BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Definisi
Harga diri rendah adalah penilaian
pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku
memenuhi ideal diri (Stuart dan Sundeen, 1998 :227). 
Harga diri rendah merupakan keadaan
dimana individu mengalami evaluasi diri yang negatif mengenai diri atau
kemampuan diri.Carpenito, L.J (1998:352).
Harga diri rendah merupakan evaluasi
diri dari perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif baik langsung
maupun tidak langsung. Townsend (1998:189).
Salah satu komponen konsep diri yaitu
harga diri dimana harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri
dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri (Keliat,
1999). Sedangkan harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu yang
berharga dan tidak bertanggungjawab atas kehidupannya sendiri. Jika individu
sering gagal maka cenderung harga diri rendah.
Harga diri rendah jika kehilangan
kasih sayang dan penghargaan orang lain. Harga diri diperoleh dari diri sendiri
dan orang lain, aspek utama adalah diterima dan menerima penghargaan dari orang
lain.
Gangguan harga diri rendah di
gambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk
hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan,
mengkritik diri sendiri, penurunan produktivitas, destruktif yang diarahkan
pada orang lain, perasaan tidak mampu, mudah tersinggung dan menarik diri
secara sosial.
Faktor yang mempegaruhi harga diri
meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak relistis, kegagalan
yang berulang kali, kurang mempunyai tanggungjawab personal, ketergantungan
pada orang lain dan ideal diri yag tidak realistis. Sedangkan stresor pencetus
mungkin ditimbulkan dari sumber internal dan eksternal seperti :
1.      Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis
atau menyaksikan kejadian yang mengancam.
2.      Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau
posisi yang diharapkan dimana individu mengalami frustasi. Ada tiga jenis
transisi peran :
1)      Transisi peran perkembangan adalah perubahan
normatif yang berkaitan dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap
perkembangan dalam kehidupan individu atau keluarga dan norma-norma budaya,
nilai-nilai tekanan untuk peyesuaian diri.
2)      Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah
atau berkurangnya anggota keluarga melalui kelahiran atau kematian.
3)      Transisi peran sehat sakit sebagai akibat
pergeseran dari keadaan sehat ke keadaan sakit. Transisi ini mungkin dicetuskan
oleh kehilangan bagian tubuh, perubahan ukuran, bentuk, penampilan dan fungsi
tubuh, perubahan fisik, prosedur medis dan keperawatan.
2.1.1
Gangguan harga diri atau harga diri rendah dapat terjadi secara :
1.      Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba,
misal harus operasi, kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubugan
kerja dll. Pada pasien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena
privacy yang kurang diperhatikan : pemeriksaan fisik yang sembarangan,
pemasangan alat yang tidak sopan (pemasangan kateter, pemeriksaan pemeriksaan
perianal dll.), harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak
tercapai karena di rawat/sakit/penyakit, perlakuan petugas yang tidak
menghargai.
2.      Kronik, yaitu perasaan negatif terhadap diri telah
berlangsung lama.
2.2
Patofisiologi
| 
 | |||||||
|  | |||||||
|  | |||||||
| 
 | |||||||
2.3
Maniestasi Klinis
- Mengkritik diri sendiri
- Perasaan tidak mampu
- Pandangan hidup yang pesimis
- Penurunan produktivitasan
- Penolakan terhadap kemampuan diri
- Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit
- Merendahkan martabat.
- Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri.
- Percaya diri kurang.
- Mencederai diri.
2.4 Penatalaksanaan
1.      Rujuk pada dukungan psikiatri atau grup terapi,
pelayanan sosial, sesuai petunjuk.
2.      Rujuk pada sumber-sumber yang sesuai untuk terapi
sesuai dengan kebutuhan indikasi.
3.      Refleksikan kembali kepada pasien apa yang telah
diucapkan, untuk memperoleh kejelasan dan pembuktian.
4.      Berikan obat-obatan, misal : transquilizer,
sedatif, narkotik.
5.      Diskusikan pandangan pasien terhadap citra diri
dan efek yang ditimbulkan dari penyakit atau kondisinya.
6.      Dorong diskusi akan kebutuhan fisik dalam cara
yang sederhana, langsung dan faktual.
7.      Kenalkan tugas-tugas pada tingkat pemahaman
pasien.
2.5 Asuhan
Keperawatan
2.5.1
Pengkajian
2.5.1.1 Individu
1.      Umur dan Jenis Kelamin
2.      Kelompok religius: kehadiran di tempat ibadah,
pentingnya agama di dalam kehidupan pasien, kepercayaan akan kehidupan setelah
kematian.
3.      Tingkat pengetahuan atau pendidikan. 
4.      Bahasa dominan pasien? Apakah ia fasih? 
5.      Pola komunikasi dengan orang terdekat, dengan
pemberi perawatan? Bagaimana gaya bicarannya?
6.      Persepsi akan tubuh dan fungsi-fungsinya
7.      Bagaimana pasien merasakan dan menentukan sakit?
8.      Bagaimana pasien mengalami penyakit dan bagaimana
sebenarnya penyakitnya?
9.      Bagaimana respon emosional terhadap pengobatan
saat ini dan hospitalisasi?
10.  Tingkah laku pada waktu mengalami harga diri
rendah
2.5.1.2 Orang-orang Terdekat
1.      Status perkawinan
2.      Siklus perkembangan keluarga: baru menikah?
Anak-anak? (muda, remaja, meninggalkan/kembali ke rumah) pensiun?
3.      Kebiasaan pasien di dalam tugas-tugas keluarga dan
fungsi-fungsinya.
4.      Bagaimana pengaruh orang terdekat terhadap
penyakit dan prognosa?
5.      Proses interaksi apakah yang terdapat di dalam
keluarga?
2.5.1.3 Sosioekonomi
1.      Pekerjaan 
2.      Faktor-faktor lingkungan
3.      Kelas sosial; sistem nilai
4.      Penerimaan sosial akan kondisi pasien
2.5.1.4 Kultural
1.      Latar belakang etnis
2.      Nilai-nilai yang berhubungan dengan kesehatan
3.      Faktor-faktor kultural yang dihubungkan dengan
penyakit secara umum dan respons terhadap sakit.
4.      Kepercayaan mengenai perawatan dan pengobatan.
2.5.2
Diagnosa Keperawatan
1.      Gangguan Interaksi sosial: menarik diri
berhubungan dengan harga diri rendah.
2.      Gangguan konsep diri: harga diri rendah
berhubungan dengan berduka disfungsional.
2.5.3
Rencana Tindakan Keperawatan
1.      Tujuan umum
Meningkatkan aktualisasi diri klien dengan membantu menumbuhkan, mengembangkan,
menyadari potensi sambil mencari kompensasi ketidakmampuan.
2.      Tujuan khusus
Klien dapat mengenal dukungan yang dibutuhkan dalam menyelesaikan
masalah yang berhubungan dengan konsep diri dan membantu klien agar lebih
mengerti akan dirinya.
Tindakan keperawatan
- Tahap memperluas kesadaran diri
| 
Intervensi | 
Rasional | 
Tindakan | 
| 
Membina hubungan
  saling percaya | 
Sikap perawat yang terbuka dapat mengurangi perasaan terancam dan
  membantu klien menerima semua | 
1.  
  Menerima klien apa adanya 
2.  
  Dengarkan klien 
3.  
  Dorong klien mendiskusikan
  pikiran dan perasaannya 
4.  
  Respon yg tidak mengadili 
5.  
  Katakan bahwa klien adl
  individu berharga, bertanggung jawab dan dpt menolong diri sendiri | 
| 
Bekerja dengan
  kemampuan yang dimiliki klien | 
Tingkat
  kemampuan menilai realitas dan kontrol diri diperlukan sebagai landasan asuhan
  keperawatan | 
1.     
  Identifikasi kemampuan klien 
2.     
  Arahkan klien sesuai dng
  kemampuan yang dimiliki 
3.     
  Menyakinkan identitas klien 
4.     
  Beri dukungan untuk
  menurunkan panik 
5.     
  Pendekatan tanpa menuntut 
6.     
  Menerima dan mengklarifikasi komunikasi
  verbal dan nonverbal 
7.     
  Cegah klien mengisolasi diri 
8.     
  Ciptakan kegiatan rutin (ADL) 
9.     
  Buat batasn perilaku yg tdk
  pantas 
10.  Orientasikan klien ke dunia nyata 
11.  Beri pujian pada perilkau yang tepat 
12.  Tingkatkan kegiatan dan tugas secara bertahap, untuk menimbulkan
  pengalaman positif | 
2.     
Menyelidiki diri
| 
Intervensi | 
Rasional | 
Tindakan | 
| 
Bantu klien menerima perasaan dan pikirannya | 
Dengan menunjukan sikap menerima perasaan dan pikiran klien maka klien
  akan melakukan hal yang sama | 
1.   
  Motivasi klien
  mengekspresikan emosi, keyakinan perilaku dan pikirannya 
2.   
  Gunakan komunikasi terapeutik
  dan empati 
3.   
  Catat pikiran yang logis dan tidak logis | 
| 
Menolong klien
  menjelaskan konsep dirinya dan hubungannya dengan orang lain secara terbuka | 
Keterbukaan
  persepsi diri adalah awal untuk merubah suasana sepi dan dapat mengurangi ansietas | 
1. 
  Tumbuhkan persepsi klien terhadap kekuatan dan
  kelemahannya 
2. 
  Bantu klien menurunkan self idealnya 
3. 
  Bantu klien menjelaskan hubungan dengan orang lain | 
| 
Menyadari dan
  mengontrol perasaan perawat | 
Kesadaran diri akan membantu penampilan model perilaku dan
  membatasi efek negatif dalam berhubungan dengan orang lain | 
1.  
  Sadari perasaan sendiri baik
  perasaan negatif dan positif dalam berhubungan | 
| 
Empati pada klien, tekankan bahwa
  kekuatan untuk berubah ada pada klien | 
Rasa empati dapat menguatkan pandangan klien memahami perasaan orang lain | 
1. 
  Gunakan respon empati dan observasi apakah perasaan
  perawat simpati atau empati 
2. 
  Jelaskan bahwa klien berguna
  dlm memecahkan masalahnya 
3. 
  Libatkan keluarga dan
  kelompok menyelidiki diri klien 
4. 
  Bantu klien mengenal konflik
  dan koping maladaptif | 
3.     
Mengevaluasi diri
| 
Intervensi | 
Rasional | 
Tindakan | 
| 
Membantu klien
  mengidentifikasi masalahnya secara jelas | 
Setelah
  mengetahui masalah
  dengan jelas alternatif
  pemecahan masalah dapat dibuat klien | 
1.   
  Bersama klien identifikasi
  stressor dan bagaimana penilaiannya 
2.   
  Jelaskan bahwa keyakinan
  klien mempengaruhi perasaan dan perilakunya | 
| 
Kaji respon koping adaptif dan maladaptif klien terhadap masalah yang dihadapi | 
Dengan mengetahui koping yg dipilih klien dapat mengevaluasi
  konsekwensi positif dan negatif | 
1. 
  Bersama klien
  mengidentifikasi keyakinan, ilusi, tujuan yang tidak realistis 
2. 
  Identifikasi kekuatan klien 
3. 
  Tunjukan konsep sukses dan
  gagal dalam persepsi yang cocok 
4. 
  Teliti sumber koping yang digunakan klien 
5. 
  Uraikan pada klien bahwa respon
  koping dapat dipilih dengan bebas dan mempunyai
  dampak positif maupun negatif 
6. 
  Bersama klien
  mengidentifikasi respon koping yang maladaptif 
7. 
  Komunikasi yang menfasilitasi
  konprontasi yang mendukung 
8. 
  Klarifikasi peran | 
4.     
Membuat perencanaan yang
realistis
| 
Intervensi | 
Rasional | 
Tindakan | 
| 
Bantu klien
  mengidentifikasi pemecahan masalah | 
Jika semua
  alternatif sudah dievaluasi, perubahan menjadi efektif | 
1.  
  Jelaskan bahwa yang dapat merubah dirinya
  adalah klien bukan orang lain 
2.  
  Bantu keyakinan dan ide klien
  ke dalam kenyataan 
3.  
  Gunakan lingkungan membantu
  keyakinan klien jadi konsisten | 
| 
Bantu klien
  mengkonsep tujuan yang realitas | 
Dengan tujuan yang jelas dpt merubah
  harapan yang
  diinginkan | 
1.   
  Bantu klien merumuskan tujuan 
2.   
  Bantu klien untuk menetapkan
  perubahan yang diinginkan 
3.   
  Anjurkan klien menggunakan
  pengalaman baru untuk mengembangkan potensinya 
4.   
  Gunakan role model,
  role  play, visualisasi dan rekomendasi yang sesuai | 
5.     
Bertanggung jawab dalam
bertindak
| 
Intervensi | 
Rasional | 
Tindakan | 
| 
Mengeksplorasi
  koping adaptif dan maladaptif klien dalam memecahkan masalahnya | 
Sangat penting
  bagi klien mengetahui koping yang digunakan dalam pemecahan masalahnya baik
  yg negatif maupun yang negatif | 
1. 
  Beri kesempatan klien untuk
  memilih koping yang ingin digunakan dan konsekwensinya 
2. 
  Bantu klien mengidentifikasi
  keuntungan dan kerugian mekanisme koping yg dipilih 
3. 
  Diskusikan bila klien memilih
  mekanisme koping negatif berikut konsekwensinya 
4. 
  Berikan dukungan positif
  untuk mempertahankan kemajuannya. | 
2.5.4       
Evaluasi
1.   
Baik ancaman integritas atau
harga diri klien sudah berkurang baik sifat, jumlah dan waktu
2.   
Perilaku klien menunjukan
kemajuan dalam menerima, menghargai
dan meyakini diri sendiri
3.   
Sumber koping klien yang
adekuat sudah dimiliki dan digunakan
4.   
Klien dapat memperluas kesadaran
diri, menyelidiki dan mengevaluasi diri
5.   
Klien menggunakan respon koping
yang adaptif
6.   
Klien sudah mempelajari strategi
baru untuk beradaptasi dan meningkatkan aktualisasi diri
7.   
Klien sudah menggunakan pemahaman yang tinggi tentang diri sendiri untuk
meningkatkan pertumbuhan kepribadian
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR
PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan.
EGC: Jakarta. 
Damaiyanti, Mukhripah. 2008. Komunikasi Terapeutik dalam Praktik Keperawatan. PT.Refika Aditama
: Bandung 
Dongoes, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien. EGC : Jakarta
Keliat, Budi Anna dll. 1998. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa..
EGC: Jakarta. 
Townsend, Mary C. 1995. Nursing Diagnosis in Psychiatric Nursing a
Pocket Guide for Care Plan Construction. Edisi 3. EGC : Jakarta
http://www.kapukonline.com/2011/09/askepasuhankeperawatanjiwahargadirirend.html
http://thefuturisticlovers.wordpress.com/2011/11/02/keperawatan-jiwa-gangguan-konsep-diri-harga-diri-rendah/
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar