1.1
DEFINISI
Kanker paru merupakan abnormalitas dari sel – sel yang
mengalami proliferasi dalam paru (Underwood, Patologi, 2000).
Kanker paru adalah merupakan ganas paru primer yang
berasal dari saluran pernapasan.
1.2
ETIOLOGI
Meskipun etiologi sebenarnya dari
kanker paru belum diketahui, tetapi ada beberapa faktor yang agaknya
bertanggung jawab dalam peningkatan insiden kanker paru
1. Merokok.
Tak diragukan lagi
merupakan faktor utama. Suatu hubungan statistik yang
defenitif telah ditegakkan antara perokok berat (lebih dari dua puluh batang
sehari) dari kanker paru (karsinoma bronkogenik). Perokok seperti ini mempunyai
kecenderung sepuluh kali lebih besar dari pada perokok ringan. Selanjutnya
orang perokok berat yang sebelumnya dan telah meninggalkan kebiasaannya akan
kembali ke pola resiko bukan perokok dalam waktu sekitar 10 tahun. Hidrokarbon
karsinogenik telah ditemukan dalam ter dari tembakau rokok yang jika dikenakan
pada kulit hewan, menimbulkan tumor.
2. Iradiasi.
Insiden karsinoma paru yang tinggi pada penambang kobalt
di Schneeberg dan penambang radium di Joachimsthal (lebih dari 50 % meninggal
akibat kanker paru) berkaitan dengan adanya bahan radioaktif dalam bentuk
radon. Bahan ini diduga merupakan agen etiologi operatif.
3. Kanker paru
akibat kerja.
Terdapat insiden yang tinggi dari pekerja yang terpapar
dengan karbonil nikel (pelebur nikel) dan arsenic (pembasmi rumput). Pekerja pemecah hematite (paru – paru
hematite) dan orang – orang yang bekerja dengan asbestos dan dengan kromat juga
mengalami peningkatan insiden
4. Polusi udara
.Mereka yang tinggal di kota
mempunyai angka kanker paru yang lebih tinggi dari pada mereka yang tinggal di
desa dan walaupun telah diketahui adanya karsinogen dari industri dan uap
diesel dalam atmosfer di kota.
( Thomson, Catatan Kuliah Patologi,1997).
5. Genetik.
Terdapat perubahan/ mutasi
beberapa gen yang berperan dalam kanker paru, yakni
a. Proton oncogen.
a. Proton oncogen.
b. Tumor suppressor gene.
c. Gene encoding enzyme.
1.3 KOMPLIKASI
1. Tamponade jantung
2. Efusi pleura
3. Sindrome vena kava superior
4. Sindrome penekanan tulang belakang
5. Sindrom hiperkalemik
1. Tamponade Jantung
Tamponade
jantung adalah pengumpula cairan di dalam kantong jantung (kantong perikardium,
kantong perikardial) yang menyebabkan penekanan terhadap jantung dan kemampuan
memompa jantung.
Pengumpulan
cairan terjadi jika kanker menyusup ke dalam perikardium dan menyebabkan
terjadinya iritasi.
Kanker yang
paling mungkin menyusup ke dalam perikardium adalah kanker paru-paru, payudara
an limfoma.
Tamponade
jantung terjadi secara mendadak jika begitu banyak cairan terkumpul sehingga
jantung tidak dapat berdenyut secara normal. Sebelum timbulnya tamponade
penderita biasanya merasakan nyeri samar-samar atau tekanan di dada yang akan
bertambah buruk jika berbaring dan akan membaik jika duduk tegak. Penderita
mengalami gangguan pernapasan yang berat dan seama menghirup udara, vena-vena
di leher membengkak.
Diagnosa
ditegakkan berdasarkan:
1.
Rontgen dada
2.
Ekokardiogram
Untuk mengurangi
penekanan, dimasukkan jarum ke dalam kantong perikardium dan cairan dikeluarkan
dengan bantuan alat suntik. Prosedur ini dinamakan perikardiosintesis. Contoh
cairan diperiksa dibawah mikroskop untuk
melihat apakah cairanmengandung sel-sel kanker. Selanjutnya dibuat sayatan pada
perikardium untuk mencegah kambuhnya tamponade. Pengobatan lainnya tergantung
kepada jenis kanker yang terjadi.
2. Efusi Pleura
2. Efusi Pleura
Efusi pleura merupakan pengumpulan cairan di dalam kantong yang mengelilingi paru-paru (kantong pleura), yang bisa menyebabkan sesak nafas.
Pengumpulan cairan di kantong pleura bisa disebabkan oleh berbagai hal, salah satunya adalah kanker.
Untuk mengeluarkan cairan, dimasukkan jarum suntik diantara tulang iga menuju ke kantong pleura.
Jika setelah prosedur ini cairan dengan cepat mulai terkumpul kembali, akan dimasukkan selang melalui dinding dada menuju ke kantong pleura, yang akan tetap terpasang disini sampai keadaan penderita membaik.
Zat kimia khusus bisa dimasukkan ke dalam kantong pleura untuk mengiritasi dindingnya dan menyebabkan kedua lapisan kantong melekat satu sama lain.
Hal ini akan menghilangkan rongga dimana cairan terkumpul dan mengurangi kemungkinan kambuhnya efusi pleura.
3. Sindroma Vena Kava Superior
Sindroma vena kava superior terjadi jika kanker menyumbat sebagian atau seluruh vena-vena (vena kava superior), yang mengalirkan darah dari tubuh bagian atas ke dalam jantung.
Penyumbatan vena kava superior menyebabkan vena-vena di dada bagian atas dan di leher membengkak, sehingga terjadi pembengkakan di wajah, leher dan dada bagian atas.
4. Sindroma Penekanan Tulang Belakang
Sindroma penekanan tulang belakang terjadi jika kanker menekan tulang belakang atau saraf-saraf tulang belakang, dan menyebabkan nyeri serta hilangnya fungsi.
Semakin lama penderita mengalami kelainan neurologis, semakin kecil kemungkinan kembalinya fungsi saraf yang normal.
Biasanya pengobatan akan memberikan hasil yang terbaik jika dilakukan dalam 12-24 jam setelah timbulnya gejala.
Diberikan kortikosteroid (misalnya prednison) intravena untuk mengurangi pembengkakan dan terapi penyinaran.
Meskipun jarang, jika penyebabnya tidak diketahui, pembedahan akan membantu diagnosis yang tepat dan mengobati keadaan ini karena memungkinkan ahli bedah untuk mengurangi tekanan pada korda spinalis.
5. Sindroma Hiperkalemik
Sindroma hiperkalemik terjadi jika kanker menghasilkan hormon yang akan meningkatkan kadar kalsium darah atau hormon yang secara langsung mempengaruhi tulang.
Penderita mengalami kebingungan, yang bisa berlanjut menjadi koma dan menyebabkan kematian.
Berbagai macam obat dapat mengurangi kadar kalsium.
1.4
PATOFISIOLOGI
|
|
|
1.5
MANIFESTASI KLINIS
1.
Gejala awal
stridor lokal dan dispnea ringan yang mungkin
disebabkan oleh obstruksi bronkus.
2.
Gejala umum.
a.
Batuk
Kemungkinan
akibat iritasi yang disebabkan oleh massa tumor. Batuk mulai sebagai batuk
kering tanpa membentuk sputum, tetapi berkembang sampai titik dimana dibentuk
sputum yang kental dan purulen dam berespon terhadap infeksi sekunder.
b.
Hemotisis
Sputum bersemu
darah karena sputum melalui permukaan tumor yang mengalami ulserasi.
c.
Anoreksia, lelah, berkurangnya berat badan.
3.
Lokal
a.
Batuk
b.
Hemoptisis
c.
Mengi (wheezing/stridor)
d.
Kadang terdapat abses seperti abses paru.
e.
Atelektasis.
4.
Invasi lokal
a.
Nyeri dada
b.
Dipsnea karena efusi pleura
c.
Aritmia (bila invasi sampai ke perikardium)
d.
Sindrom vena kava superior
e.
Sindrom horner (facial anhidrosis, ptosis, miosis)
f.
Suara serak, karena penekanan pada nervus laryngeal recurrent
g.
Sindrom Pancoast, karena invasi pada pleksus brakialis dan saraf simpatis
servikalis.
5.
Metastasis
a.
Nyeri tulang
b.
Sakit kepala
c.
Ikterus
d.
Perubahan neurologis
e.
Suara serak
f.
Disfagia
g.
Sesak napas
h.
Pembesaran kelenjar getah bening.
6.
Sindrom paraneoplasma
Terdapat pada 10% kanker
paru , dengan gejala:
a.
Sistemik : penurunan
berat badan, anoreksia, demam.
b.
Hematologi : leukositosis,
anemia, hiperkoagulasi.
c.
Neurologik : demensia,
ataksia, tremor, neuropati perifer.
d.
Endokrin : sekresi
hormon paratiroid (hiperkalsemia)
e.
Dermatologi :eritema
multiform, hiperkeratosis, jari tabuh.
f.
Renal :SIADH
g.
Osteoartropati hipertrofi.
1.6
PENATALAKSANAAN
Pengobatan
suportif umum.
Seperti pasien
kanker lainnya, pasien kanker paru juga memerlukan pengobatan suportif umum
yang terutama terdiri atas pencegahan dan pengobatan infeksi, pengobatan nyeri,
pemberian transfusi serta pencegahan dan perbaikan fungsi berbagai organ. Aspek
nutrisi tak kalah pentingnya adalah. Untuk diperhatiakn beberapa kriteria yang
dipakai sebagai landasan pengobatan nutrisi suportif pada pasien kanker lainnya
antara lain:
1. Bila pasien tidak mampu
untuk mengkonsumsi 1000kalori per hari.
2. Bila terjadi penurunan
berat badan >10% berat badan pasien sebelum sakit.
3. Kadar albumin serum
menurun dan
4. Ada tanda-tanda penurunan daya
tahan tubuh.
1.7
PEMERIKSAAN DIAGNOSIS / PENUNJANG
Foto thorak
merupakan pemeriksaan yang sederhana tetapi mempunyai nilai yang cukup berarti.
Banyak tumor paru ditemukan secara kebetulandengan foto toraks yang dibuat
untuk keperluan medical check-up maupun untuk toleransi operasi. Foto thorak
bermanfaat untuk skriing pada pasien risiko tinggi, menentukan ada tidaknya
massa di paru, melihat adanya efusi pleura, etapi tidak dapat dipakai untuk
klinis staging.
Computed
tomography (CT) torak dan abdomen atas harus dikerjakan secara rutin pada
kecurigaan karsinoma paru yang dilihat dengan foto toraks. Pemeriksaan ini
bermanfaat untuk memastikan ada tidaknya lesi di paru, menentukan lokasi lesi
secara tepat, menentukan ukuran secara tepat, menilai kelenjar getah bening
hilus dan mediastinum, mencari metastasis paru, supra renalis dan hepar. Juga
bermanfaat untuk menilai respon pengobatan , baik pembedahan, radiasi dan
kemoterapi. Dan juga dapat bermanfaat untuk mendeteksi kekambuhan tumor.
Modalitas
imaging lain yang digunakan adalah magnetic resonance imaging (MRI),
ultrasonografi (USG) abdomen, CT kepala, bone scaning, bone survey, serta
angiografi untuk mencari metastasis di luar paru, bahkan modalitas yang canggih
dengan sensitivitas yang sangat tinggi yaitu positron emission tomography (PET)
telah digunakan di beberapa negara.
1.8 Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Kanker Paru
1.
PENGKAJIAN.
a.
Preoperasi (Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan,1999).
1). Aktivitas/ istirahat.
Gejala : Kelemahan, ketidakmampuan
mempertahankan kebiasaan rutin,
dispnea karena aktivitas.
dispnea karena aktivitas.
Tanda : Kelesuan( biasanya
tahap lanjut).
2). Sirkulasi.
Gejala : JVD (obstruksi vana
kava).
Bunyi jantung : gesekan
pericardial (menunjukkan efusi).
Takikardi/ disritmia.
Jari tabuh
3). Integritas ego.
Gejala : Perasaan taku. Takut hasil pembedahan
Menolak kondisi yang berat/
potensi keganasan.
Tanda : Kegelisahan, insomnia, pertanyaan yang diulang –
ulang.
4). Eliminasi.
Gejala : Diare yang hilang timbul (karsinoma sel kecil).
Peningkatan frekuensi/ jumlah urine (ketidakseimbangan hormonal, tumor epidermoid)
Peningkatan frekuensi/ jumlah urine (ketidakseimbangan hormonal, tumor epidermoid)
5). Makanan/ cairan.
Gejala : Penurunan berat
badan, nafsu makan buruk, penurunan masukan
makanan.
makanan.
Kesulitan menelan
Haus/ peningkatan masukan
cairan.
Tanda : Kurus, atau penampilan kurang berbobot (tahap
lanjut)
Edema wajah/ leher, dada punggung (obstruksi vena kava),
edema wajah/ periorbital (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil)
Glukosa dalam urine (ketidakseimbangan hormonal, tumor
epidermoid).
6). Nyeri/ kenyamanan.
Gejala : Nyeri dada (tidak biasanya ada pada tahap dini
dan tidak selalu
pada tahap lanjut) dimana dapat/ tidak dapat dipengaruhi oleh perubahan posisi.
Nyeri bahu/ tangan (khususnya pada sel besar atau adenokarsinoma)
pada tahap lanjut) dimana dapat/ tidak dapat dipengaruhi oleh perubahan posisi.
Nyeri bahu/ tangan (khususnya pada sel besar atau adenokarsinoma)
Nyeri abdomen hilang timbul.
7). Pernafasan.
Gejala : Batuk ringan atau perubahan pola batuk dari
biasanya dan atau
produksi sputum.
produksi sputum.
Nafas pendek
Pekerja yang terpajan polutan,
debu industri
Serak, paralysis pita suara.
Riwayat merokok
Tanda : Dispnea, meningkat
dengan kerja
Peningkatan fremitus taktil (menunjukkan konsolidasi)
Krekels/ mengi pada inspirasi atau ekspirasi (gangguan
aliran udara), krekels/ mengi menetap; pentimpangan trakea ( area yang
mengalami lesi).
Hemoptisis.
8). Keamanan.
8). Keamanan.
Tanda : Demam mungkin ada (sel
besar atau karsinoma)
Kemerahan, kulit pucat (ketidakseimbangan hormonal,
karsinoma sel kecil)
9). Seksualitas.
Tanda : Ginekomastia (perubahan hormone neoplastik,
karsinoma sel
besar)
besar)
Amenorea/ impotent (ketidakseimbangan hormonal,
karsinoma sel kecil)
10). Penyuluhan.
Gejala : Faktor resiko keluarga, kanker(khususnya paru),
tuberculosis
Kegagalan untuk membaik.
Kegagalan untuk membaik.
b. Pascaoperasi (Doenges, Rencana Asuhan
Keperawatan, 1999).
- Karakteristik dan kedalaman
pernafasan dan warna kulit pasien.
- Frekuensi dan irama jantung.
- Pemeriksaan laboratorium
yang terkait (GDA. Elektolit serum, Hb dan Ht).
- Pemantauan tekanan vena sentral.
- Status nutrisi.
- Status mobilisasi ekstremitas khususnya ekstremitas
atas di sisi yang di operasi.
- Kondisi dan karakteristik water seal drainase.
1). Aktivitas atau istirahat.
Gejala : Perubahan aktivitas,
frekuensi tidur berkurang.
2). Sirkulasi.
Tanda : denyut nadi cepat,
tekanan darah tinggi.
3). Eliminasi.
Gejala : menurunnya frekuensi
eliminasi BAB
Tanda : Kateter urinarius terpasang/ tidak,
karakteristik urine
Bisng usus, samara atau jelas.
4). Makanan dan cairan.
Gejala : Mual atau muntah
5). Neurosensori.
Gejala : Gangguan gerakan dan
sensasi di bawah tingkat anastesi.
6). Nyeri dan
ketidaknyamanan.
Gejala : Keluhan nyeri,
karakteristik nyeri
Nyeri, ketidaknyamanan dari
berbagai sumber misalnya insisi
Atau efek – efek anastesi.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN RENCANA KEPERAWATAN.
A.
Preoperasi (Gale, Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi, 2000, dan Doenges, Rencana
Asuhan Keperawatan, 1999).
1).
Kerusakan pertukaran gas
Dapat dihubungkan :
Hipoventilasi.
Kriteria hasil :
Kriteria hasil :
- Menunjukkan perbaikan
ventilasi dan oksigenisi adekuat dengan GDA dalam rentang normal dan bebas
gejala distress pernafasan.
- Berpartisipasi dalam program pengobatan, dalam
kemampuan/ situasi.
Intervensi :
Intervensi :
a) Kaji status pernafasan dengan sering, catat
peningkatan frekuensi atau upaya pernafasan atau perubahan pola nafas.
Rasional : Dispnea merupakan
mekanisme kompensasi adanya tahanan jalan nafas.
b) Catat ada atau tidak adanya
bunyi tambahan dan adanya bunyi tambahan, misalnya krekels, mengi
.Rasional : Bunyi nafas dapat
menurun, tidak sama atau tak ada pada area yang sakit.Krekels adalah bukti
peningkatan cairan dalam area jaringan sebagai akibat peningkatan permeabilitas
membrane alveolar-kapiler. Mengi adalah bukti adanya
tahanan atau penyempitan jalan nafas sehubungan dengan mukus/ edema serta
tumor.
c) Kaji adanmya sianosis
Rasional : Penurunan
oksigenasi bermakna terjadi sebelum sianosis. Sianosis
sentral dari “organ” hangat contoh, lidah, bibir dan daun telinga adalah paling
indikatif.
d) Kolaborasi pemberian
oksigen lembab sesuai indikasi
Rasional : Memaksimalkan
sediaan oksigen untuk pertukaran.
e) Awasi atau gambarkan seri
GDA.
Rasional : Menunjukkan
ventilasi atau oksigenasi. Digunakan sebagai dasar
evaluasi keefktifan terapi atau indikator kebutuhan perubahan terapi.
2). Bersihan jalan nafas tidak efektif.
Dapat dihubungkan :
- Kehilangan fungsi silia
jalan nafas
- Peningkatan jumlah/
viskositas sekret paru.
- Meningkatnya tahanan jalan
nafas
Kriteria hasil :
- Menyatakan/ menunjukkan
hilangnya dispnea.
- Mempertahankan jalan nafas
paten dengan bunyi nafas bersih
- Mengeluarkan sekret tanpa
kesulitan.
- Menunjukkan perilaku untuk
memperbaiki/ mempertahankan bersiahn jalan nafas.
Intervensi :
a) Catat perubahan upaya dan
pola bernafas.
Rasional : Penggunaan otot
interkostal/ abdominal dan pelebaran nasal menunjukkan peningkatan upaya
bernafas.
b) Observasi penurunan ekspensi dinding dada dan adanya.
Rasional : Ekspansi dad terbatas atau tidak sama
sehubungan dengan akumulasi cairan, edema, dan sekret dalam seksi lobus.
c) Catat karakteristik batuk (misalnya, menetap,
efektif, tak efektif), juga produksi dan karakteristik sputum.
Rasional : Karakteristik batuk
dapat berubah tergantung pada penyebab/ etiologi gagal perbafasan. Sputum bila ada mungkin banyak, kental, berdarah, adan/ atau puulen.
d) Pertahankan posisi tubuh/
kepala tepat dan gunakan alat jalan nafas sesuai kebutuhan.
Rasional : Memudahkan
memelihara jalan nafas atas paten bila jalan nafas pasein dipengaruhi.
e) Kolaborasi pemberian
bronkodilator, contoh aminofilin, albuterol dll. Awasi
untuk efek samping merugikan dari obat, contoh takikardi, hipertensi, tremor,
insomnia.
Rasional : Obat diberikan untuk menghilangkan spasme
bronkus, menurunkan viskositas sekret, memperbaiki ventilasi, dan memudahkan
pembuangan sekret.
Memerlukan perubahan dosis/
pilihan obat.
3). Ketakutan/Anxietas.
Dapat
dihubungkan :
- Krisis situasi
- Ancaman
untuk/ perubahan status kesehatan, takut mati.
- Faktor
psikologis.
Kriteria
hasil :
- Menyatakan
kesadaran terhadap ansietas dan cara sehat untuk mengatasinya.
- Mengakui
dan mendiskusikan takut.
- Tampak
rileks dan melaporkan ansietas menurun sampai tingkat dapat diatangani.
- Menunjukkan
pemecahan masalah dan pengunaan sumber efektif.
Intervensi :
a) Observasi
peningkatan gelisah, emosi labil.
Rasional :
Memburuknya penyakit dapat menyebabkan atau meningkatkan ansietas.
b)
Pertahankan lingkungan tenang dengan sedikit rangsangan.
Rasional : Menurunkan ansietas dengan meningkatkan relaksasi dan penghematan energi.
Rasional : Menurunkan ansietas dengan meningkatkan relaksasi dan penghematan energi.
c) Tunjukkan/ Bantu dengan teknik
relaksasi, meditasi, bimbingan imajinasi.
Rasional : Memberikan kesempatan untuk pasien menangani ansietasnya sendiri dan merasa terkontrol.
Rasional : Memberikan kesempatan untuk pasien menangani ansietasnya sendiri dan merasa terkontrol.
d)
Identifikasi perspsi klien terhadap ancaman yang ada oleh situasi.
Rasional :
Membantu pengenalan ansietas/ takut dan mengidentifikasi tindakan yang dapat
membantu untuk individu.
e) Dorong
pasien untuk mengakui dan menyatakan perasaan.
Rasional :
Langkah awal dalam mengatasi perasaan adalah terhadap identifikasi dan
ekspresi. Mendorong penerimaan situasi dan kemampuan
diri untuk mengatasi.
4). Kurang pengetahuan
mengenai kondisi, tindakan, prognosis.
Dapat dihubungkan :
- Kurang informasi.
- Kesalahan
interpretasi informasi.
- Kurang mengingat.
Kriteria hasil :
- Menjelaskan hubungan antara
proses penyakit dan terapi.
-Menggambarkan/ menyatakan diet, obat, dan program aktivitas.
- Mengidentifikasi dengan benar tanda dan gejala yang memerlukan perhatian medik.
- Membuat perencanaan untuk
perawatan lanjut.
Intervensi :
a) Dorong belajar untuk memenuhi kebutuhan pasien. Beriak informasi dalam carayang jelas/
ringkas.
Rasional : Sembuh dari
gangguan gagal paru dapat sangat menghambat lingkup perhatian pasien,
konsentrasi dan energi untuk penerimaan informasi/ tugas baru
b) Berikan informasi verbal dan tertulis tentang obat
Rasional : Pemberian instruksi penggunaan obat yang aman
memmampukan pasien untuk mengikuti dengan tepat program pengobatan.
c) Kaji konseling nutrisi
tentang rencana makan; kebutuhan makanan kalori tinggi.
Rasional : Pasien dengan
masalah pernafasan berat biasanya mengalami penurunan berat badan dan anoreksia
sehingga memerlukan peningkatan nutrisi untuk menyembuhan.
d) Berikan pedoman untuk aktivitas.
Rasional : Pasien harus menghindari untuk terlalu lelah
dan mengimbangi periode istirahatdan aktivitas untuk meningkatkan regangan/
stamina dan mencegah konsumsi/ kebutuhan oksigen berlebihan.
B. Pascaoperasi (Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan, 1999).
1). Kerusakan pertukaran gas.
Dapat dihubungkan :
- Pengangkatan jaringan paru
- Gangguan suplai oksigen
- Penurunan kapasitas pembawa oksigen darah (kehilangan darah).
Kriteria hasil :
- Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat
dengan GDA dalam rentang normal.
- Bebas gejala distress pernafasan.
Intervensi :
a) Catat frekuensi, kedalaman dan kemudahan pernafasan. Observasi
penggunaan otot bantu, nafas bibir, perubahan kulit/ membran mukosa.
Rasional : Pernafasan meningkat sebagai akibat nyeri atau sebagai
mekanisme kompensasi awal terhadap hilangnya jaringan paru.
b) Auskultasi paru untuk gerakamn udara dan bunyi nafas tak normal.
Rasional : Konsolidasi dan kurangnya gerakan udara pada sisi yang
dioperasi normal pada pasien pneumonoktomi. Namun, pasien lubektomi harus
menunjukkan aliran udara normal pada lobus yang masih ada.
c) Pertahankan kepatenan jalan nafas pasien dengan memberikan
posisi, penghisapan, dan penggunaan alat
Rasional : Meningkatkan ventilasi maksimal dan oksigenasi dan
menurunkan/ mencegah atelektasis.
2). Bersihan jalan nafas tidak efektif
Dapat dihubungkan :
- Peningkatan jumlah/ viskositas secret
- Keterbatasan gerakan dada/ nyeri.
- Kelemahan/ kelelahan.
Kriteria hasil :
Menunjukkan patensi jalan nafas, dengan cairan sekret mudah
dikeluarkan, bunyi nafas jelas, dan pernafasan tak bising.
Intervensi :
a) Auskultasi dada untuk karakteristik bunyi nafas dan adanya
sekret.
Rasional : Pernafasan bising, ronki, dan mengi menunjukkan tertahannya sekret dan/ atau obstruiksi jalan nafas.
Rasional : Pernafasan bising, ronki, dan mengi menunjukkan tertahannya sekret dan/ atau obstruiksi jalan nafas.
b) Bantu pasien dengan/ instruksikan untuk nafas dalam efektif dan
batuk dengan posisi duduk tinggi dan menekan daerah insisi.
Rasional : Posisi duduk memungkinkan ekspansi paru maksimal dan
penekanan menmguatkan upaya batuk untuk memobilisasi dan membuang sekret.
Penekanan dilakukan oleh perawat.
c) Observasi jumlah dan karakter sputum/ aspirasi sekret.
Rasional : Peningkatan jumlah sekret tak berwarna / berair awalnya
normal dan harus menurun sesuai kemajuan penyembuhan.
d) Dorong masukan cairan per oral (sedikitnya 2500 ml/hari) dalam
toleransi jantung.
Rasional : Hidrasi adekuat untuk mempertahankan sekret hilang/
peningkatan pengeluaran.
e) Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, dan/ atau
analgetik sesuai indikasi.
Rasional : Menghilangkan spasme bronkus untuk memperbaiki aliran
udara, mengencerkan dan menurunkan viskositas sekret.
3). Nyeri (akut).
Dapat dihubungkan :
- Insisi bedah, trauma jaringan, dan gangguan saraf internal.
- Adanya selang dada.
- Invasi kanker ke pleura, dinding dada
Kriteria hasil :
- Melaporkan neyri hilang/ terkontrol.
- Tampak rileks dan tidur/ istirahat dengan baik.
- Berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/ dibutuhkan.
Intervensi :
a) Tanyakan pasien tentang nyeri. Tentukan karakteristik nyeri. Buat
rentang intensitas pada skala 0 – 10.
Rasional : Membantu dalam evaluasi gejala nyeri karena kanker.
Penggunaan skala rentang membantu pasien dalam mengkaji tingkat nyeri dan
memberikan alat untuk evaluasi keefktifan analgesic, meningkatkan control
nyeri.
b) Kaji pernyataan verbal dan non-verbal nyeri pasien.
Rasional : Ketidaklsesuaian antar petunjuk verbal/ non verbal dapat
memberikan petunjuk derajat nyeri, kebutuhan/ keefketifan intervensi.
c) Catat kemungkinan penyebab nyeri patofisologi dan psikologi.
Rasional : Insisi posterolateral lebih tidak nyaman untuk pasien
dari pada insisi anterolateral. Selain itu takut, distress, ansietas dan
kehilangan sesuai diagnosa kanker dapat mengganggu kemampuan mengatasinya.
d) Dorong menyatakan perasaan tentangnyeri.
Rasional : Takut/ masalah dapat meningkatkan tegangan otot dan
menurunkan ambang persepsi nyeri.
e) Berikan tindakan kenyamanan. Dorong dan ajarkan penggunaan teknik
relaksasi
Meningkatkan relaksasi dan pengalihan perhatian.
4). Anxietas.
Dapat dihubungkan:
- Krisis situasi
- Ancaman/ perubahan status kesehatan
- Adanya ancman kematian.
Kriteria hasil :
-
Mengakui dan mendiskusikan
takut/ masalah
- Menunjukkan rentang perasaan yang tepat dan penampilan
wajah tampak rileks/ istirahat
- Menyatakan pengetahuan yang akurat tentang situasi.
Intervensi :
a) Evaluasi tingkat pemahaman pasien/ orang terdekat
tentang diagnosa.
Rasional : Pasien dan orang terdekat mendengar dan mengasimilasi
informasi baru yang meliputi perubahan ada gambaran diri dan pola hidup.
Pemahaman persepsi ini melibatkan susunan tekanan perawatan individu dan
memberikan informasi yang perlu untuk memilih intervensi yang tepat.
b) Akui rasa takut/ masalah pasien dan dorong mengekspresikan
perasaan
Rasional : Dukungan memampukan pasien mulai membuka atau menerima
kenyataan kanker dan pengobatannya.
c) Terima penyangkalan pasien tetapi jangan dikuatkan.
Rasional : Bila penyangkalan ekstrem atau ansiatas mempengaruhi
kemajuan penyembuhan, menghadapi isu pasien perlu dijelaskan dan emebuka cara
penyelesaiannya.
d) Berikan kesempatan untuk bertanya dan jawab dengan jujur.
Yakinkan bahwa pasien dan pemberi perawatan mempunyai pemahaman yang sama.
Rasional : Membuat kepercayaan dan menurunkan kesalahan persepsi/
salah interpretasi terhadap informasi..
e) Libatkan pasien/ orang terdekat dalam perencanaan perawatan.
Berikan waktu untuk menyiapkan peristiwa/ pengobatan.
Rasional : Dapat membantu memperbaiki beberapa perasaan kontrol/
kemandirian pada pasien yang merasa tek berdaya dalam menerima pengobatan dan
diagnosa.
f) Berikan kenyamanan fiik pasien.
Rasional : Ini sulit untuk menerima dengan isu emosi bila pengalaman
ekstrem/ ketidaknyamanan fisik menetap.
5). Kurang pengetahuan mengenai kondisi, tindakan, prognosis.
Dapat dihubungkan :
- Kurang atau tidak mengenal informasi/ sumber
- Salah interperatasi informasi.
- Kurang mengingat
Kriteria hasil :
- Menyatakan pemahaman seluk beluk diagnosa, program pengobatan.
- Melakukan dengan benar prosedur yang perlu dan menjelaskan alas an
tindakan tersebut.
- Berpartisipasi dalam proses belajar.
- Melakukan perubahan pola hidup.
Intervensi :
a) Diskusikan diagnosa, rencana/ terapi sasat ini dan hasil yang
diharapkan.
Rasional : Memberikan informasi khusus individu, membuat pengetahuan
untuk belajar lanjut tentang manajemen di rumah. Radiasi dan kemoterapi dapat
menyertai intervensi bedah dan informasi penting untuk memampukan pasien/ orang
terdekat untuk membuat keputusan berdasarkan informasi.
b) Kuatkan penjelasan ahli bedah tentang prosedur pembedahan dengan
memberikan diagram yang tepat. Masukkan informasi ini dalam diskusi tentang
harapan jangka pendek/ panjang dari penyembuhan.
Rasional : Lamanya rehabilitasi dan prognosis tergantung pada tipe
pembedahan, kondisi preoperasi, dan lamanya/ derajat komplikasi.
c) Diskusikan perlunya perencanaan untuk mengevaluasi perawatan saat
pulang.
Rasional : Pengkajian evaluasi status pernafasan dan kesehatan umum
penting sekali untuk meyakinkan penyembuhan optimal. Juga memberikan kesempatan
untuk merujuk masalah/ pertanyaan pada waktu yang sedikit stres.
Hal – hal yang perlu diperhatikan terkait dengan tindakan post operasi yaitu :
a. Observasi tanda vital dan keadaan umum.
b. Posisi pasien ditempat tidur
c. Pantau drainage
d. Ventilasi dan reekspansi paru
e. Evaluasi mobilitas ekstremitas atas pada sisi yang dioperasi.
f. Pemantauan insisi terhadap perdarahan atau emfisema subkutan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar