Kamis, 04 Oktober 2012

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Introduksi Pada Penyakit Bipolar
Penyakit bipolar atau Bipolar disorder, selain itu dikenal sebagai manic depression atau bipolar depression, adalah penyakit suasan hati (keadaan jiwa) yang relatif umum yang mempengaruhi kira-kira 5.7 juta orang-orang Amerika. Dikarakteristikan oleh episode-episode dari depresi yang bergantian dengan keadaan-keadaan euphoric (sangat gembira), gejala-gejala dari penyakit bipolar adalah beberapa dan seringkali mempengaruhi fungsi harian dari individu dan hubungan-hubungan antar pribadi.
Gejala-gejala penyakit bipolar termasuk depresi dan perasaan-perasaan putus asa selama fase depresi dari kondisi. Gejala-gejala depresi lain termasuk pikiran-pikiran bunuh diri, perubahan-perubahan pada pola-pola tidur, dan kehilangan minat pada aktivitas-aktivitas yang pernah menjadi sumber dari kesenangan. Apa yang membedakan penyakit bipolar dari depresi utama adalah kejadian dari episode-spidoes manic, seringkali digambarkan sebagai "puncak-puncak" emosional, diantara episode-episode dari depresi. Gejala-gejala dari keadaan-keadaan manic adalah bervariasi dan termasuk kegelisahan, energi yang meningkat, suasana hati yang sangat gembira, pemikiran-pemikiran yang tergesa-gesa, keputusan yang buruk, kelakuan yang mengganggu atau provokatif, kesulitan berkonsentrasi, dan keperluan yang berkurang untuk tidur. Orang-orang yang mengalami episode-episode manic seringkali berbicara dengabn cepat, nampaknya sangat teriritasi, dan mungkin mempunyai kepercayaan-kepercayaan yang tidak realistik tentang kekuatan dan kemampuan mereka sendiri.


Untungnya, penyakit bipolar adalah kondisi yang dapat dirawat. Dengan perawatan yang tepat, kebanyakan orang-orang yang menderita penyakit bipolar dapat mencapai penstabilan yang substansial dari turun naiknya suasana hati mereka dan mampu memimpin kehidupan yang normal. Perawatan dari penyakit bipolar termasuk obat-obat yang dikenal sebagai "mood stabilizers (penstabil-penstabil suasana hati)". Lithium (Eskalith, Lithobid) adalah penstabil suasana hati yang paling umum diresepkan untuk orang-orang dengan penyakit bipolar, namun beberapa obat-obat anticonvulsant, termasuk valproate (Depakote) atau carbamazepine (Tegretol), juga dapat mempunyai efek-efek penstabil suasana hati dan mungkin digunakan pada perawatan dari penyakit bipolar.













BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Penyakit Bipolar
Penyakit bipolar, juga dikenal sebagai penyakit manic-depressive, adalah penyakit otak yang menyebabkan perubahan-perubahan yang tidak biasa pada suasana hati, energi, tingkat-tingkat aktivitas, dan kemampuan untuk melakukan tugas-tugas harian. Gejala-gejala dari penyakit bipolar adalah parah. Mereka berbeda dari naik dan turun yang normal yang setiap orang melaluinya dari waktu ke waktu. Gejala-gejala penyakit bipolar dapat berakibat pada hubungan-hubungan yang rusak, pencapaian sekolah atau pekerjaan yang buruk, dan bahkan bunuh diri. Namun penyakit bipolar dapat dirawat, dan orang-orang dengan penyakit ini dapat menjalankan kehidupan-kehidupan yang penuh dan produktif.
Penyakit bipolar seringkali berkembang pada akhir masa remaja seseorang atau pada tahun-tahun awal masa dewasa. Paling sedikit setengah dari semua kasus-kasus mulai sebelum umur 25 tahun. Beberapa orang-orang mempunyai gejala-gejala pertama mereka selama masa kanak-kanak, sementara yang lain-lain mungkin mengembangkan gejala-gejala jauh kemudian dalam kehidupannya.
Penyakit bipolar tidak mudah untuk disoroti ketika ia mulai. Gejala-gejala mungkin nampak seperti persoalan-persoalan yang terpisah, tidak dikenali sebagai bagian-bagian dari persoalan yang besar. Beberapa orang-orang menderita bertahun-tahun sebelum mereka didiagnosa dan dirawat secara benar. Seperti diabetes atau penyakit jantung, penyakit bipolar adalah penyakit jangka panjang yang harus dikelola secara hati-hati sepanjag kehidupan seseorang.


2.2 Teori Biologi tentang Gangguan Mood
1.      Data Genetik
Penelitian mengenai factor genetis pada gangguan unipolar dan bipolar melibatkan keluarga dan anak kembar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar 10 – 15 % keluarga dari pasien yang mengalami gangguan bipolar pernah mengalami satu episode gangguan mood (Davison et al, 2004). Pada gangguan unipolar, meskipun factor genetic memengaruhi, namun kurang menentukan dibandingkan gangguan bipolar. Risiko akan meningkat pada keluarga pasien yang memiliki onset muda saat mengalami gangguan. Berdasarkan beberapa data yang diperoleh bahwa onset awal untuk depresi, munculnya delusi, dan komorbiditas dengan gangguan kecemasan dan alkoholisme meningkatkan risiko pada keluarga (Davison et al, 2004).
2.      Neurochemistry dan Mood Disorder
Dua neurotransmitter yang berperan dalam gangguan mood adalah norepinefrin dan serotonin. Norepinefrin terkait dengan gangguan bipolar, di mana tingkat norepinefrin yang rendah menyebabkan depresi dan tingkat yang tinggi menyebabkan mania. Sementara itu untuk serotonin, tingkatnya yang rendah juga menyebabkan depresi. Terdapat dua kelompok obat untuk depresi, yaitu tricyclics dan monoamine oxidase (MAO)  inhibitors.
3.      Sistem Neuroendokrin
Area limbic di otak berhubungan dengan emosi yang memengaruhi hipotalamus. Hipotalamus kemudian mengontrol kelenjar endokrin dan tingkat hormone yang dihasilkannya. Hormone yang dihasilkan hipotalamus juga memengaruhi kelenjar pituitary. Relevansinnya terkait dengan gejala vegetative pada gangguan depresi, seperti gangguan tidur dan rangsangan selera. Berbagai temuan mendukung hal tersebut, bahwa orang yang depresi memiliki tingkat kortisol (hormone adrenokortikal) yang tinggi. Hal itu disebabkan produksi yang berlebih dari pelepasan hormone rotropin oleh hipotalamus (Davison et al, 2004). Produksi yang berlebih dari kortisol pada orang yang depresi juga menyebabkan semakin banyaknya kelenjar adrenal (Davison et al, 2004). Banyaknya kortisol tersebut juga berhubungan dengan kerusakan pada hipokampus dan penelitian juga telah membuktikan bahwa pada orang depresi menunjukkan hipokampal yang tidak normal. Penelitian mengenai Sindrom Cushing’s juga dikaitkan dengan tingginya tingkat kortisol pada gangguan depresi.
4.      Teori Neurobiologis
Teori biologis memfokuskan pada abnormalitas morepinefrin (NE) dan serotonin (5-HT). hipotesis katekolamin menyatakan bahwa depresi disebabkan oleh rendahnya kadar NE otak, dan peningkatan NE menyebabkan mania. Pada beberapa pasien, kadar MHPG (metabolit utama NE rendah). Hipotesis indolamin menyatakan bahwa rendahnya neurotransmitter serotonin (5-HT) otak menyebabkan depresi dan peningkatan serotonin (5-HT) yang dapat menyebabkan mania. Hipotesis lain menyatakan bahwa penurunan NE menyebabkan maniak, hnya bila kadar serotonin 5-HT, serta menghambat monoamine oksidase inhibitor mengoksidasi NE. Penelitian terbaru menyatakan bahwa mungkin terdapat hipometabolisme otak di lobus frontalis, yang menyeluruh pada depresi atau beberapa abnormalitas fundamental ritmik sirkadian pada pasien-pasien depresi.
5.      Neurotransmiter dan sinaps
Jaringan otak terdiri atas berjuta-juta sel otak yang disebut neuron. Sel ini terdiri atas badan sel, ujung akson, dan dendrit. Bagian di antara ujung sel neuron satu dengan yang lain terdapat celah yang disebut celah snaptik atau sinapsis. Satu neuron menerima berbagai macam informasi yang datang, mengolah atau mengintegrasikan informasi tersebut, lalu mengeluarkan responnya yang dibawa suatu senyawa neuro kimiawi yang disebut neurotransmitter. Terjadinya potensial aksi dalam membrane sel neuron memungkinkan dilepaskannya molekul neurotransmitter dari akson terminalnya (prasinaptik) ke celah sinaptik, lalu ditangkap reseptor di membrane sel dendrit dari neuron berikutnya. Selanjutnya terjadilah loncatan listrik dan komunikasi neurokimiawi antara dua neuron. Pada reseptor bisa terjadi supersensitivitas dan subsensitivitas. Supersensitivitas berarti respon reseptor lebih tinggi dari biasanya, yang menyebabkan neurotransmiter yang ditarik ke celah sinap lebih banyak jumlahnya sehingga berakibat pada naiknya kadar neurotransmiter di celah sinaptik tersebut. Subsensitivitas reseptor adalah bila terjadi sebaliknya. Bila reseptor di blok oleh obat tertentu, maka kemampuannya menerima neurotransmiter akan hilang dan neurotransmitter yang ditarik ke celah sinap akan berkurang sehingga menyebabkan menurunnya kadar neurotransmitter tertentu di celah sinap.
6.      Monoamin dan depresi
Penelitian-penelitian sebelumnya menunjukan bahwa zat-zat yang menyebabkan kurangnya monoamin, seperti reserpine dapat menyebabkan depresi. Akibatnya, timbul teori yang menyatakan bahwa berkurangnya ketersediaan neurotransmiter monoamin, terutama NE dan serotonin, dapat menyebabkan depresi. Teori ini di perkuat dengan ditemukannya obat anti depresaan trisiklik dan  monoamine oksidasi inhibitor yang bekerja meningkatkan monoamine disinaps. Peningkatan monoamine dapat memperbaiki depresi.
7.      Serotonin
Neuro serotogenik terproyeksi dari nucleus rafe dorsalis batang otak ke kortek serebri, thalamus, ganglia basalis, septum, dan hipokarpus. Proyeksi ke tempat-tempat ini mendasari keterlibatan dalam gangguan-gangguan psikiatrik. Ada sekitar 14 reseptor serotonin, 5-HT1A yang terletak di lokasi yang berbeda di susunan saraf pusat. Serotonin berfungsi sebagai pengatur tidur, selera makan, dan libido. System serotonin yang berproyeksi ke nucleus suprakiasme hipotalamus berfungsi mengatur ritmik sirkadian ( siklus tidur bangun, temperature tubuh, dan fungsi aksis HPA ). Serotonik bersama-sama dengan norepinefrin dan dopamine memfalitasi gerak motorik yang terarah dan bertujuan. Serotonin menghambat perilaku agresif pada mamalia dan reptilia. Neurotransmiter serotonin terganggu pada depresi . berdasarkan penelitian HT1A dan 5-HT2A pada pasien dengan depresi berat. Adanya gangguan serotonin dapat menjadi tanda kerentanan terhadap kekambuhan depresi. Semntara itu, penelitian lainnya melaporkan bahwa respon serotonin menurun di daerah prefrontal dan temporopariental pada penderita depresi yang tidak mendapatkan pengobatan. Kadar serotonin rendah pada penderita depresi yang agresif dan bunuh diri. Triptofan merupakan precursor serotonin. Triptofan juga menurun pada pasien depresi. Penurunan kadar triptofan juga dapat menurunkan mood pada pasien depresi yang remisi individunya yang mempunyai riwayat keluarga penderita depresi. Memori, atensi, dan fungsi eksekutif yang juga dipengaruhi kekurangan triptofan. Neurotisisme dikaitkan dengan gangguan mood, tetapi tidak melalui serotonin. Ia dikaitkan dengan fungsi kognitif yang terjadi sekunder akibat kekurangan triptofan. Hasil metabolisme serotonin adalah 5-HIAA ( Hidroksiendolasektidacid). Terdapat penuirunan 5-HIAA di cairan serebrospinal pada penderita depresi. Penurunan ini sering terjadi pada penderita depresi dengaan usaha-usaha bunuh diri. Penurunan serotonin pada depresi juga dilihat dari penelitian EEG tidur dan HPA aksis. Hipofrontalis aliran darah otak dan penurunan metabolisme glikosa otak sesuai penurunan serotonin. Pada penderita depresi mayor didapatkan penumpulan respon serotonin prefontal dan temporoparental. Hal ini menunjukan bahwa adanya gangguan serotonin pada depresi.
8.      Noradigenerik
Badan sel neuroadrenergik yang menghasilkan norepinefrin terletak di locus cerules (LC) batang otak dan berproyeksi ke korteks serebri, system limbik, basal ganglia, hipotalamus, dan thalamus. Ia berperan dalam memulai dan mempertahankan keterjangan ( proyeksi ke limbiks dan korteks ). Proyeksi noradrenegik ke hipokampus terlibat dalam sensitisasi perilaku terhadap stressor dan pemanjangan aktifasi locus serulus dan juga berkontribusi terhadap rasa ketidak berdayaan yang dipelajari. Locus serulus juga tempat neuron-neuron yang berproyeksi ke medulla adrenal dan sumber utama sekresi noreprinefin kedalam sirkulasi darah perifer. Stressor akut dapat meningkatkan aktifitas LC. Selama terjadi aktifasi fungsi LC, fungsi fegetatif seperti makan dan tidur menurun. Persepsi terhadap stressor di tangkap oleh korteks yang sesuai dan melalui thalamus diteruskan ke LC, selanjutnya ke komponen simpatoadrenal sebaagai respon terhadap stressor akut tersebut. Proses kognitif dapat memperbesar atau memperkecil respon simpatoadrenal terhadap stresot akut tersebut. Rangsangan terhadap bundle forebrain ( jaras noreprinefrin penting di otak ) meningkat pada perilaku yang mencari rasa senang dan perilaku yang bertujuan. Stressor yang menetap dapat menurunkan kadar noreprinefrin di forebrain medial. Penurunan ini dapat menyebabkan anergia, anhedonia, dan penurunan libido pada depresi. Hasil metabolism noreprinefrin adalah 3-methoxy-4-hydroxyphenilglycol ( MHPG ). Penurunan aktifitas noreprinefrin sentral dapat dilihat berdasarkan penurunan ekskresi MHPG. Beberapa penelitian menunjukan bahwa MHPG mengalami defisiensi pada penderita depresi. Kadar MHPG yang keluar di urine meningkat kadarnya pada penderita depresi yang di ECT ( terapi kejang listrik )
9.      Dopamine
Ada 4 jaras dopamine di otak, yaitu tuberoinfundobulair, nigrostriatal, mesolimbic, mesokorteks-mesolimbik. System ini berfungsi untuk mengatur motifasi, konsentrasi, memulai aktifitas yang bertujuan, terarah dan kompleks, serta tugas-tugas fungsi eksekutif. Penurunan aktifitas dopamine pada system imun di kaitkan dengan gangguan kognitif, motoric, anhedonia yang merupakan manifestasi symptom depresi.
10.  Neurotransmiter lain
Neuro kolinergik mengandung asetilkolin yang terdistribusi difus di korteks serebri dan mempunyai hubungan timbal balik dengan system monoamine, abnormal kadar kolin ( precursor asetilkolin ) terdapat di otak pasien depresi. Obat yang bersifat agonis kolinergik dapat menyebabkan letargi, alergi, dan letradasi psikomotor pada orang normal. Selain itu, ia juga dapat mengeksraserbrasi simtom-simtom depresi dan mengurangi simtom mania. Gamma-aminobutyric acid (GABA) memiliki efek inhibisi terhadap monoamine, terutama pada system mesokorteks dan mesolimbic. Pada penderita depresi didapat penurunan gaba. Stresor kronik dapat mengurangi kadar gaba dan antidepresor dapat meningkatkan regulasi reseptor gaba. Asam amino glutamate dan glisin merupakan neurotransmiter utama di SSP, yang terdistribusi hampir diseluruh otak. Ada lima reseptor glutamat, yaitu NMDA, kainat, L-AP4 dan ACPD. Bila berlebihan, glutamate bias menyebabkan neurotoksik. Obat-obat yang antagonis terhadap NMDA mempunyai efek anti depresan.
11.  HPA aksis (Hypothaliamic-Pituitary-Adrenal).
Bila pengalaman yang terbentuk steresor dalam kehidupan sehari-hari kita tercatat dalam korteks selebri dan sistem limbik sebagai steresor atau emosi yanh menggangu, bagian dari otak ini akan mengirim pesan ke tubuh. Tubuh meningkatkan kewaspadaan untuk mengatasi steresor tersebut. Target adalah kalenjar adrenal. Adrenal akan mengeluarkan hormon kortisol untuk mempertahankan kehidupan. Kortisol memegang peranan penting dalam mengatur tidur, nafsu makan, fungsi ginjal, sistem imun, dan semua faktor penting kehidupan. Peningkatan aktifitas glukokortikoid (kortisol) merupakan respons utama terhadap stresor. Kadar kortisol yang meningkat menyebabkan “umpan balik”, yaitu hipotalamus menekan sekresi cortikotropik-releasing hormone (CHR), kemudian mengirimkan pesan ini ke hipofisis sehingga hipofisis juga menurunkan proses adrenocortictropin hormon (ACTH). Akhirnya peasan ini juga di teruskan kembali ke adrenal untuk mengurangi produksi kortisol. Pengalaman buruk seperti penganiayaan pada masa anak atau penelantaran pada awal perkembangan merupakan faktor yang bermakna untuk terjadinya gangguan mood pada masa dewasa. Sistem CHR merupakan sistem yang paling terpengaruh oleh stresor yang doalami seseorang pada awal kehidupannya. Stresor yang berulang menyebabkan peningkatan sekresi CRH dan penurunan sensitivitas reseptor CRH adenohipofisis. Stresor pada awal masa perkembangan ini dapat menyebabkan perubahan yang menetap pada sistem neuribiologik atau dapat membuat jejak pada sistem saraf yang berfungsi merespons stresor tersebut. Akibatnya, seseorang menjadi rentan terhadap stresor dan resiko terhadap penyakit-penyakit yang berkaitan dengn stresor yang meningakat, seperti terjadinya depresi setelah dewasa. Stresor pada awal kehidupan seperti perpisahan dengan ibu, pola pengasuhan buruk, menyebabkan hiperaktivitas sistem neuron CRH sepanjang kehidupannya. Setelah dewasa, reaktivitas aksis HPA sangat berlebihan terhadap stresor. Adanya faktor genetik yang disertai dengan stresor diawal kehidupan, mengakibatkan hiperaktivitas dan sensitivitas yang menetap pada sistem saraf. Keadaan ini menjadi dasar kerentanan seseorang terhadap depresi setelah dewasa. Depresi dapat dicetuskan hanya oleh stresor yang derajatnya sangat ringan. Peneliti lain melaporkan bahwa respons sistem otonom dan hipofisis –adrenal terhadap stresor psikisosial pada wanita dengan depresi yang mempunyai riwayat penyiksaan fisik dan seksual ketika mas anak lebih tinggi dibanding kontrol. Stresor berat diawal kehidupan menyebabkan kerentanan biologik seseorang terhadap stresor. Kerentanan ini menyebabkan sekresi CHR sangat tinggi bila orang tersebut mengalami menghadapi stresor. Sekresi tinggi CHR ini akan berpengaruh pula pada tempat diluar hipotalamus, misalnya di hipokampus. Akibatnya mekanisme “umpan balik” semakin terganggu. Hal ini menyebabkan ketidakmampuan kortisol menekan sekresi CRH sehingga pelepasan CRH semakin tinggi. Hal ini mempermudah seseoarang mengalami depresi mayor, bila berhadap dengan stresor. Peningkatan aktivitas aksis HPA meningkatkan kadar kortisol. Bila peningakatan kadar kortisol berlangsung lama, kerusakan hipokampus dapat terjadi. Kerusakan ini menjadi prediposisi depresi. Simtom gangguan kognitif pada depresi dikaitkan denga gangguan hipokampus. Hiperaktivitas aksis HPA  merupakan penemuan yang hampir selalu konsisten pada gangguan depresi mayaor. Gangguan aksis HPA pada depresi dapat ditunjukan dengan adanya hiperkolesterolemia, resistennya sekresi kortisol terhadap supresi deksametason, tidak adanya respon ACTH terhadap pemberian CRH, dan peningkatan konsentrasi CRH di cairan serebrospinal. Gangguan aksis HPA, pada keadaan depresi, terjadi akibat tidak berfungsinya sistem otoregulasi atau fungsi inhibisi umpan balik. Hal ini dapat diketahui dengan tes DST (Dexamethasone Supression Test).
Teori Biologi pada Gangguan Biopolar (Mania)
1.      Neurotrasmiter pada mania (gangguan bipolar). Otak mengguanakan sejumlah senyawa neurokimiawi sebagai pembawa pesan untuk komunikasi berbagai bagian di otak dan sistem saraf. Senyawa neurokimiawi ini, dikenal sebagai neurotransmiter, sangat esensial bagi semua semua fungsi otak. Sebagai pembawa peasan, mereka datang dari satu tempat dan pergi ke tempat lain untuk menyampaikan pesan-pesanya. Bila satu sel saraf (neuron) berakhir, di dekatnya ada neuron lainnya. Satu neuron mengirimkan pesan dengan mengeluarkan neurotrasmiter menuju ke dendrit neuron di dekatnya melalui celah sinaptik, ditnggakp reseptor-reseptor pada celah sinaptik tersebut. Neurotrasmiter yang berpengaruh pada terjadinya gangguan bipolar adalah dopamin, norepinefin, serotonin, GABA, glutamat, dan asetikolin. Selain itu, peneliti-peneliti jugan menunjukkan adanya kelompok neurotrasmiter lain yang berperan penting pada timbulnya mania, yaitu golongan neuropeptida, termasuk endorfin, somatostatin, vasopresin, dan oksitosin. Diketahui bahwa neurotrasmoter-neurotrasmiter ini, dalam beberapa cara, tidak seimbang (unbalanced) pada otak individu mania dibanding otak individu normal, misalnay GABA diketahui menurun kadarnya dalam darah dan cairan spinal pada pasien mania. Nerepinefrin meningkat kadarnya pada celah sinaptik, tetapi dengan serotonin normal. Dopamin juga meningkat kadarnya pada celah sinaptik, menimbulkan hiperaktifitas, agresivitas dan mania, seperti halnya dengan skizofrenia. Antidepresan trisiklik dan MAO inhibitor yang meningkatkan epinefrin bisa merangsang timbulnay mania, dan antipsikotik yang memblok reseptor dopamin yang menurunkan kadar dopamin bisa memperbaiki mania, seperti juga pada skizofrenia.
2.      An Integrated Theory of Bipolar Disorder. Gangguan bipolar merefleksiakan adanya gangguan pada sistem motivasional yang di sebut dengan behavioral activation system (BAS) . BAS memfasilitasi kemempuan manusia untuk mendekati atau memperoleh penghargaan (reward) dari lingkungannya dal hal ini teleh dikaitkan dengan positive emotional states, karakteristik kepribadian seperti ekstrovert, peningkatan energi, dan berkurangnya kebutuhan untuk tidur. Secara biologis, BAS diyakini terkait dengan jalur saraf dalam otak yang melibatkan dopamine neurotransmitter dan juga terkait dengan perilaku untuk memperoleh reward. Peristiwa kehidupan yang melibatkan pencapain tujuan atau reward diprediksi meningkatkan simtom mania. Sementara itu, peristiwa positif lainnya tidak terkait denga perubahan pada sitom mania, dan pencapaian tujuan tidak terkait denga perubahan dalam simtom depresi. Denga demikian BAS dan manifestasi perilakunya, yaitu pencapaian tujuan diasosiasikan denga simtom mulai dari gangguan bipolar.
2.3 Gejala-Gejala Dari Penyakit Bipolar
Orang-orang dengan penyakit bipolar mengalami keadaan-keadaan emosional yang hebatnya tidak biasa yang terjadi pada periode-periode yang beda yang disebut "mood episodes (episode-episode suasana hati)". Keadaan yang sangat penuh kegembiraan disebut manic episode, dan keadaan yang sangat sedih atau tanpa harapan disebut depressive episode. Adakalanya, episode suasana hati termasuk gejala-gejala dari keduanya mania dan depresi. Ini disebut keadaan campuran (mixed state). Orang-orang dengan penyakit bipolar juga mungkin eksplosif dan teriritasi selama episode suasana hati (mood episode).
Perubahan-perubahan yang ekstrim pada energi, aktivitas, tidur, dan kelakuan berjalan bersama dengan perubahan-perubahan pada suasana hati ini. Adalah mungkin untuk seseorang dengan penyakit bipolar untuk mengalami periode yang berlangsung lama dari suasana-suasana hati yang tidak stabil daripada episode-episode yang terpisah dari depresi atau mania.
Seseorang mungkin sedang mempunyai episode penyakit bipolar jika ia mempunyai sejumlah gejala-gejala manic atau depresi untuk hampir sepanjang hari, hampir setiap hari, untuk paling sedikit satu atau dua minggu. Adakalanya gejala-gejalanya begitu parah sehingga orang itu tidak dapat berfungsi di tempat kerja, sekolah, atau rumah. Gejala-gejala dari penyakit bipolar digambarkan dibawah.
Gejala-gejala dari mania atau episode manic termasuk:
Gejala-gejala dari depresi atau episode depresi termasuk:
Perubahan-Perubahan Suasana Hati :
  1. Periode yang panjang dari perasaan "puncak", atau suasana hati yang sangat gembira atau ramah.
  2. Suasana hati yang sangat teriritasi, agitasi, merasakan "jumpy (gelisah)" atau "wired".
Perubahan-Perubahan Kelakuan :
  1. Berbicara sangat cepat, melompat dari satu idea ke yang lainnya, mempunyai pemikiran-pemikiran yang bergegas-gegas
  2. Sangat mudah dikacaukan
  3. Aktivitas-aktivitas yang menuju tujuan yang meningkat, seperti menerima proyek-proyek baru
  4. Menjadi gelisah
  5. Tidur yang sedikit
  6. Mempunyai kepercayaan yang tidak realistik pada kemampuan-kemampuan seseorang
  7. Berkelakuan secara impulsif dan mengambil bagian pada banyak kelakuan-kelakuan yang menyenangkan dan berisiko tinggi, seperti membelanjakan sprees, seks yang impulsif, dan investasi-investasi bisnis yang impulsif.

Perubahan-Perubahan Suasana Hati :
  1. Periode yang panjang dari perasaan khawatir atau kosong
  2. Kehilangan minat pada aktivitas-aktivitas yang pernah dinikmati, termasuk seks.
Perubahan-Perubahan Kelakuan
  1. Merasa lelah atau "slowed down".
  2. Mempunyai persoalan-persoalan berkonsentrasi, mengingat, dan membuat keputusan-keputusan
  3. Menjadi gelisah atau teriritasi
  4. Merubah kebiasaan-kebiasaan makan, tidur, atau yang lain-lain
  5. Memikirkan kematian atau bunuh diri, atau mencoba bunuh diri.

Sebagai tambahan pada mania dan depresi, penyakit bipolar dapat menyebabkan jajaran dari suasana-suasana hati, seperti ditunjukan pada skala.
Picture of scale of severe depression, moderate depression, and mild low mood
Satu sisi dari skala termasuk depresi yang parah, depresi yang sedang, dan suasana hati rendah yang ringan. Depresi sedang mungkin menyebabkan gejala-gejala yang kurang ekstrim, dan suasana hati rendah yang ringan disebut dysthymia jika ia kronis atau berjangka panjang. Di tengah-tengah skala adalah suasana hati yang normal atau seimbang.
Pada ujung lain dari skala adalah hypomania dan mania yang parah. Beberpa orang-orang dengan penyakit bipolar mengalami hypomania. Selama episode-episode hypomanic, seorang mungkin mempunyai energi dan tingkat-tingkat aktivitas yang meningkat yang adalah tidak separah khas mania, atau ia mungkin mempunyai episode-episode yang berlangsung kurang dari satu minggu dan tidak memerlukan perawatan gawat darurat. Seseorang yang mempunyai episode hypomanic mungkin merasa sangat baik, berproduktif sangat tinggi, dan berfungsi baik. Orang ini mungkin tidak merasa bahwa ada sesuatu yang tidak benar bahkan ketika famili dan teman-teman mengenali turun naiknya suasana hati sebagai kemungkinan penyakit bipolar. Tanpa perawatan yang benar, bagaimanapun, orang-orang dengan hypomania mungkin mengembangkan mania atau depresi yang parah.
Selama keadaan campuran, gejala-gejala seringkali termasuk agitasi, kesulitan tidur, perubahan-perubahan utama pada nafsu makan, dan pikiran bunuh diri. Orang-orang pada keadaan campuran mungkin merasa sangat sedih atau putus asa sementara merasakan sangat bertenaga.
Adakalanya, seorang dengan episode-episode yang parah dari mania atau depresi juga mempunyai gejala-gejala psychotic, seperti halusinasi-halusinasi atau delusi-delusi (khayalan-khayalan). Gejala-gejala psychotic cenderung mencerminkan suasana hati seseorang yang ekstrim. Contohnya, gejala-gejala psychotic untuk seseorang yang mempunyai episode manic mungkin termasuk kepercayaan bahwa ia terkenal, mempunyai banyak uang, atau mempunyai kekuatan-kekuatan khusus. Pada cara yang sama, seseorang yang mempunyai episode depresi mungkin percaya ia hancur dan tidak beruang sepeserpun, atau telah melakukan kejahatan. Sebagai akibatnya, orang-orang dengan penyakit bipolar yang mempunyai gejala-gejala psychotic adakalanya salah didiagnosa sebagai mempunyai schizophrenia, penyakit mental parah lainnya yang dihubungkan dengan halusinasi-halusinasi dan khayalan-khayalan.
Orang-orang dengan penyakit bipolar mungkin juga mempunyai persoalan-persoalan kelakuan. Mereka mungkin menyalahgunakan alkohol dan unsur-unsur, mempunyai persoalan-persoalan hubungan, atau berkinerja buruk di sekolah atau tempat keja. Pada mulanya, adalah tidak mudah untuk mengenali persoalan-persoalan ini sebagai tanda-tanda dari penyakit mental utama.
2.4 Bagaimana Penyakit Bipolar Mempengaruhi Seseorang Melalui Waktu ?
Penyakit bipolar biasanya berlangsung seumur hidup. Episode-episode dari mania dan depresi secara khas datang kembali melalui waktu. Antara episode-episode, banyak orang-orang dengan penyakit bipolar bebas dari gejala-gejala, namun beberapa orang-orang mungkin mempunyai gejala-gejala yang tetap hidup.
Dokter-dokter biasanya mendiagnosa penyakit-penyakit mental menggunakan petunjuk-petunjuk dari Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, atau DSM. Menurut DSM, ada empat tipe-tipe dasar dari penyakit bipolar:
  1. Penyakit Bipolar I terutama ditentukan oleh episode-episode manic atau campuran yang berlangsung paling sedikit tujuh hari, atau oleh gejala-gejala manic yang begitu parah sehingga orang itu perlu segera perawatan rumah sakit. Biasanya, orang itu juga mempunyai episode-episode depresi, secara khas berlangsung paling sedikit dua minggu. Gejala-gejala dari mania atau depresi harus menjadi perubahan utama dari kelakuan normal seseorang.
  2. Penyakit Bipolar II ditentukan oleh pola dari episode-episode depresi yang berubah mondar-mandir dengan episode-episode hypomanic, namun bukan sepenuhnya episode-episode manic atau campuran.
  3. Bipolar Disorder Not Otherwise Specified (BP-NOS) didiagnosa ketika seseorang mempunyai gejala-gejala dari penyakit yang tidak memenuhi kriteria diagnostik untuk salah satu dari bipolar I atau II. Gejala-gejala mungkin tidak berlangsung cukup lama, atau orang itu mungkin mempunyai terlalu sedikit gejala-gejala, untuk didiagnosa dengan bipolar I atau II. Bagaimanapun, gejala-gejala adalah dengan jelas keluar dari batasan kelakuan normal seseorang.
  4. Penyakit Cyclothymic, atau Cyclothymia, adalah bentuk ringan dari penyakit bipolar. Orang-orang yang mempunyai cyclothymia mempunyai episode-episode dari hypomania yang berubah mondar mandir dengan depresi ringan untuk paling sedikit dua tahun. Bagaimanapun, gejala-gejala tidak memenuhi kebutuhan-kebutuhan diagnostik untuk tipe lain apa saja dari penyakit bipolar.
Beberapa orang-orang mungkin didiagnosa dengan rapid-cycling bipolar disorder. Ini adalah ketika seorang mempunyai empat atau lebih episode-episode dari depresi utama, mania, hypomania, atau gejala-gejala campuran dalam satu tahun. Beberapa orang-orang mengalami lebih dari satu episode dalam satu minggu, atau bahkan dalam satu hari. Rapid cycling nampaknya lebih umum pada orang-orang yang mempunyai penyakit bipolar yang parah dan mungkin lebih umum pada orang-orang yang mempunyai episode pertama mereka pada umur yang lebih muda. Satu studi menemukan bahwa orang-orang rapid cycling mempunyai episode pertama mereka kira-kira empat tahun lebih awal, selama pertengahan sampai akhir tahun-tahun remaja, daripada orang-orang tanpa penyakit rapid cycling bipolar. Rapid cycling mempengaruhi lebih banyak wanita-wanita daripada pria-pria.
Penyakit bipolar cenderung memburuk jika ia tidak dirawat. Melalui waktu, seorang mungkin menderita episode-episode lebih sering dan lebih parah daripada ketika penyakitnya pertama timbul. Juga, penundaan-penundaan dalam mendapatkan diagnosis dan perawatan yang benar membuat seseorang lebih mungkin mengalami persoalan-persoalan pribadi, sosial, dan yang berhubungan dengan pekerjaan.
Diagnosis dan perawatan yang benar membantu orang-orang dengan penyakit bipolar menjalankan kehidupan-kehidupan yang sehat dan produktif. Pada kebanyakan kasus-kasus, perawatan dapat membantu mengurangi frekwensi dan keparahan dari episode-episode.

2.5 Penyakit-Penyakit Yang Seringkali Hadir Bersama Dengan Penyakit Bipolar

Penyalahgunaan zat kimia adalah sangat umum diantara orang-orang dengan penyakit bipolar, namun alasan-alasan untuk hubungan ini tidak jelas. Beberapa orang-orang dengan penyakit bipolar mungkin mencoba merawat gejala-gejala mereka dengan alkohol atau obat-obatan terlarang. Bagaimanapun, penyalahgunaan zat kimia mungkin mencetuskan atau memperpanjang gejala-gejala bipolar, dan persoalan-persoalan mengontrol kelakuan yang berhubungan dengan mania dapat berakibat pada seorang minum terlalu banyak alkohol.
Penyakit-penyakit ketakutan, seperti post-traumatic stress disorder (PTSD) dan social phobia, juga sering terjadi bersamaan diantara orang-orang dengan penyakit bipolar. Penyakit bipolar juga terjadi bersamaan dengan attention deficit hyperactivity disorder (ADHD), yang mempunyai beberapa gejala-gejala yang tumpang tindih dengan penyakit bipolar, seperti kegelisahan dan mudah dikacaukan.
Orang-orang dengan penyakit bipolar juga berada pada risiko yang lebih tinggi untuk penyakit tiroid, sakit kepala migraine, penyakit jantung, diabetes, obesity (kegemukan), dan penyakit-penyakit fisik lainnya. Penyakit-penyakit ini mungkin menyebabkan gejala-gejala dari mania atau depresi. Mereka mungkin juga berakibat dari perawatan untuk penyakit bipolar.
Penyakit-penyakit lain dapat membuatnya sulit untuk mendiagnosa dan merawat penyakit bipolar. Orang-orang dengan penyakit bipolar harus memonitor kesehatan fisik dan mental mereka. Jika gejala tidak menjadi lebih baik dengan perawatan, mereka harus memberitahu dokter mereka.

2.6 Faktor-Faktor Risiko Untuk Penyakit Bipolar

Ilmuwan-ilmuwan sedang mempelajari kemungkinan penyebab-penyebab dari penyakit bipolar. Kebanyakan ilmuwan-ilmuwan setuju bahwa tidak ada penyebab tunggal. Agaknya, banyak faktor-faktor kemungkinan beraksi bersama untuk menghasilkan penyakit atau meningkatkan risiko.

2.6.1 Genetik-Genetik

Penyakit bipolar cenderung beredar di keluarga-keluarga, jadi peneliti-peneliti mencari gen-gen yang mungkin meningkatkan kesempatan seseoarng mengembangkan penyakit. Gen-gen adalah "building blocks" dari keturunan. Mereka membantu mengontrol bagaimana tubuh dan otak bekerja dan tumbuh. Gen-gen dikandung didalam sel-sel orang yang diturunkan dari orangtua ke anak-anak.
Anak-anak dengan orangtua atau saudara kandung yang mempunyai penyakit bipolar adalah empat sampai enam kali lebih mungkin mengembangkan penyakit, dibanding dengan anak-anak yang tidak mempunyai sejarah penyakit bipolar keluarga. Bagaimanpun, kebanyakan anak-anak dengan sejarah penyakit bipolar keluarga tidak akan mengembangkan penyakit.
Penelitian genetik pada penyakit bipolar sedang dibantu oleh kemajuan-kemajuan dalam teknologi. Tipe penelitian ini sekarang jauh lebih cepat dan lebih jauh jangkaunnya daripada masa lalu. Satu contoh adalah peluncuran dari Bipolar Disorder Phenome Database, dibiayai sebagian oleh NIMH. Menggunakan database, ilmuwan-ilmuwan akan mampu menghubungkan tanda-tanda yang terlihat dari penyakit dengan gen-gen yang mungkin mempengaruhi mereka. Sejauh ini, peneliti-peneliti yang menggunakan database ini menemukan bahwa kebanyakan orang-orang dengan penyakit bipolar mempunyai:
  1. Kehilangan pekerjaan karena penyakit mereka
  2. Penyakit-penyakit lain pada saat yang sama, terutama penyalahgunaan alkohol dan/atau zat kimia dan penyakit-penyakit panik
  3. dirawat atau dirumah sakitkan untuk penyakit bipolar.
Peneliti-peneliti juga mengidentifikasi ciri-ciri tertentu yang nampaknya beredar di keluarga-keluarga, termasuk:
  1. Sejarah dari perawatan psychiatric di rumah sakit
  2. Co-occurring obsessive-compulsive disorder (OCD)
  3. Umur pada episode manic pertama
  4. Jumlah dan frekwensi dari episode-episode manic.
Ilmuwan-ilmuwan terus menerus mempelajari ciri-ciri ini, yang mungkin membantu mereka menemukan gen-gen yang menyebabkan penyakit bipolar suatu hari.
Namun gen-gen bukan satu-satunya faktor risiko untuk penyakit bipolar. Studi-studi dari kembar-kembar yang identis telah menunjukan bahwa kembar dari seseorang dengan penyakit bipolar tidak selalu mengembangkan penyakit. Ini adalah penting karena kembar-kembar yang identis berbagi semua gen-gen yang sama. Hasil-hasil studi menyarankan faktor-faktor selain gen-gen juga berpengaruh. Agaknya, adalah mungkin bahwa banyak gen-gen yang berbeda dan lingkungan seseorang terlibat. Bagaimanapun, ilmuwan-ilmuwan masih belum mengerti sepenuhnya bagaimana faktor-faktor ini berinteraksi untuk menyebabkan penyakit bipolar.

2.6.2 Fungsi dan struktur otak

Studi-studi pencitraan otak membantu ilmuwan-ilmuwan belajar apa yang terjadi pada otak dari orang dengan penyakit bipolar. Alat-alat pencitraan otak yang lebih baru, seperti functional magnetic resonance imaging (fMRI) dan positron emission tomography (PET), mengizinkan peneliti-peneliti mengambil gambar-gambar dari otak hidup yang sedang bekerja. Alat-alat ini membantu ilmuwan-ilmuwan mempelajari struktur dan aktivitas otak.
Beberapa studi-studi imaging (pencitraan) menunjukan bagaimana otak-otak dari orang-orang dengan penyakit bipolar mungkin berbeda dari otak-otak orang-orang sehat atau orang-orang dengan penyakit-penyakit mental lain. Contohnya, satu studi yang menggunakan MRI menemukan bahwa pola dari perkembangan otak pada anak-anak dengan penyakit bipolar adalah serupa dengan yang pada anak-anak dengan "multi-dimensional impairment", penyakit yang menyebabkan gejala-gejala yang tumpang tindih sedikit banyak dengan penyakit bipolar dan schizophrenia. Ini menyarankan bahwa pola yang umum dari perkembangan otak mungkin dihubungkan dengan risiko umum untuk suasana-suasana hati yang tidak stabil.
Mempelajari lebih banyak tentang perbedaan-perbedaan ini, bersama dengan informasi yang diperoleh dari studi-studi genetik, membantu ilmuwan-ilmuwan mengerti lebih baik penyakit bipolar. Suatu hari ilmuwan-ilmuwan mungkin mampu untuk memprediksi tipe-tipe yang mana dari perawatan akan bekerja paling efektif. Mereka mungkin bahkan menemukan cara-cara untuk mencegah penyakit bipolar.

2.7 Mendiagnosa Penyakit Bipolar

Langkah pertama dalam mendapatkan diagnosis yang benar adalah berbicara pada dokter, yang mungkin melakukan pemeriksaan fisik, wawancara, dan tes-tes lab. Penyakit bipolar sekarang ini tidak dapat diidentifikasi melalui tes darah atau scan otak, namun tes-tes ni dapat membantu menyampingkan faktor-faktor yang berkontribusi lainnya, seperti stroke atau tumor otak. Jika persoalan-persoalan tidak disebabkan oleh penyakit-penyakit lain, dokter mungkin melakukan evaluasi kesehatan mental. Dokter mungkin juga menyediakan referral (penunjukan) pada ahli kesehatan mental yang terlatih, seperti psikiater, yang berpengalaman dalam mendiagnosa dan merawat penyakit bipolar.
Dokter atau ahli kesehatan mental harus melakukan evaluasi diagnostik yang komplit. Ia harus mendiskusikan segala sejarah keluarga dari penyakit bipolar atau penyakit-penyakit mental lain dan mendapatkan sejarah gejala-gejala sepenuhnya. Dokter atau ahli-ahli kesehatan mental harus juga berbicara dengan saudara-saudara dekat seseorang atau pasangan (suami/istri) dan mencatat bagaimana mereka menggambarkan gejala-gejala dan sejarah medis keluarga seseorang.
Orang-orang dengan penyakit bipolar lebih mungkin mencari bantuan ketika mereka tertekan (depresi) daripada ketika mengalami mania atau hypomania. Oleh karenanya, sejarah medis yang saksama diperlukan untuk meyakinkan bahwa penyakit bipolar tidak didiagnosa secara salah sebagai penyakit depresi utama, yang juga disebut unipolar depression. Tidak seperti orang-orang dengan penyakit bipolar, orang-orang yang mempunyai unipolar depression tidak mengalami mania. Kapan saja mungkin, rekaman-rekaman dan masukan sebelumnya dari keluarga dan teman-teman harus juga dimasukan dalam sejarah medis.

2.8 Merawat Penyakit Bipolar

Sekarang ini, tidak ada penyembuhan untuk penyakit bipolar. Namun perawatan yang benar membantu kebanyakan orang-orang dengan penyakit bipolar memperoleh kontrol yang lebih baik dari turun naiknya suasana hati mereka dan gejala-gejala yang berhubungan. Ini juga adalah benar untuk orang-orang dengan bentuk-bentuk yang paling parah dari penyakit.
Karena penyakit bipolar adalah penyakit seumur hidup dan berulang (kambuh), orang-orang dengan penyakit perlu perawatan jangka panjang untuk mempertahankan kontrol dari gejala-gejala bipolar. Rencana perawatan pemeliharaan yang efektif termasuk pengobatan dan psikoterapi untuk mencegah kekambuhan dan mengurangi keparahan gejala.

2.8.1 Obat-Obat

Penyakit bipolar dapat didiagnosa dan obat-obat diresepkan oleh orang-orang dengan M.D. (doctor of medicine). Biasanya, obat-obat bipolar diresepkan oleh psikiater. Pada beberapa negarabagian, ahli-ahli psikologi klinik, praktisi-praktisi perawat psikiatrik, dan spesialis-spesialis perawat psikiatri yang telah maju dapat juga meresepkan obat-obat.
Tidak setiap orang merespon pada obat-obat dalam cara yang sama. Beberapa obat-obat yang berbeda mungkin perlu dicoba sebelum perjalanan perawatan yang paling baik ditemukan.
Memelihara peta (grafik) dari gejala-gejala suasana hati harian, perawatan-perawatan, pola-pola tidur, dan kejadian-kejadian hidup dapat membantu dokter menelusuri dan merawat penyakit paling efektif. Adakalanya ini disebut grafik kehidupan harian. Jika gejala-gejala seseorang berubah atau jika efek-efek sampingan menjadi serius, dokter mungkin merubah atau menambah obat-obat.
Beberapa tipe-tipe dari obat-obat yang umumnya digunakan untuk merawat penyakit bipolar didaftar pada lembar berikut. Informasi pada obat-obat dapat berubah. Untuk informasi yang paling terkini atas penggunaan dan efek-efek sampingan hubungi U.S. Food and Drug Administration (FDA).
  1. Obat-obat penstabil suasana hati biasanya adalah pilihan pertama untuk merawat penyakit bipolar. Pada umumnya, orang-orang dengan penyakit bipolar melanjutkan perawatan dengan penstabil-penstabil suasana hati bertahun-tahun. Kecuali untuk lithium, banyak dari obat-obat ini adalah anticonvulsants. Obat-obat anticonvulsant biasanya digunakan untuk merawat seizures, namun mereka juga membantu mengontrol suasana-suasana hati. Obat-obat ini umumnya digunakan sebagai penstabil-penstabil suasana hati pada penyakit bipolar:
a)       Lithium (adakalanya dikenal sebagai Eskalith atau Lithobid) dahulu adalah obat penstabil suasana hati pertama yang disetujui oleh U.S. Food and Drug Administration (FDA) pada tahun 1970an untuk perawatan mania. Ia seringkali sangat efektif dalam mengontrol gejala-gejala dari mania dan mencegah kekambuhan dari episode-episode manic dan depresi.
b)       Valproic acid atau divalproex sodium (Depakote), disetujui oleh FDA pada tahun 1995 untuk perawatan mania, adalah alternatif yang populer pada lithium untuk penyakit bipolar. Ia umumnya seefektif lithium untuk merawat penyakit bipolar.
c)       Lebih baru-baru ini, anticonvulsant lamotrigine (Lamictal) menerima persetujuan FDA untuk perawatan pemeliharaan dari penyakit bipolar.
d)       Obat-obat anticonvulsant lain, termasuk gabapentin (Neurontin), topiramate (Topamax), dan oxcarbazepine (Trileptal) adakalanya diresepkan. Tidak ada studi-studi yang besar telah menunjukan bahwa obat-obat ini lebih efektif daripada penstabil-penstabil suasana hati.
Valproic acid, lamotrigine, dan obat-obat anticonvulsant lain mempunyai peringatan FDA. Peringatan menyatakan bahwa penggunaan mereka mungkin meningkatkan risiko pemikiran-pemikiran dan kelakuan-kelakuan bunuh diri. Orang-orang yang meminum obat-obat anticonvulsant untuk penyakit-penyakit bipolar atau lain harus dimonitor secara ketat untuk gejala-gejala yang baru atau memburuk dari depresi, pemikiran-pemikiran atau kelakuan-kelakuan bunuh diri, atau perubahan-perubahan tidak biasa apa saja dalam suasana hati atau kelakuan. Orang-orang yang meminum obat-obat ini harus tidak membuat perubahan-perubahan apa saja tanpa bicara pada dokter mereka.
2.9 Lithium dan Fungsi Tiroid
Orang-orang dengan penyakit bipolar sering mempunyai persoalan-persoalan kelenjar tiroid. Perawatan Lithium mungkin juga menyebabkan tingkat-tingkat tiroid yang rendah pada beberapa orang-orang. Fungsi tiroid yang rendah , disebut hypothyroidism, telah dihubungkan dengan siklus yang cepat pada beberapa orang-orang dengan penyakit bipolar, terutama wanita-wanita.
Karena terlalu banyak atau terlalu sedikit hormon tiroid dapat menjurus pada perubahan-perubahan suasana hati dan energi, adalah penting untuk meminta dokter memeriksa tingkat-tingkat tiroid secara saksama. Seorang dengan penyakit bipolar mungkin perlu meminum obat tiroid, sebagai tambahan pada obat-obat untuk penyakit bipolar, untuk mempertahankan tingkat-tingkat tiroid yang seimbang.
Bagian-bagia berikut meggambarkan beberapa efek-efek sampingan yang umum dari tipe-tipe yang berbeda dari obat-obat yang digunakan untuk merawat penyakit bipolar.
  1. Penstabil-Penstabil Suasana Hati (Mood Stabilizers)
Pada beberapa kasus-kasus, lithium dapat menyebabkan efek-efek sampingan seperti:
    1. Kegelisahan
    2. Mulut yang kering
    3. Perut Kembung atau salah cerna (indigestion)
    4. Jerawat
    5. Ketidaknyamanan yang tidak biasa pada temperatur-temperatur yang dingin
    6. Nyeri sendi atau otot
    7. Kuku-kuku atau rambut yang rapuh.
Lithium juga menyebabkan efek-efek sampingan yang tidak terdaftar disini. Jika efek-efek sampingan yang sangat mengganggu atau tidak biasa terjadi, katakan pada dokter anda sesegera mungkin.
Jika seorang dengan penyakit bipolar sedang dirawat dengan lithium, adalah penting untuk membuat kunjungan-kunjungan yang teratur pada dokter yang merawat. Dokter perlu memeriksa tingkat-tingkat dari lithium dalam darah orang itu, serta fungsi ginjal dan tiroid.
Obat-obat ini mungkin juga dihubungkan dengan efek-efek sampingan yang jarang namun serius. Bicara dengan dokter yang merawat atau apoteker untuk memastikan anda mengerti tanda-tanda dari efek-efek sampingan untuk obat-obat yang sedang anda minum.
Efek-efek sampingan yang umum dari obat-obat penstabil suasana hati lain termasuk:
    1. Rasa mengantuk
    2. Dizziness
    3. Sakit kepala
    4. Diare
    5. Sembelit
    6. Heartburn
    7. Turun naiknya suasana hati
    8. Hidung yang mampet atau meler, atau gejala-gejala seperti selesma lain.
  1. Atypical Antipsychotics
Beberapa orang-orang mempunyai efek-efek sampingan ketika mereka mulai meminum atypical antipsychotics. Kebanyakan efek-efek sampingan hilang setelah beberapa hari dan seringkali dapat dikendalikan denga berhasil. Orang-orang yang meminum antipsychotics harus tidak mengemudi hingga mereka menyesuaikan diri pada obat baru mereka. Efek-efek sampingan dari banyak antipsychotics termasuk:
    1. Rasa mengantuk
    2. Dizziness (kepeningan) ketika merubah posisi-posisi
    3. Penglihatan yang kabur
    4. Denyut jantung yang cepat
    5. Kepekaan pada matahari
    6. Ruam-ruam kulit
    7. Persoalan-persoalan menstruasi untuk wanita-wanita.
Obat-obat atypical antipsychotic dapat menyebabkan penambahan berat badan yang besar dan perubahan-perubahan pada metabolisme seseorang. Ini mungkin meningkatkan risiko seseorang memperoleh diabetes da kolesterol yang tinggi. Berat badan, tingkat-tingkat glucose, dan tingkat-tingkat lipid seseorang harus dimonitor secara teratur oleh dokter ketika meminum obat-obat ini.
Pada kasus-kasus yang jarang, penggunaan jangka panjang dari obat-obat atypical antipsychotic mungkin menjurus pada kondisi yang disebut tardive dyskinesia (TD). Kondisi menyebabkan gerakan-gerakan otot yang umumnya terjadi sekitar mulut. Seorang dengan TD tidak dapat mengontrol gerakan-gerakan ini. TD dapat mencakup dari ringan sampai parah, dan ia tidak selalu dapat disembuhkan. Beberapa orang-orang dengan TD pulih sebagian atau sepenuhnya setelah mereka berhenti meminum obat.
  1. Antidepressants
Antidepressants yang paling umum diresepkan untuk merawat gejala-gejala dari penyakit bipolar dapat juga menyebabkan efek-efek sampingan yang ringan yang biasanya tidak berlangsung lama. Ini dapat termasuk:
    1. Sakit kepala, yang biasanya hilang dalam beberapa hari.
    2. Mual, yang biasanya hilang dalam beberapa hari.
    3. Persoalan-persoalan tidur, seperti tidak bisa tidur atau rasa mengantuk. Ini mungkin terjadi selama beberapa minggu pertama namun mereka menghilang. Untuk membantu mengurangi efek-efek ini, adakalanya dosis obat dapat dikurangi, atau waktu dari hari meminumnya dapat dirubah.
    4. Agitasi (merasa gugup).
    5. Persoalan-persoalan seks, yang dapat mempengaruhi keduanya pria-pria dan wanita-wanita. Ini termasuk keinginan seks yang berkurang dan persoalan-persoalan mempunyai dan menikmati seks.
Beberapa antidepressants lebih mungkin menyebabkan efek-efek sampingan tertentu daripada tipe-tipe lain. Dokter atau apoteker anda dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang obat-obat ini. Segala reaksi-reaksi yang tidak biasa harus dilaporkan pada dokter segera.
2.9.1 Haruskah wanita-wanita yang hamil atau mungkin menjadi hamil meminum obat untuk penyakit bipolar ?
Wanita-wanita dengan penyakit bipolar yang hamil atau mungkin menjadi hamil menghadapi tantangan-tantangan khusus. Obat-obat penstabil suasana hati dalam penggunaan sekarang ini dapat membahayakan fetus yang sedang berkembang atau bayi yang menyusu. Namun menghentikan obat-obat, apakah tiba-tiba atau berangsur-angsur, secara besar meningkatkan risiko bahwa gejala-gejala bipolar akan kambuh selama kehamilan.
Ilumuwan-ilmuwan masih belum yakin, namun lithium kemungkinan adalah obat penstabil suasana hati yang disenangi untuk wanita-wanita hamil dengan penyakit bipolar. Bagaimanapun, lithium dapat menjurus pada persoalan-persoalan jantung pada fetus. Wanita-wanita perlu tahu bahwa kebanyakan obat-obat bipolar diteruskan nelalui susu payudara. Wanita-wanita hamil dan ibu-ibu yang menyusui harus bicara pada dokter-dokter mereka tentang manfaat-manfaat dan risko-risiko dari perawatan-perawatan yang tersedia.
2.9.2 Psychotherapy
Sebagai tambahan pada pengobatan, psychotherapy, atau terapi "bicara", dapat menjadi perawatan yang efektif untuk penyakit bipolar. Ia dapat menyediakan dukungan, pendidikan, dan bimbingan pada orang-orang dengan penyakit bipolar dan keluarga-keluarga mereka. Beberapa perawatan-perawatan psychotherapy yang digunakan untuk merawat penyakit bipolar termasuk:
  1. Cognitive behavioral therapy (CBT) membantu orang-orang dengan penyakit bipolar belajar untuk merubah pola-pola dan kelakuan-kelakuan pemikiran yang membahayakan atau negatif.
  2. Family-focused therapy termasuk anggota-anggota keluarga. Ia membantu meningkatkan strategi-strategi penanganan keluarga, seperti mengenali episode-episode baru dini dan membantu yang mereka cintai. Terapi ini juga memperbaiki komunikasi dan penyelesaian persoalan.
  3. Interpersonal and social rhythm therapy membantu orang-orang dengan penyakit bipolar memperbaiki hubungan-hubungan mereka dengan yang lain-lain dan mengendalikan rutinitas-rutinitas harian mereka. Rutinitas-rutinitas harian regular dan jadwal-jadwal tidur mungkin membantu melindungi terhadap episode-episode manic.
  4. Psychoeducation mengajari orang-orang dengan penyakit bipolar tentang penyakit dan perawatannya. Perawatan ini membantu orang-orang mengenali tanda-tanda dari kekambuhan sehingga mereka dapat mencari perawatan awal, sebelum episode sepenuhnya terjadi. Biasanya dilakukan dalam satu kelompok, psychoeducation mungkin juga bermanfaat untuk anggota-anggota keluarga dan pemberi-pemberi perawatan.
Ahli psikologi yang berlisensi, pekerja sosial, atau penasihat-penasihat secara khas menyediakan terapi-terapi ini. Ahli kesehatan mental ini seringkali bekerja dengan psychiatrist untuk menjejaki kemajuan. Jumlah, frekwensi, dan tipe dari sesi-sesi harus berdasarkan pada keperluan-keperluan perawatan dari setiap orang. Seperti dengan pengobatan, mengikuti instruksi-instruksi dokter untuk psikoterapi apa saja akan menyediakan manfaat yang paling besar.
Baru-baru ini, percobaan klinik yang dibiayai oleh NIMH yang disebut Systematic Treatment Enhancement Program for Bipolar Disorder (STEP-BD). Ini adalah studi yang paling besar yang pernah dilaukan untuk prnyakit bipolar. Pada studi atas psikoterapi-psikoterapi, peneliti-peneliti STEP-BD membandingkan orang-orang dalam dua kelompok-kelompok. Kelompok pertama dirawat dengan perawatan kolaboratif (tiga sesi-sesi dari psychoeducation melalui enam minggu). Kelompok kedua dirawat dengan pengobatan dan psikoterapi yang intensif (30 sesi-sesi melalui sembilan bulan dari CBT, interpersonal dan terapi irama sosial, atau terapi yang berfokus pada keluarga). Peneliti-peneliti menemukan bahwa kelompok kedua mempunyai lebih sedikit kekambuhan-kekambuhan, angka-angka perawatan rumah sakit yang lebih rendah, dan lebih mampu untuk melekat dengan rencana-rencana perawatan mereka. Mereka juga lebih mungkin membaik lebih cepat dan dalam keadaan baik lebih lama.
NIMH mendukung lebih banyak penelitian pada kombinasi-kombinasi mana dari psikoterapi dan pengobatan bekerja paling baik. Tujuannya adalah membantu orang-orang dengan penyakit bipolar hidup bebas dari gejala untuk periode-periode yang lebih lama dan untuk pulih dari episode-episode lebih cepat. Peneliti-peneliti juga berharap untuk menentukan apakah psikoterapi membantu menunda permulaan dari penyakit bipolar pada anak-anak yang berada pada risiko yang tinggi untuk penyakit.

2.9.3 Perawatan-perawatan lain
  1. Electroconvulsive Therapy (ECT) -- Untuk kasus-kasus dimana obat dan/atau psychotherapy tidak bekerja, electroconvulsive therapy (ECT) mungkin bermanfaat. ECT, dahulu dikenal sebagai "shock therapy", pernah mempunyai reputasi buruk. Namun pada tahun-tahun baru-baru ini, ia telah memperbaiki secara besar dan dapat menyediakan pembebasan untuk orang-orang dengan penyakit bipolar yang parah yang telah tidak mampu untuk merasa lebih baik dengan perawatn-perawatan lain. Sebelum ECT dimasukan, pasien mengambil muscle relaxant (pengendur otot) dan ditaruh dibawah anestesi (pembiusan) yang singkat. Ia tidak secara sadar merasakan impuls elektrik yang dimasukan pada ECT. Rata-rata, perawatan-perawatan ECT berlangsung dari 30-90 detik. Orang-orang yang mempunyai ECT biasanya pulih setelah 5-15 menit dan mampu pulang ke rumah pada hari yang sama.  Adakalanya ECT digunakan untuk gejala-gejala bipolar jika kondisi-kondisi medis lain, termasuk kehamilan, membuat penggunaan dari obat-obat terlalu berisiko. ECT adalah perawatan yang sangat efketif untuk episode-episode depresi yang parah, manic, atau campuran, namun umumnya tidak sebagai perawatan garis pertama.
ECT mungkin menyebabkan efek-efek sampingan jangka pendek, termasuk kebingungan, disorientasi, dan kehilangan memori. Namun efek-efek sampingan ini secara khas hilang segera setelah perawatan. Orang-orang dengan penyakit bipolar harus mendiskusikan kemungkinan manfaat-manfaat dan risiko-risiko dari ECT dengan dokter yang berpengalaman.
  1. Obat-Obat Tidur -- Orang-orang dengan penyakit bipolar yang mempunyai kesulitan tidur biasanya tidur lebih baik setelah mendapatkan perawatan untuk penyakit bipolar. Bagaimanpun, jika tidak bisa tidur tidak membaik, dokter mungkin menyarankan perubahan pada obat-obat. Jika persoalan-persoalan masih berlanjut, dokter mungkin meresepkan obat-obat penenang atau obat-obat tidur lain. Orang-orang dengan penyakit bipolar harus memberitahu dokter mereka tentang semua obat-obat yang diresepkan, obat-obat tanpa resep (over-the-counter), atau suplemen-suplemen yang mereka minum. Obat-obat dan suplemen-suplemen tertentu yang diminum bersama mungkin menyebabkan efek-efek yang tidak diinginkan atau berbahaya.

2.9.4 Yang Orang Dengan Penyakit Bipolar Dapat Harapakan Dari Perawatan

Penyakit bipolar tidak ada penyembuhan, namun dapat secara efektif dirawat melalui jangka panjang. Ia paling baik dikontrol jika perawatannya terus menerus, daripada sekali-kali. Pada studi STEP-BD, sedikit lebih banyak dari setengah dari orang-orang yang dirawat untuk penyakit bipolar pulih melalui waktu satu tahun. Pada studi ini, pulih berarti mempunyai dua atau lebih sedikit gejala-gejala dari penyakit untuk paling sedikit delapan minggu.
Bagaimanapun, bahkan dengan perawatan yang benar, perubahan-perubahan suasana hati (mood) dapat terjadi. Pada studi STEP-BD, hampir stengah dari mereka yang telah pulih masih mempunyai gejala-gejala yang tetap hidup. Orang-orang ini mengalami kekambuhan yang biasanya adalah kembali ke keadaan depresi. Jika seorang mempunyai penyakit mental sebagai tambahan pada penyakit bipolar, ia lebih mungkin mengalami kekambuhan. Ilmuwan-ilmuwan tidak pasti, bagaimanapun, bagaimana penyakit-penyakit lain ini atau gejala-gejala yang tetap hidup meningkatkan kesempatan kekambuhan. Untuk beberapa orang-orang, menggabungkan psychotherapy dengan pegobatan mungkin membantu mencegah atau menunda kekambuhan.
Perawatan mungkin lebih efektif jika orang-orang bekerja dengan erat dengan dokter dan bicara secara terbuka tentang kekhawatiran-kekhawatiran dan pilihan-pilihan mereka. Memepertahankan jejak dari perubahan-perubahan suasana hati dan gejala-gejala dengan graphik kehidupan harian dapat membantu dokter menilai respon seseorang pada perawatan-perawatan. Adakalanya dokter memerlukan untuk merubah rencana perawatan untuk memastikan gejala-gejala terkontrol dengan paling efektif. Psychiatrist harus menuntun segala perubahan-perubahan pada tipe atau dosis obat.
2.9.5 Bagaimana Saya Dapat Membantu Diri Saya Jika Saya Mempunyai Penyakit Bipolar ?
Mungkin adalah sangat sulit untuk mengambil langkah pertama itu untuk membantu diri anda sendiri. Mungkin memakan waktu, namun anda dapat menjadi lebih baik dengan perawatan.  Untuk membantu diri anda sendiri:
  1. Bicara pada dokter anda tentang opsi-opsi dan kemajuan perawatan
  2. Pertahankan rutinitas regular, seperti memakan makanan-makanan pada waktu yang sama setiap hari dan pergi tidur pada waktu yang sama setiap malam
  3. Coba untuk mendapatkan tidur yang cukup. Tetap pada pengobatan anda
  4. Belajar tentang tanda-tanda peringatan yang mensinyalir perubahan kedalam depresi atau mania
  5. Harapkan gejala-gejala anda membaik secara berangsur-angsur, tidak segera.








BAB 3
SIMPULAN

Penyakit bipolar, juga dikenal sebagai penyakit manic-depressive, adalah penyakit otak yang menyebabkan perubahan-perubahan yang tidak biasa pada suasana hati, energi, tingkat-tingkat aktivitas, dan kemampuan untuk melakukan tugas-tugas harian. Gejala-gejala dari penyakit bipolar adalah parah. Mereka berbeda dari naik dan turun yang normal yang setiap orang melaluinya dari waktu ke waktu. Gejala-gejala penyakit bipolar dapat berakibat pada hubungan-hubungan yang rusak, pencapaian sekolah atau pekerjaan yang buruk, dan bahkan bunuh diri. Namun penyakit bipolar dapat dirawat, dan orang-orang dengan penyakit ini dapat menjalankan kehidupan-kehidupan yang penuh dan produktif.










DAFTAR PUSTAKA

Yosep,iyus. 2007. Keperawatan jiwa. Bandung : PT. Refika Aditama.
Nasir, Abdul dan muhith, Abdul.2011.Dasar – Dasar Keperawatan Jiwa pengantar dan teori. Jakarta. Salemba medika.