Selasa, 02 Oktober 2012

TINJAUAN TEORI RHINITIS


BAB I
TINJAUAN TEORI RHINITIS (COMMON COLD)

1.1  Definisi Rhinitis
Rhinitis adalah suatu inflamasi ( peradangan ) pada membran mukosa di hidung. (Dipiro, 2005 ).Rhinitis adalah peradangan selaput lendir hidung.( Dorland, 2002)
Rhinitis adalah istilah untuk peradangan mukosa. Menurut sifatnya dapat dibedakan menjadi dua:
a.       Rhinitis akut (coryza, commond cold) merupakan peradangan membran mukosa hidung dan sinus-sinus aksesoris yang disebabkan oleh suatu virus dan bakteri. Penyakit ini dapat mengenai hampir setiap orang pada suatu waktu dan sering kali terjadi pada musim dingin dengan insidensi tertinggi pada awal musim hujan dan musim semi.
b.       Rhinitis kronis adalah suatu peradangan kronis pada membran mukosa yang disebabkan oleh infeksi yang berulang, karena alergi, atau karena rinitis vasomotor.
Dan berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
a.       Rhinitis alergi
b.      Rhinitis non alergi

1.1.1        Definisi Rhinitis Alergi
Rinitis alergi adalah penyakit umum yang paling banyak di derita oleh perempuan dan laki-laki yang berusia 30 tahunan. Merupakan inflamasi mukosa saluran hidung yang disebabkan oleh alergi terhadap partikel, seperti: debu, asap, serbuk/tepung sari yang ada di udara. Meskipun bukan penyakit berbahaya yang mematikan, rinitis alergi harus dianggap penyakit yang serius karena karena dapat mempengaruhi kualitas hidup penderitanya. Tak hanya aktivitas sehari-hari yang menjadi terganggu, biaya yang akan dikeluarkan untuk mengobatinya pun akan semakin mahal apabila penyakit ini tidak segera diatasi karena telah menjadi kronis.( www. Google.com )
Rhinitis alergi Adalah istilah umum yang digunakan untuk menunjukkan setiap reaksi alergi mukosa hidung, dapat terjadi bertahun-tahun atau musiman. (Dorland,2002 ).
1.1.2        Definisi Rhinitis Non Alergi
Rhinitis non allergi disebabkan oleh infeksi saluran napas (rhinitis viral dan rhinitis bakterial, masuknya benda asing kedalam hidung, deformitas struktural, neoplasma, dan massa, penggunaan kronik dekongestan nasal, penggunaan kontrasepsi oral, kokain dan anti hipertensif.

1.2  Etiologi Rhinitis
Penyebabnya ialah beberapa jenis virus dan yang paling penting ialah rhinovirus. Virus-virus lainnya adalah myxovirus, virus Coxsackie, dan virus ECHO.Rhinovirus, dikenal ada lebih dari 100 serotipe, adalah penyebab commond cold pada orang dewasa; sekitar 20 – 40 % kasus commond cold disebabkan virus ini, terutama pada musim gugur. SedangkanCoronavirus, seperti 229E, OC43 dan B814 merupakan penyebab sekitar 10 – 15 % dari commond colddan influenza sebagai penyebab sekitar 10 – 15 % dari commond cold pada orang dewasa; virus ini menonjol pada musim dingin dan awal musim semi, pada saat prevalensi rhinovirus rendah. Virus saluran pernafasan lain juga diketahui dapat menyebabkan commond cold pada orang dewasa. Pada bayi dan anak-anak, virus parainfluenza, Respiratory syncytial viruses (RSV), influenza, adenovirus, enterovirus tertentu dan coronavirus menyebabkan penyakit seperti commond cold. 

1.2.1        Etiologi Rhinitis Alergi
Rhinitis alergi adalah penyakit peradangan yang diawali oleh dua tahap sensitisasi yang diikuti oleh reaksi alergi. Reaksi alergi terdiri dari dua fase yaitu :
a.       Immediate Phase Allergic Reaction, Berlangsung sejak kontak dengan allergen hingga 1 jam setelahnya.
b.      Late Phase Allergic Reaction, Reaksi yang berlangsung pada dua hingga empat jam dengan puncak 6-8 jam setelah pemaparan dan dapat berlangsung hingga 24 jam.
Berdasarkan cara masuknya allergen dibagi atas :
a.       Alergen Inhalan, yang masuk bersama dengan udara pernafasan, misalnya debu rumah, tungau, serpihan epitel dari bulu binatang serta jamur
b.      Alergen Ingestan, yang masuk ke saluran cerna, berupa makanan, misalnya susu, telur, coklat, ikan dan udang
c.       Alergen Injektan, yang masuk melalui suntikan atau tusukan, misalnya penisilin atau sengatan lebah
d.      Alergen Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit atau jaringan mukosa, misalnya bahan kosmetik atau perhiasan
Dengan masuknya allergen ke dalam tubuh, reaksi alergi dibagi menjadi tiga tahap besar :
a.       Respon Primer, terjadi eliminasi dan pemakanan antigen, reaksi non spesifik
b.       Respon Sekunder, reaksi yang terjadi spesifik, yang membangkitkan system humoral, system selular saja atau bisa membangkitkan kedua system terebut, jika antigen berhasil dihilangkan maka berhenti pada tahap ini, jika antigen masih ada, karena defek dari ketiga mekanisme system tersebut maka berlanjut ke respon tersier
c.        Respon Tersier , Reaksi imunologik yang tidak meguntungkan

1.2.2        Etiologi Rhinitis Non Alergi
Berdasarkan penyebabnya, rhinitis non alergi di golongkan sebagai berikut:
1.      Rinitis vasomotor
A.    Pengertian
 Rhinitis vasomotor adalah terdapatnya gangguan fisiologik lapisan mukosa hidung yang disebabkan oleh bertambahnya aktivitas parasimpatis.(www. Google.com). Rinitis vasomotor mempunyai gejala yang mirip dengan rinitis alergisehingga sulit untuk dibedakan.
B.     Etiologi
Belum diketahui, diduga akibat gangguan keseimbangan vasomotor. Keseimbangn vasomotor ini dipengaruhi berbagai hal :
a)      Obat-obatan yang menekan dan menghambat kerja saraf simpatis, seperti: ergotamin, klorpromazin, obat antihipertensi, dan obat vasokontriktor lokal.
b)       Faktor fisik, seperti iritasi asap rokok, udara dingin, kelembapan udara yang tinggi, dan bau yang merangsang
c)       Faktor endokrin, seperti : kehamilan, pubertas, dan hipotiroidisme
d)      Faktor psikis, seperti : cemas dan tegang ( kapita selekta)
2.       Rinitis Medikamentosa
A.    Pengertian
Rhinitis medikamentosa adalah suatu kelainan hidung berupa gangguan respon normal vasomotor sebagai akibat pemakaian vasokonstriktor topical (obat tetes hidung atau obat semprot hidung) dalam waktu lama dan berlebihan, sehingga menyebabkan sumbatan hidung yang menetap. Dapat dikatakan hal ini disebabkan oleh pemakaian obat yang berlebihan (Drug Abuse).
3.      Rhinitis Atrofi
A.    Pengertian
Rhinitis Atrofi adalah satu penyakit infeksi hidung kronik dengan tanda adanya atrofi progesif tulang dan mukosa konka. Secara klinis, mukosa hidung menghasilkan secret kental dan cepat mongering, sehingga terbentuk krusta berbau busuk. Sering mengenai masyarakat dengan tingkat social ekonomi lemah dan lingkungan buruk. Lebih sering mengenai wanita, terutama pada usia pubertas.


B.     Etiologi
Belum jelas, beberapa hal yang dianggap sebagai penyebabnya seperti infeksi oleh kuman spesifik, yaitu spesies Klebsiella, yang sering Klebsiella ozanae, kemudian stafilokok, sreptokok, Pseudomonas aeruginosa, defisiensi Fe, defisiensi vitamin A, sinusitis kronik, kelainan hormonal, dan penyakit kolagen. Mungkin berhubungan dengan trauma atau terapi radiasi.


1.3  Patofisiologi Rhinitis
Selama langkah awal, selaput lendir  ialah kering, merah, dan bengkak, yang menyebabkan sumbatan pada hidung dan mewujudkan sulit bernafas; kondisi ini segera diikuti oleh serous atau pengeluaran mucus serous, yang pada akhirnya mungkin menjadi bernanah.Pemeriksaan mikroskopik terhadap jaringan hidung dan nasofaring menunjukkan edema dan hipersekresi dengan sedikit infiltrasi sel. Dapat ditemukan deskuamasi epitel, khususnya epitel bersilia, seperti yang terjadi pada infeksi influenza.

1.4  Manifestasi Klinis Rhinitis
1.4.1        Manifestasi Klinis Rhinitis Alergi
a.       Bersin berulang-ulang, terutama setelah bangun tidur pada pagi hari (umumnya bersin lebih dari 6 kali).
b.       Hidung tersumbat.
c.       Hidung meler. Cairan yang keluar dari hidung meler yang disebabkan alergi biasanya bening dan encer, tetapi dapat menjadi kental dan putih keruh atau kekuning-kuningan jika berkembang menjadi infeksi hidung atau infeksi sinus.
d.      Hidung gatal dan juga sering disertai gatal pada mata, telinga dan tenggorok.
e.       Badan menjadi lemah dan tak bersemangat.

1.4.2        Manifestasi Klinis Rhinitis Non Alergi
1.4.2.1  Manifestasi Klinis Rhinitis vasomotor
Hidung tersumbat, bergantian kiri dan kana, tergantung pada posisi pasien. Terdapat rinorea yang mukus atau serosa, kadang agak banyak. Jarang disertai bersin, dan tidak disertai gatal di mata. Gejala memburuk pada pagi hari waktu bangun tidur karena perubahan suhu yang ekstrim, udara lembab, juga karena asap rokok dan sebagainya.
Berdasarkan gejala yang menonjol, dibedakan atas golongan obstruksi dan rinorea. Pemeriksaan rinoskopi anterior menunjukkan gambaran klasik berupa edema mukosa hidung, konka berwarna merah gelap atau merah tua, dapat pula pucat. Permukaannya dapat licin atau berbenjol. Pada rongga hidung terdapat sekret mukoid, biasanya sedikit. Namun pada golgongan rinorea, sekret yang ditemukan biasanya serosa dan dalam jumlah banyak. ( kapita)


1.4.2.2  Manifestasi Klinis Rhinitis Vasomotor
Keluhan subyektif yang sering ditemukan pada pasien biasanya nafas berbau (sementara pasien sendiri menderita anosmia), ingus kental hijau, krusta hijau, gangguan penciuman, sakit kepala, dan hidung tersumbat.
Pada pemeriksaan THT ditemukan rongga hidung sangat lapang, konka inferior dan media hipotrofi atau atrofi secret purulen hijau dan krusta berwarna hijau.

1.5  Komplikasi Rhinitis
1.      Polip hidung. Rinitis alergi dapat menyebabkan atau menimbulkan kekambuhan polip hidung.
2.      Otitis media. Rinitis alergi dapat menyebabkan otitis media yang sering residif dan terutama kita temukan pada pasien anak-anak.
3.      Sinusitis kronik
4.      Otitis media dan sinusitis kronik bukanlah akibat langsung dari rinitis alergi melainkan adanya sumbatan pada hidung sehingga menghambat drainase.

1.6  Penatalaksanaan Rhinitis
Belum adanya yang baku. Penatalaksanaan ditunjukkan untuk menghilangkan etiologi, selain gejalanya dapat dilakukan secara konservatif atau operatif. Secara konservatif dapat diberikan:
1.      Antibiotic presprektum luas atau sesuaiuji resistensi kuman sampai gejala hilang.
2.      Obat cuci hidung agar bersih dari krusta dan bau busuk hilang dengan larutan betadine satu sendok makan dalam 100 cc air hangat
3.      Vitamin A 3x50.000 unit selama 2 minggu
4.      Preparat Fe
5.      Pengobatan sinusitis, bila terdapat sinusitis
1.7 Pemeriksaan Diagnostik Rhinitis
1.      Anamnesa
Gejala khas yang bisa didapatkan adalah sebagai berikut :
a.       serangan timbul bila terjadi kontak dengan alergen penyebab
didahului rasa gatal di hidung, mata, atau kadang pada pallatum molle
bersin-bersin paroksismal (dominan) : > 5kali/serangan, diikuti produksi sekret yg encer danhidung buntu gangguan pembauan, mata sembab dan berair, kadang disertai sakit kepala tidak didapatkan tanda infeksi (mis : demam) mungkin didapatkan riwayat alergi pada keluarga


2.      Pemeriksaan Fisis
Konka edema dan pucat, secret seromucinou
3.       Pemeriksaan Penunjang
A.    Tes kulit “prick test”
B.     Eosinofil sekret hidung. Positif bila ≥25%
C.     Eosinofil darah. Positif bila ≥400/mm3. Bila diperlukan dapat diperiksa:
1.      IgE total serum (RIST &PRIST). Positif bila > 200 IU
2.      IgE spesifik (RAST)
3.      X-foto Water, bila dicurigai adanya komplikasi sinusitis
1.8 Asuhan Keperawatan Rhinitis
1.      Pengkajian
A.    Keluhan utama
Bersin-bersin, hidung mengeluarkan sekret, hidung tersumbat, dan hidung gatal
B.     Riwayat peyakit dahulu
Pernahkan pasien menderita penyakit THT sebelumnya.
C.     Riwayat keluarga
Apakah keluarga adanya yang menderita penyakit yang di alami pasien
D.    Pemeriksaan fisik :
a.       Inspeksi : permukaan hidung terdapat sekret mukoid
b.       Palpasi : nyeri, karena adanya inflamasi
E.     *Pemeriksaan penunjang :
a.       Pemeriksaan nasoendoskopi
b.       Pemeriksaan sitologi hidung
c.        Hitung eosinofil pada darah tepi
d.       Uji kulit allergen penyebab
2.       Diagnosa
1.      Cemas berhubungan dengan Kurangnya Pengetahuan tentang penyakit dan prosedur tindakan medis
2.      Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi /adanya secret yang mengental
3.       Gangguan pola istirahat berhubungan dengan penyumbatan pada hidung
4.       Gangguan konsep diri berhubungan dengan rhinore
3.       Intervensi
1.      Cemas berhubungan dengan Kurangnya Pengetahuan tentang penyakit dan prosedur tindakan medis
Tujuan : Cemas klien berkurang/hilang

Kriteria :
a.       Klien akan menggambarkan tingkat kecemasan dan pola kopingnya
b.       Klien mengetahui dan mengerti tentang penyakit yang dideritanya serta pengobatannya.
Intervensi
Rasional
1. Kaji tingkat kecemasan klien
2. Berikan kenyamanan dan ketentaman pada klien :
- Temani klien
- Perlihatkan rasa empati( datang dengan menyentuh klien )
3. Berikan penjelasan pada klien tentang penyakit yang dideritanya perlahan, tenang seta gunakan kalimat yang jelas, singkat mudah dimengerti
4. Singkirkan stimulasi yang berlebihan misalnya :
- Tempatkan klien diruangan yang lebih tenang
- Batasi kontak dengan orang lain /klien lain yang kemungkinan mengalami kecemasan
5. Observasi tanda-tanda vital.
6. Bila perlu , kolaborasi dengan tim medis
1. Menentukan tindakan selanjutnya
2. Memudahkan penerimaan klien terhadap informasi yang diberikan
3. Meningkatkan pemahaman klien tentang penyakit dan terapi untuk penyakit tersebut sehingga klien lebih kooperatif
4. Dengan menghilangkan stimulus yang mencemaskan akan meningkatkan ketenangan klien.
5. Mengetahui perkembangan klien secara dini.
6. Obat dapat menurunkan tingkat kecemasan klien
2. Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi /adnya secret yang mengental.
Tujuan : Jalan nafas efektif setelah secret dikeluarkan
Kriteria :
a. Klien tidak bernafas lagi melalui mulut
b. Jalan nafas kembali normal terutama hidung
Intervensi
Rasional
a. Kaji penumpukan secret yang ada
b. Observasi tanda-tanda vital.
c. Kolaborasi dengan team medis
a. Mengetahui tingkat keparahan dan tindakan selanjutnya
b. Mengetahui perkembangan klien sebelum dilakukan operasi
c. Kerjasama untuk menghilangkan obat yang dikonsumsi
2.      Gangguan pola istirahat berhubungan dengan penyumbatan pada hidung
Tujuan : klien dapat istirahat dan tidur dengan nyaman
Kriteria :
Klien tidur 6-8 jam sehari
Intervensi
Rasional
a. Kaji kebutuhan tidur klien.
b. ciptakan suasana yang nyaman.
c. Anjurkan klien bernafas lewat mulut
d. Kolaborasi dengan tim medis pemberian obat
a. Mengetahui permasalahan klien dalam pemenuhan kebutuhan istirahat tidur
b. Agar klien dapat tidur dengan tenang
c. Pernafasan tidak terganggu.
d. Pernafasan dapat efektif kembali lewat hidung
4. Gangguan konsep diri berhubungan dengan rhinore
Intervensi
Rasional
a. Dorong individu untuk bertanya mengenai masalah, penanganan, perkembangan dan prognosis kesehatan
b. ajarkan individu menegenai sumber komunitas yang tersedia, jika dibutuhkan (misalnya : pusat kesehatan mental)
c. dorong individu untuk mengekspresikan perasaannya, khususnya bagaimana individu merasakan, memikirkan, atau memandang dirinya
a. memberikan minat dan perhatian, memberikan kesempatan untuk memperbaiakikesalahan konsep
b. pendekatan secara komperhensif dapat membantu memenuhi kebutuhan pasienuntuk memelihara tingkah laku koping
c. dapat membantu meningkatkan tingkat kepercayaan diri, memperbaiki harga diri, mrnurunkan pikiran terus menerus terhadap perubahan dan meningkatkan perasaan terhadap pengendalian diri
4.      Implementasi
1.      Mendorong individu untuk bertanya mengenai masalah, penanganan, perkembangan dan prognosis kesehatan
2.       Mengatur kelembapan ruangan untuk mencegah pertumbuhan jamur
3.       Menjauhkan hewan berbulu dari pasien alergi, namun hal ini sering tidak dipatuhi terutama oleh pecinta binatang
4.       Membersihkan kasur secara rutin
5. Evaluasi
1. Mengetahui tentang penyakitnya
2.  Sudah bisa bernafas melalui hidung dengan normal
3.  Bisa tidur dengan nyenyak
4. Mengutarakan penyakitnya tentang perubahan penampilan

























BAB II
TINJAUAN TEORI PHARYNGITIS

2.1 Definisi Pharyngitis
Faringitis akut adalah infeksi pada faring yang disebabkan oleh virus atau bakteri, yang ditandai oleh adanya nyeri tenggorokan, faring eksudat dan hiperemis, demam, pembesaran limfonodi leher dan malaise.(Vincent,2004)

2.2 Etiologi Pharyngitis
Faringitis bisa disebabkan oleh virus maupun bakteri. Kebanyakan disebabkan oleh virus, termasuk virus penyebab common cold, flu, adenovirus, mononukleosis atau HIV. Bakteri yang menyebabkan faringitis adalah streptokokus grup A, korinebakterium, arkanobakterium, Neisseria gonorrhoeae atau Chlamydia pneumoniae.
2.3  Patofisiologi Pharyngitis
Penularan terjadi melalui droplet. Kuman menginfiltrasi lapisan epitel kemudian bila epitel terkikis maka jaringan limfoid superficial bereaksi terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear. Pada stadium awal terdapat hiperemi, kemudian oedem dan sekresi yang meningkat. Eksudat mula-mula serosa tapi menjadi menebal dan cenderung menjadi kering dan dapat melekat pada dinding faring. Dengan hiperemi, pembuluh darah dinding faring menjadi lebar. Bentuk sumbatan yang berwarna kuning, putih, atau abu-abu terdapat pada folikel atau jaringan limfoid. Tampak bahwa folikel limfoid dan bercak-bercak pada dinding faring posterior atau terletak lebih ke lateral menjadi meradang dan membengkak sehingaa timbul radang pada tenggorok atau faringitis.

2.4 Manifestasi Klinis Pharyngitis
Faringitis mempunyai karakteristik  yaitu demam yang tiba-tiba, nyeri tenggorokan, nyeri menelan,  adenopati cervikal,  malaise dan mual. Faring, palatum, tonsil berwarna kemerahan dan tampak adanya pembengkakan. Eksudat yang  purulen mungkin menyertai peradangan. Gambaran leukositosis dengan dominasi neutrofil akan dijumpai. Khusus untuk faringitis oleh  streptococcusgejala yang menyertai biasanya berupa demam tiba-tiba yang disertai nyeri tenggorokan, tonsillitis eksudatif, adenopati cervikal anterior, sakit kepala, nyeri abdomen, muntah, malaise, anoreksia, dan rash atau urtikaria.Setiap anak dengan radang tenggorokan mengalami tenggorokan luka dan beberapa tingkat rasa sakit ketika menelan. Telinga terasa sakit bisa terjadi karena tenggorokan dan telinga berbagi pada saraf yang sama. Bagian belakang tenggorokan dan amandel biasanya merah, dan amandel kemungkinan membesar atau terbungkus oleh kotoran putih.


Anak yang menderita radang tenggorokan sebagai bagian utama flu mengalami hidung berair, batuk, dan demam ringan.Anak yang menderita radang tenggorokan yang disebabkan oleh streptokokus tenggorokan bisa menjadi lembek, pembesaran getah bening di leher dan demam tinggi.Kadangkala, seorang anak dengan streptokokus tenggorokan memiliki gejala pada demam scarlet, termasuk lidah yang putih cemerlang atau merah bergantianh pada lidah (lidah stroberi) dan ruam kulit berwarna merah khusus (ruam scarlatiniform).
Anak yang menderita amandel kronis bisa mengalami tenggorokan luka atau tidak nyaman atau rasa sakit ketika menelan.
2.5  Komplikasi Pharyngitis
Penyakit ini, jika dibiarkan sampai menjadi berat, dapat menimbulkan radang ginjal (glomerulonefritis akut), demam rematik akut, otitis media (radang telinga bagian tengah), sinusitis, abses peritonsila dan abses retropharynx (radang di sekitar amandel atau bagian belakang tenggorokan yang dapat menimbulkan nanah).
Komplikasi infeksi GABHS dapat berupa demam reumatik, dan abses peritonsiler. Abses peritonsiler terjadi
:
1.      Komplikasi umum faringitis terutama tampak pada faringitis karena bakteri yaitu : sinusitis, otitis media, epiglotitis, mastoiditis, dan pneumonia. Kekambuhan biasanya terjadi pada pasaien dengan pengobatan yang tidak tuntas pada pengobatan dengan antibiotik, atau adanya paparan baru.
2.       Demam rheumatic akut(3-5 minggu setelah infeksi), poststreptococcal glomerulonephritis, dan toxic shock syndrome, peritonsiler abses,
3.      Komplikasi infeks mononukleus meliputi: ruptur lien, hepatitis, Guillain Barré syndrome, encephalitis, anemia hemolitik, myocarditis, B-cell lymphoma, dan karsinoma nasofaring

2.6 Penatalaksanaan Pharyngitis
Apabila penyebabnya diduga infeksi firus, pasien cukup diberikan analgetik dan tablet isap saja. Antibiotika diberikan untuk faringitis yang disebabkan oleh bakteri Gram positif disamping analgetika dan kumur dengan air hangat. Penisilin dapat diberikan untuk penyebab bakteri GABHS, karena penisilin lebih kemanjurannya telah terbukti, spektrum sempit,aman dan murah harganya. Dapat diberikan secara sistemik dengan dosis 250 mg, 2 atau 3 kali sehari untuk anak-anak, dan 250 mg 4 kali sehari atau 500 mg 2 kali sehari selama 10 hari. Apabila pasien alergi dengan penisilin, dapat diganti dengan eritromisin. (Alan,at.al.,2001).




2.7  Pemeriksaan Diagnostik Pharyngitis
Diagnosis biasanya dibuat tanpa kesulitan, terutama bila terdapat tanda dan gejala yang mengarah ke faringitis.Biakan tenggorokan membantu dalam menentukan organisme penyebab faringitis, dan untuk membedakan faringitis karena bakteri atau virus.Sangatlah penting untuk mengetahui onset, durasi, progresifitas dan tingkat keparahan dari gejala yang menyertai seperti demam, batuk, kesukaran bernafas, pembengkakan limfonodi; paparan infeksi, dan adanya penyakit sistemik lainnya seperti diabetes dan lain-lain. Faring harus diperiksa apakah terdapat tanda-tanda eritem, hipertrofi, adanya benda asing, eksudat, massa, petechie dan adenopati. Juga penting untuk menanyakan gejala yang dialami pasien seperti demam, timbulnya ruam kulit (rash), adenopati servikalis dan coryza. Jika dicurigai faringitis yang disebabkan oleh Sterptococcus, seorang dokter harus mendengar adanya suara murmur pada jantung dan mengevaliasi apakah pada pasien terdapat pembesaran lien dan hepar.Apabila terdapat tonsil eksudat, pembengkakan kelenjar limfe leher, tidak disertai batuk dan suhu badan meningkat sampai 380 C maka dicurigai adanya faringitis karena infeksi GABHS (Alan, et.al.,2001).
1.      Pemeriksaan Laboratorium
Kultur tenggorok : merupakan suatu metode yang dilakukan untuk menegaskan suatu diagnosis dari faringitis yang disebabkan oleh bakteri GABHS. Untuk mencapai hasil yang akurat, pangambilan swab dilakukan pada daerah tonsil dan dinding faring posterior. Spesimen diinokulasi pada agar darah dan ditanami disk antibiotik.
Kriteria standar untuk penegakan diagnosis infeksi GABHS adalah persentase sensitifitas mencapai 90-99 %. Kultur tenggorok sangat penting bagi penderita yang lebih dari 10 hari.
2.      GABHS rapid antigen detection test
Merupakan suatu metode untuk mendiagnosa faringitis karena infeksi GABHS. Tes ini akan menjadi indikasi jika pasien memiliki resiko sedang, atau jika seorang dokter tidak nyaman memberikan terapi antibiotik dengan resiko tinggi untuk pasien. Jika hasil yang diperoleh adalah positif maka pengobatan antibiotik yang tepat, namun jika hasilnya negatif maka pengobatan antibiotik dihentikan kemudian dilakukan follow-up untuk mengetahui:
a.       Hasil kultur tenggorok negative
b.      Rapid antigen detection tidak sensitive untuk Streptococcus Group C dan G atau jenis bakteri patogen lainnya (Kazzi, et.al.,2006)
2.8  Asuhan Keperawatan Pharyngitis
1. Pengkajian
      A.  Data Dasar
1.      Identitas Pasien (nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, agama, suku bangsa, pendidikan, bahasa yang digunakan, pekerjaan, alamat, diagnosa medis, sumber biaya, dan sumber informasi)
2.       Identitas Penanggung ((nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, agama, suku bangsa, pendidikan, bahasa yang digunakan, pekerjaan, alamat, dan hubungan dengan pasien)
B.  Pengkajian Fisik, meliputi :
1.      Keadaan Umum, yaitu dengan mengobservasi bentuk tubuh, warna kulit, kesadaran, dan kesan umum pasien (saat pertama kali MRS) Gejala Kardinal, yaitu dengan mengukur TTV (suhu, nadi, tekanan darah, dan respirasi).
2.       Keadaan Fisik, yaitu melakukan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi dari kepala sampai anus, tapi lebih difokuskan pada bagian leher
3.      Pemeriksaan Penunjang, yaitu dari hasil pemeriksaan laboratorium dengan uji kultur dan uji resistensi
C.      Anamnesa
Adanya riwayat merokok,adanya riwayat streptokokus,dan yang penting ditanyakan apakah klien pernah mengalami nyeri/lesi pada mulut (nyeri saat menelan)
2. Diagnosa keperawatan
1.      Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi pada tenggorokan
2.      Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan dengan sekret yang kental ditandai dengan kesulitan dalam bernafas.

3.       Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan menelan
4.      Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak familiar dengan sumber informasi
3.Perencanaan
1.      Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan nyeri pasien berkurang Dengan kriteria hasil:
a.       nyeri pasien berkurang dari skala 5 menjadi 3
b.      Pasien tidak tampak meringis
c.       TTV normal
Nadi:60-100 x permenit
RR:16-20 x permenit
TD:100-140/60-90 mmHg
Suhu:36,8-37,2 C 1. Kaji ulang tingkat nyeri
Intervensi:
a.       Ajarkan teknik relaksasi
b.       Kaji TTV
c.        Kolaborasi dalam pemberian analgetik agar tepat dalam memilih tindakan untuk mengatasi nyeri
Tujuan:
a.       Meningkatkan relaksasi dan mengurangi nyeri
b.      Untuk mengetahui keaadaan umum pasien
c.        Untuk mengurangi nyeri
2.      Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien dapat bernapas lancar
Dengan kriteria hasil:
a.       Pasien dapat mengeluarkan sputum
b.       Pasien mengatakan dapat bernapas dengan lancer


Intervensi :
a.       Identifikasi kualitas atau kedalaman nafas pasien
b.       Anjurkan untuk minum air hangat
c.        Ajari pasien untuk batuk efektif
d.       Kolaborasi untuk pemberian ekspektoran

Tujuan:
a.       Untuk mengetahui keadaan napas pasien
b.      Untuk mencairkan sputum agar mudah dikeluarkan
c.        Untuk melegakan saluran pernapasan
d.       Untuk mengencerkan dahak
3.      Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi pasien dapat terpenuhi.
Dengan kriteria hasil:
a.       Pasien mengatakan tidak sakit dalam menelan makanan
b.      Pasien makan dengan lahap
c.       Nafsu makan pasien meningkat
d.      Pasien nampak lebih segar
Intervensi:
a.       Kaji intake makanan pasien
b.       Anjurkan pasien untuk makan makanan yang tinggi kalori dan serat
c.        kolaborasi dengan ahli gizi
Tujuan:
a.       Untuk mengetahui adanya peningkatan nafsu makan
b.       Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien
c.        Untuk mendapatkan menu makanan yang sesuai dengan kebutuhannya
4.      Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pengetahuan pasien meningkat
Dengan kriteria hasil:
a.       Pasien dapat menyebutkan kembali apa yang dijelaskan perawat
b.      Pasien mengangguk dan nampak mengerti
c.       Pasien mengatakan mengerti
Intervensi:
a.       Kaji tingkat pengetahuan pasien
b.       Lakukan BHSP
c.       Berikan Health Education
d.      Lakukan evaluasi
Tujuan:
a.       Untuk mengetahui seberapa tahu pasien akan penyakitnya
b.       Agar pasien percaya terhadap perawat
c.       Untuk menambah pengetahuan dan informasi tentang penyakitnya
d.      Untuk mengetahui daya tangkap pasien setelah diberikan HE
5.Evaluasi
1)      Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi pada tenggorokan
S : Pasien mengatakan nyerinya berkurang (penurunan skala nyeri)
O : Wajah pasien tampak relaks (tidak tampak meringis)
TTV normal
Nadi:60-100 x permenit
RR:16-20 x permenit
TD:100-140/60-90 mmHg
Suhu:36,8-37,2 C
A : Tujuan tercapai
P : Pertahankan kondisi pasien
2)      Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan dengan sekret yang kental ditandai dengan kesulitan dalam bernafas
S : Pasien mengatakan dapat bernapas lancar
O : Pasien dapat mengeluarkan sputum
A : Tujuan tercapai
P : Pertahankan kondisi pasien
3)       Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan menelan
S : Pasien mengatakan tidak sakit saat menelan makanan
O : Pasien makan dengan lahap
      Nafsu makan pasien meningkat
      Pasien nampak lebih segar
A : Tujuan tercapai
P : Pertahankan kondisi pasien
4)       Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak familiar dengan sumber informasi
S : Pasien mengatakan mengerti tentang penjelasan perawat
O : Pasien dapat menyebutkan kembali apa yang dijelaskan perawat
      Pasien mengangguk dan nampak mengerti
A : Tujuan tercapai
P : Pertahankan kondisi pasien










BAB III
TINJAUAN TEORI LARYNGITIS

3.1  Definisi Laryngitis
Laringitis adalah peradangan pada laring yang terjadi karena banyak sebab. Inflamasi laring sering terjadi sebagai akibat terlalu banyak menggunakan suara, pemajanan terhadap debu, bahan kimiawi, asap, dan polutan lainnya, atau sebagai bagian dari infeksi saluran nafas atas. Kemungkinan juga disebabkan oleh infeksi yang terisolasi yang hanya mengenai pita suara.
3.2  Etiologi Laryngitis
Penyebab dari laringitis sering disebabkan  oleh sinusitis kronik,  deviasi septum yang berat, polip hidung, bronchitis kronik atau tuberculosis paru. Penyebab tersering pada orang dewasa antara lain yaitu : merokok, alkoholik,  gastroesophageal reflux disease (GERD), pekerjaan yang terus menerus terpapar oleh debu dan bahan kimia, dan penggunaan suara yang berlebihan.
3.3  Patofisiologi Laryngitis
Hampir semua penyebab inflamasi ini adalah virus. Invasi bakteri mungkin sekunder. Laringitis biasanyan disertai rinitis atau nasofaring. Awitan infeksi mungkin berkaitan dengan pemajanan terhadap perubahan suhu mendadak, defisiensi diet, malnutrisi, dan tidak ada immunitas. Laringitis umum terjadi pada musim dingin dan mudah ditularkan. Ini terjadi seiring Dengan menurunnya daya tahan tubuh dari host serta prevalensi virus yang meningkat. Laringitis ini biasanya didahului oleh faringitis dan infeksi saluran nafas bagian atas lainnya. Hal ini akan mengakibatkan iritasi mukosa saluran nafas atas dan merangsang kelenjar mucus untuk memproduksi mucus secara berlebihan sehingga menyumbat saluran nafas. Kondisi tersebut akan merangsang terjadinya batuk hebat yang bisa menyebabkan iritasi pada laring. Dan memacu terjadinya inflamasi pada laring tersebut. Inflamasi ini akan menyebabkan nyeri akibat pengeluaran mediator kimia darah yang jika berlebihan akan merangsang peningkatan suhu tubuh.
3.4  Manifestasi Klinis Laryngitis
Baik pada infeksi virus maupun bakteri, gejalanya sama yaitu nyeri tenggorokan dan nyeri menelan. Selaput lendir yang melapisi faring mengalami peradangan berat atau ringan dan tertutup oleh selaput yang berwarna keputihan atau mengeluarkan nanah.Gejala lainya adalah:
a)      Demam
b)       pembesaran kelenjar getah bening di leher
c)      peningkatan jumlah sel darah putih.
Gejala tersebut bisa ditemukan pada infeksi karena virus maupun bakteri, tetapi lebih merupakan gejala khas untuk infeksi karena bakteri.Faringitis Laringitis akut ditandai Dengan suara serak atau tidak dapat mengeluarkan suara sama sekali (afonia) dan batuk berat. Laringitis kronis ditandai Dengan suara serak yang persisten.Laringitis kronis mungkin sebagai komplikasi dari sinusitis kronis dan bronchitis kronis.
Laringitis akut ditandai Dengan suara serak atau tidak dapat mengeluarkan suara sama sekali (afonia) dan batuk berat. Laringitis kronis ditandai Dengan suara serak yang persisten. Laringitis kronis mungkin sebagai komplikasi dari sinusitis kronis dan bronchitis kronis.
3.5  Komplikasi pada Laryngitis
Mengakibatkan iritasi mukosa saluran nafas atas dan merangsang kelenjar mucus untuk memproduksi mucus secara berlebihan sehingga menyumbat saluran nafas. Kondisi tersebut akan merangsang terjadinya batuk hebat yang bisa menyebabkan iritasi pada laring. Dan memacu terjadinya inflamasi pada laring tersebut. Inflamasi ini akan menyebabkan nyeri akibat pengeluaran mediator kimia darah yang jika berlebihan akan merangsang peningkatan suhu tubuh.
3.6  Penatalaksanaan Laryngitis
Penatalaksanaan laryngitis akut termasuk mengistirahatkan suara, menghindari merokok, istirahat di tempat tidur, dan menghirup uap dingin atau aerosol. Jika laryngitis merupakan bagian dari infeksi pernafasan yang lebih luas akibat organisme bakteri atau jika lebih parah, terapi antibiotic yang tepat perlu diberikan. Sebagian besar pasien dapat sembuh Dengan pengobatan konservatif; namun laryngitis cenderung lebih parah pada pasien lansia dan dapat diperburuk oleh pneumonia.
Untuk laringits kronis, pengobatannya termasuk mengistirahatkan suara, menghilangkan setiap infeksi traktus respiratorius primer yang mungkun ada, dan membatasi merokok. Penggunaan kortikosteroid topical, seperti inhalasi beklometason dipropionate (vanceril), dapat digunakan. Preparat ini tidak mempunyai efek sistemik atau kerja lama dan dapat megurangi reaksi inflamasi local.
3.7  Pemeriksaan Diagnostik Laryngitis
Tanda-tanda utama terjadinya laringitis adalah suara serak. Perubahan pada suara dapat bervariasi tergantung pada tingkat infeksi atau iritasi, bisa hanya sedikit serak hingga suara yang hilang total. Dokter  mungkin akan menanyakan apakan anda seorang perokok atau kondisi kesehatan anda saat itu – apakah anda sedang menderita selesa, influenza atau apakah anda menderita alergi – yang dapat menjadi penyebab terjadinya iritasi pada pita suara. Dokter mungkin juga akan menanyakan apakah anda terlalu banyak menggunakan pita suara anda – seperti dengan menyanyi atau berteriak – yang juga dapat menyebabkan iritasi pada pita suara anda.
Bila anda mengalami suara serak yang sifatnya kronis, dokter anda mungkin akan mendengarkan suara anda dan memvisualisasikan pita suara anda atau mereferensikan anda pada spesialis telinga, hidung dan tenggorokan (otolaryngologist). Dokter anda dapat menggunakan teknik-teknik dibawah ini untuk membantu diagnosis laringitis:

a.       Laryngoscopy.
Dokter akan secara visual memeriksa pita suara anda melalui prosedur yang disebut laryngoscopy, dengan memasukkan semacam cermin yang ringan dan sangat kecil ke belakang tenggorokan anda. Atau dokter mungkin akan menggunakan fiber-optic laryngoscopy. Tindakan ini berarti memasukkan tabung yang kecil dan fleksibel (endoscope) dengan kamera berukuran mini dan sangat ringan melalui hidung atau mulut ke arah belakang tenggorokan anda. Kemudian dokter akan melihat pergerakan pita suara saat anda berbicara.
b.      Biopsi.
Bila dokter melihat adanya wilayah yang mencurigakan, dokter akan melakukan biopsi – mengambil contoh jaringan untuk diperiksa dibawah mikroskop.
3.8  Asuhan Keperawatan Laryngitis
1.      Pengkajian
Riwayat kesehatan pasien yang lengkap yang menunjukkan kemungkinan tanda dan gejala sakit kepala, sakit tenggorok, dan nyeri sekitar mata dan pada kedua sisi hidung, kesilutan menelan, batuk, suara serak, demam, hidung tersumbat, dan rasa tidak nyeman umum dan keletihan. Menetapkan kapan gejala mulai timbul, apa yang menjadi pencetusnya, apa yang bisa menghilangkan atau meringankan gejala tersebut, dan apa yang memperburuk gejala tersebut adalah bagian dari pengkajian, juga mengidentifikasi setiap riwayat alergi atau adanya penyakit yang timbul bersamaan.Inspeksi menunjukkan pembengkakan, lesi atau asimetris hidung, juga pendarahan atau rabas. Mukosa hidung diinspeksi terhadap temuan abnormal seperti warna kemerahan, pembengkakan, atau eksudat dan polip hidung, yang mungkin terjadi dalam rhinitis kronis.
Sinus frontal dan maksilaris dipalpasi terhadap nyeri tekan, yang menunjukkan inflamasi. Tenggorok diamati Dengan meminta klien membuka mulutnya lebar-lebar dan nafas dalam. Tonsil dan faring diinspeksi terhadap temuan abnormal seperti warma kemerahan, asimetris, atau adanya drainase, ulserasi, atau pembesaran.
Trakea dipalpasi terhadap posisi garis tengah dalam leher, dan setiap massa atau deformitas diidentifikasi. Nodus limfe leher juga dipalpasi terhadap pembesaran dan nyeri tekan yang berkaitan.

2.       Diagnosa Keperawatan
A.    Inefektif bersihan jalan nafas berhubungan Dengan sekresi berlebihan sekunder akibat proses inflamasi
Hasil yang ingin dicapai :
Menunjukkan jalan nafas paten, Dengan binyi nafas bersih, tak Intervensi
Kaji frekwensi atau kedalaman pernafasan dan gerakan dada.
R/: Takipnea, pernafasan dangkal, dan gerakan dada tak simetris sering terjadi karena ketidaknyamanan gerakan dinding dada dan atau cairan paru.
Auskultasi area paru, catat area penurunan, atau tak ada aliran udara dan bunyi nafas adventisius, mis: krekels, mengi.
R/: Penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi Dengan cairan. Bunyi nafas bronchial (normal pada bronkus) dapat juga terjadi pada area konsolidasi. Krekels, ronkhi, dan mengi terdengar pada inspirasi dan atau ekspirasi pada respon terhadap pengumpulan cairan, secret kental, dan spasme jalan nafas/ obstuksi.
Bantu pasien latihan nafas sering, tunjukkan atau Bantu pasien mempelajari, melakukan batuk, mis: menekan dada dan batuk efektif sementara posisi duduk tinggi.
R/: Nafas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru-paru atau jalan nafas lebih kecil. Batuk adalah mekanisme pembersihan jalan nafas alami, membantu silia untuk mempertahankan jalan nafas paten. Penekana menurunkan ketidaknyamanan badan dan posisi duduk memungkinkan upaya nafas lebih dalam dan lebih kuat.
Berikan cairan sedikitnya 2500 mL /hari (kecuali kontraindikasi) Tawarkan air hangat, daripada dingin.
R/: Cairan (khususnya yang hangat) memobilisasi dan mengeluarkan secret.
Kolaborasi
Berikan obat sesuai indikasi : mukolitik, ekspektoran, bronkodilator, analgesic.
R/: Alat untuk menurunkan spasme bronkus Dengan mobilisasi secret. Analgesik diberikan untuk memperbaiki batuk Dengan menurunkan ketidaknyamanan tetapi harus digunakan secara hati-hati, karena dapat menurunkan upaya batuk atau menekanpernafasan.
B.     Nyeri yang berhubungan dengan iritasi laring sekunder akibat infeksi.
Kemungkinan dibuktikan oleh : sakit kepala, nyeri otot dan sendi, perilaku distraksi,gelisah.
Intervensi :
Berikan tindakan nyaman mis : pijtan punggung, perubahan posisi, perbincangan, relaksasi/latihannafas.
R/: Tindakan non analgetik diberikan dengan sentuhan lembut dapat menghilangkan ketidaknyamanan dan memeperbesar efek terapi analgetik.
Tawarkan pembersihan mulut dengan sering
R/: Pernapasan mulut dan terapi oksigen dapat mengiritasi dan mengeringkan membran mukosa, potensial ketidaknyamanan umum.
Kolaborasi
Berikananalgesikdanantitusif sesuai indikasi.
R/: Obat ini dapat digunakan untuk menekan batuk non produktif/paroksismal atau menurunkan mukosa berlebihan,meningkatkan kenyamanan/istirahat umum.
C.     Gangguan komunikasi verbal yang berhubungan dengan iritasi jalan napas atas sekunder akibat infeksi atau pembengkakan.
Intervensi:
Berikan pilihan cara komunikasi yang lain seperti papan dan pencil
R/: Cara komunikasi yang lain dapat mengistirahatkan laring untuk berkomunikasi secara verbal sehingga dapat meminimalkan penggunaan pita suara.
Berikan komunikasi non verbal, contoh sentuhan dan gerak fisik, antisipasi kebutuhan.
R/: Sentuhan diyakini untuk memberikan peristiwa kompleks biokimia Dengan kemungkinan pengeluaran endokrin yang menurunkan ansietas.






































BAB IV
PENUTUP
4.1  Kesimpulan
Rhinitis merupakan suatu inflamasi ( peradangan ) pada membran mukosa di hidung atau Rhinitis merupakan suatu inflamasi ( peradangan ) pada membran mukosa  di hidung.
Faringitis merupakan  infeksi pada faring yang disebabkan oleh virus atau bakteri, yang ditandai oleh adanya nyeri tenggorokan, faring eksudat dan hiperemis, demam, pembesaran limfonodi leher dan malaise.
Laringitis merupakan  peradangan pada laring yang terjadi karena banyak sebab. Inflamasi laring sering terjadi sebagai akibat terlalu banyak menggunakan suara, pemajanan terhadap debu, bahan kimiawi, asap, dan polutan lainnya, atau sebagai bagian dari infeksi saluran nafas atas. Kemungkinan juga disebabkan oleh infeksi yang terisolasi yang hanya mengenai pita suara.
5.       
6.       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar