sebuah penelitian baru menunjukkan bahwa seseorang yang meneguk minuman keras lebih dari 100 gelas per bulannya lebih memiliki potensi kehancuran otak.
2.  Pada sistem Kardiovaskular
Alkohol mempunyai beberapa efek yang menguntungkan, namun jika itu dikonsumsi dalam jumlah kecil. Sedang dalam jumlah besar dapat berdampak signifikan terhadap sistem kardiovaskular kita. Alkohol dapat menyebabkan pembengkakan jantung yang dapat menggiring ke arah kejadian gagal jantung kongestif. Penelitian yang terkini menyatakan bahwa ada hubungan positif antara konsumsi alkohol dengan kejadian kardiomyopati ( kelainan otot jantung ). Selain itu, konsumsi alkohol berlebihan juga dapat menyebabkan resiko kejadian stroke karena dapat menyebabkan penggumpalan darah.
3. Pada Sistem Pencernaan dan Hati
Rongga mulut dan kerongkongan yang terpapar alkohol terus menerus akan mengalami kerusakan ringan hingga berat. Pengkonsumsian alkohol secara kronik akan merusak kelenjar ludah sehingga akan mengurangi produksi air liur, menyebabkan peradangan pada lidah dan mulut, meningkatkan kejadian radang gusi dan gigi keropos, dan gangguan pergerakan kerongkongan. Konsumsi alkohol yang berlebihan dan terus menerus bahkan bisa menyebabkan kanker mulut, kanker kerongkongan, perdarahan saluran cerna, dan gastritis (radang lambung).


4. Pada seksualitas
Penggunaan alkohol dalam waktu yang lama dapat menyebabkan gangguan fungsi seksual, baik pada pria maupun wanita. Masalah seksual pada pria alkoholik disebabkan karena penurunan produksi hormon testosteron sehingga terjadi peningkatan relatif maupun absolut hormon estrogen, akibatnya terjadi penekanan / penurunan dorongan seksual karena berkurangnya testosteron bebas yang aktif. Di samping lain, wanita alkoholik mengalami kesulitan rangsangan dan hambatan orgasme. Selain itu, pada wanita alkoholik, akan terjadi proses penuaan dini dan menopause dini.

2.6 Gambaran Otak  pada Alkoholisme
Makin banyak alkohol diminum seseorang, semakin kecil volume otaknya (jurnal US Archives of Neurology edisi Oktober). Volume otak yang lebih rendah dan lesi area putih yang lebih besar juga terjadi sejalan dengan perkembangan demensia dan gangguan berpikir, belajar, dan ingatan.
Berikut ini gambar perbedaan penampang otak pada seseorang penderita alkoholisme dibanding dengan otak normal, orang dengan obesitas, dan pengguna kokain :
           
Keterangan warna  :
1.      Merah
Dopamin tinggi – Tingkat kenikmatan dan kesenangan normal.
2.      Kuning
Dopamin menengah – Kesulitan dalam merasakan kegembiraan dan kenikmatan.
3.      Hijau
Dopamin rendah – Kurangnya tingkat kenikmatan/ kesenangan.

2.7Cara-cara untuk berhenti minum alkohol
1. Menghilangkan minuman keras dari sekitar. Jikaingin memenangkan pertempuran melawan minuman keras, itu sangat pentinguntuk menghindari minuman keras. Tidak ada gunanya menyatakan berencana untuk berhenti minum tetapi masih memiliki sejumlah botol minuman keras.
2. Menjauhi teman-teman yang masih minum minuman keras. Karena tetap berteman dengan pecandu alkohol, maka seseorang dapat terpengaruh lagi untuk meminum minuman keras.
3. Mencari kesibukan untuk diri sendiri terutama dalam kegiatan-kegiatan yang positif.
4. Melibatkan orang-orangseperti keluarga dan sahabat. Jangan mencoba untuk berhenti sendiri, biarkan keluargamembantu. Mereka bisa mengawasi dan membantu menjagasehingga seseorang tidak kembali ke cara hidup lama.

2.8 Pengobatan
Kadang-kadang seorang alkoholik bisa menghindari minum alkohol dengan mengkonsumsi obat tertentu. Disulfiram (antabuse) bisa diperoleh dengan resep dokter. Obat ini terlibat dalam metabolisme alkohol, membentuk asetaldehid, suatu metabolit alkohol yang terdapat dalam darah.
Asetaldehid merupakan racun dan menyebabkan kemerahan pada wajah, sakit kepala berdenyut, denyut jantung yang cepat, pernafasan cepat dan berkeringat dalam waktu 5-15 menit seteleh minum alkohol. 30-60 menit kemudian terjadi mual dan muntah-muntah. Reaksi ini terjadi selama 1-3 jam.
Timbulnya reaksi tersebut (karena minum alkohol setelah menelan disulfiram), sangat menyiksa, sehingga pecandu memilih menghindari alkohol.
Alkoholik yang baru pulih, tidak dapat langsung mengkonsumsi disulfiram setelah berhenti minum alkohol; obat ini hanya diminum setelah beberapa hari tidak minum alkohol. Disulfiram bisa mempengaruhi metabolisme alkohol sampai 3-7 hari setelah dosis terakhir obat ini.
Beratnya reaksi terhadap alkohol yang berhubungan dengan pengobatan, menyebabkan disulfiram tidak boleh diberikan kepada wanita hamil atau pecandu yang memiliki penyakit yang serius. Obat lainnya adalah naltrekson, yang bisa membantu mengurangi ketergantungan pecandu jika digunakan sebagai bagian dari program pengobatan menyeluruh. Naltrekson merubah efek alkohol pada endorfin tertentu di otak, yang mungkin berhubungan dengan keinginan untuk minum alkohol.



















BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Alkoholisme dapat diartikan sebagai kekacauan dan kerusakan kepribadian yang disebabkan karna safsu untuk minum yang bersifat kompulsif, sehingga penderita akan minum minuman beralkohol secara berlebihan dan dijadikan kebiasaan.
Selain kemungkinan kelainan genetik, latar belakang dan kepribadian tertentu dapat menjadi faktor pendukung seseorang menjadi pecandu. Pecandu sering berasal dari keluarga yang pecah dan dari mereka yang hubungan dengan orang tuanya kurang harmonis.
Pecandu alkohol cenderung merasa terisolasi, sendiri, malu, depresi atau bermusuhan. Mereka biasa memamerkan perilaku perusakan diri, dan mungkin secara seksual tidak dewasa.












DAFTAR PUSTAKA

1.      Buku ” Bahaya Alkohol ” oleh Prof. Zullies Ikawati & Dra. Hartati Nurwijaya, dkk
2.      Riyanti, Dwi B.P. dan Hendro Prabowo. 1998. “Psikologi Umum 2”. Jakarta : Universitas Gunadarma.
3.      Kartono, Kartini. 1986. “Patologi Social 3 : gangguan-gangguan kejiwaan”. Jakarta : Rajawali
4.      Budi Ana Keliat, Peran Serta Keluarga Dalam Perawatan Klien Gangguan Jiwa, Buku Kedokteran,1992
5.      Antai Otong Deborah (1995). Psychiatric Nursing. Philadelphia : W.B. Company
6.      Gestrude K. Mc. Farland (1991). Psychiatric Mental Health Nursing. Philadelphia : J. B. Lippincot Company
7.      W.E., Maramis, Ilmu Kedokteran Jiwa, Airlangga Press, Surabaya, 1990
8.      Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 2. Jakarta: EGC Keltner, N.L .
9.      Stuart, G W.2006.Buku Saku Keperawatan Jiwa.Edisi 5.EGC:Jakarta
10.  Azwar, A. 2007. Kesehatan jiwa. http://www.kbi.gemari.or.id : 11 Januari 2001.
11.  Kusumawati, F dan Yudi H. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:
http://medicastore.com/penyakit/293/Alkoholisme.html
http://www.kaskus.us/showthread.php?p=134054527#post134054527

Tidak ada komentar:

Posting Komentar