Kamis, 04 Oktober 2012
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Introduksi Pada Penyakit Bipolar
Penyakit bipolar atau Bipolar
disorder, selain itu dikenal sebagai manic depression atau bipolar
depression, adalah penyakit suasan hati (keadaan jiwa) yang relatif umum
yang mempengaruhi kira-kira 5.7 juta orang-orang Amerika. Dikarakteristikan
oleh episode-episode dari depresi yang bergantian dengan keadaan-keadaan
euphoric (sangat gembira), gejala-gejala dari penyakit bipolar adalah beberapa
dan seringkali mempengaruhi fungsi harian dari individu dan hubungan-hubungan
antar pribadi.
Gejala-gejala penyakit bipolar
termasuk depresi dan perasaan-perasaan putus asa selama fase depresi dari
kondisi. Gejala-gejala depresi lain termasuk pikiran-pikiran bunuh diri,
perubahan-perubahan pada pola-pola tidur, dan kehilangan minat pada
aktivitas-aktivitas yang pernah menjadi sumber dari kesenangan. Apa yang
membedakan penyakit bipolar dari depresi utama adalah kejadian dari
episode-spidoes manic, seringkali digambarkan sebagai "puncak-puncak"
emosional, diantara episode-episode dari depresi. Gejala-gejala dari
keadaan-keadaan manic adalah bervariasi dan termasuk kegelisahan, energi yang
meningkat, suasana hati yang sangat gembira, pemikiran-pemikiran yang
tergesa-gesa, keputusan yang buruk, kelakuan yang mengganggu atau provokatif,
kesulitan berkonsentrasi, dan keperluan yang berkurang untuk tidur. Orang-orang
yang mengalami episode-episode manic seringkali berbicara dengabn cepat,
nampaknya sangat teriritasi, dan mungkin mempunyai kepercayaan-kepercayaan yang
tidak realistik tentang kekuatan dan kemampuan mereka sendiri.
Untungnya, penyakit bipolar adalah
kondisi yang dapat dirawat. Dengan perawatan yang tepat, kebanyakan orang-orang
yang menderita penyakit bipolar dapat mencapai penstabilan yang substansial
dari turun naiknya suasana hati mereka dan mampu memimpin kehidupan yang
normal. Perawatan dari penyakit bipolar termasuk obat-obat yang dikenal sebagai
"mood stabilizers (penstabil-penstabil suasana hati)". Lithium
(Eskalith, Lithobid) adalah penstabil suasana hati yang paling umum
diresepkan untuk orang-orang dengan penyakit bipolar, namun beberapa obat-obat
anticonvulsant, termasuk valproate (Depakote) atau carbamazepine
(Tegretol), juga dapat mempunyai efek-efek penstabil suasana hati dan
mungkin digunakan pada perawatan dari penyakit bipolar.
BAB 2
TINJAUAN
TEORI
2.1 Definisi Penyakit Bipolar
Penyakit bipolar, juga dikenal
sebagai penyakit manic-depressive, adalah penyakit otak yang menyebabkan perubahan-perubahan yang tidak
biasa pada suasana hati, energi, tingkat-tingkat aktivitas, dan kemampuan untuk
melakukan tugas-tugas harian. Gejala-gejala dari penyakit bipolar adalah parah.
Mereka berbeda dari naik dan turun yang normal yang setiap orang melaluinya
dari waktu ke waktu. Gejala-gejala penyakit bipolar dapat berakibat pada
hubungan-hubungan yang rusak, pencapaian sekolah atau pekerjaan yang buruk, dan
bahkan bunuh diri. Namun penyakit bipolar dapat dirawat, dan orang-orang dengan
penyakit ini dapat menjalankan kehidupan-kehidupan yang penuh dan produktif.
Penyakit bipolar seringkali
berkembang pada akhir masa remaja seseorang atau pada tahun-tahun awal masa
dewasa. Paling sedikit setengah dari semua kasus-kasus mulai sebelum umur 25
tahun. Beberapa orang-orang mempunyai gejala-gejala pertama mereka selama masa
kanak-kanak, sementara yang lain-lain mungkin mengembangkan gejala-gejala jauh
kemudian dalam kehidupannya.
Penyakit bipolar tidak mudah untuk
disoroti ketika ia mulai. Gejala-gejala mungkin nampak seperti
persoalan-persoalan yang terpisah, tidak dikenali sebagai bagian-bagian dari
persoalan yang besar. Beberapa orang-orang menderita bertahun-tahun sebelum
mereka didiagnosa dan dirawat secara benar. Seperti diabetes atau penyakit
jantung, penyakit bipolar adalah penyakit jangka panjang yang harus
dikelola secara hati-hati sepanjag kehidupan seseorang.
2.2 Teori Biologi tentang
Gangguan Mood
1. Data
Genetik
Penelitian
mengenai factor genetis pada gangguan unipolar dan bipolar melibatkan keluarga
dan anak kembar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar 10 – 15 % keluarga
dari pasien yang mengalami gangguan bipolar pernah mengalami satu episode
gangguan mood (Davison et al, 2004).
Pada gangguan unipolar, meskipun factor genetic memengaruhi, namun kurang
menentukan dibandingkan gangguan bipolar. Risiko akan meningkat pada keluarga
pasien yang memiliki onset muda saat mengalami gangguan. Berdasarkan beberapa
data yang diperoleh bahwa onset awal untuk depresi, munculnya delusi, dan
komorbiditas dengan gangguan kecemasan dan alkoholisme meningkatkan risiko pada
keluarga (Davison et al, 2004).
2. Neurochemistry
dan Mood Disorder
Dua
neurotransmitter yang berperan dalam gangguan mood adalah norepinefrin dan
serotonin. Norepinefrin terkait dengan gangguan bipolar, di mana tingkat
norepinefrin yang rendah menyebabkan depresi dan tingkat yang tinggi
menyebabkan mania. Sementara itu untuk serotonin, tingkatnya yang rendah juga
menyebabkan depresi. Terdapat dua kelompok obat untuk depresi, yaitu tricyclics
dan monoamine oxidase (MAO) inhibitors.
3. Sistem
Neuroendokrin
Area
limbic di otak berhubungan dengan emosi yang memengaruhi hipotalamus.
Hipotalamus kemudian mengontrol kelenjar endokrin dan tingkat hormone yang
dihasilkannya. Hormone yang dihasilkan hipotalamus juga memengaruhi kelenjar
pituitary. Relevansinnya terkait dengan gejala vegetative pada gangguan
depresi, seperti gangguan tidur dan rangsangan selera. Berbagai temuan
mendukung hal tersebut, bahwa orang yang depresi memiliki tingkat kortisol
(hormone adrenokortikal) yang tinggi. Hal itu disebabkan produksi yang berlebih
dari pelepasan hormone rotropin oleh hipotalamus (Davison et al, 2004). Produksi yang berlebih dari kortisol pada orang yang
depresi juga menyebabkan semakin banyaknya kelenjar adrenal (Davison et al, 2004). Banyaknya kortisol
tersebut juga berhubungan dengan kerusakan pada hipokampus dan penelitian juga
telah membuktikan bahwa pada orang depresi menunjukkan hipokampal yang tidak
normal. Penelitian mengenai Sindrom Cushing’s juga dikaitkan dengan tingginya
tingkat kortisol pada gangguan depresi.
4. Teori
Neurobiologis
Teori
biologis memfokuskan pada abnormalitas morepinefrin (NE) dan serotonin (5-HT).
hipotesis katekolamin menyatakan bahwa depresi disebabkan oleh rendahnya kadar
NE otak, dan peningkatan NE menyebabkan mania. Pada beberapa pasien, kadar MHPG
(metabolit utama NE rendah). Hipotesis indolamin menyatakan bahwa rendahnya
neurotransmitter serotonin (5-HT) otak menyebabkan depresi dan peningkatan
serotonin (5-HT) yang dapat menyebabkan mania. Hipotesis lain menyatakan bahwa
penurunan NE menyebabkan maniak, hnya bila kadar serotonin 5-HT, serta
menghambat monoamine oksidase inhibitor mengoksidasi NE. Penelitian terbaru
menyatakan bahwa mungkin terdapat hipometabolisme otak di lobus frontalis, yang
menyeluruh pada depresi atau beberapa abnormalitas fundamental ritmik sirkadian
pada pasien-pasien depresi.
5. Neurotransmiter
dan sinaps
Jaringan
otak terdiri atas berjuta-juta sel otak yang disebut neuron. Sel ini terdiri
atas badan sel, ujung akson, dan dendrit. Bagian di antara ujung sel neuron
satu dengan yang lain terdapat celah yang disebut celah snaptik atau sinapsis.
Satu neuron menerima berbagai macam informasi yang datang, mengolah atau
mengintegrasikan informasi tersebut, lalu mengeluarkan responnya yang dibawa
suatu senyawa neuro kimiawi yang disebut neurotransmitter. Terjadinya potensial
aksi dalam membrane sel neuron memungkinkan dilepaskannya molekul
neurotransmitter dari akson terminalnya (prasinaptik) ke celah sinaptik, lalu
ditangkap reseptor di membrane sel dendrit dari neuron berikutnya. Selanjutnya
terjadilah loncatan listrik dan komunikasi neurokimiawi antara dua neuron. Pada
reseptor bisa terjadi supersensitivitas dan subsensitivitas. Supersensitivitas
berarti respon reseptor lebih tinggi dari biasanya, yang menyebabkan
neurotransmiter yang ditarik ke celah sinap lebih banyak jumlahnya sehingga
berakibat pada naiknya kadar neurotransmiter di celah sinaptik tersebut.
Subsensitivitas reseptor adalah bila terjadi sebaliknya. Bila reseptor di blok
oleh obat tertentu, maka kemampuannya menerima neurotransmiter akan hilang dan
neurotransmitter yang ditarik ke celah sinap akan berkurang sehingga
menyebabkan menurunnya kadar neurotransmitter tertentu di celah sinap.
6. Monoamin
dan depresi
Penelitian-penelitian sebelumnya menunjukan bahwa
zat-zat yang menyebabkan kurangnya monoamin, seperti reserpine dapat menyebabkan
depresi. Akibatnya, timbul teori yang menyatakan bahwa berkurangnya
ketersediaan neurotransmiter monoamin, terutama NE dan serotonin, dapat
menyebabkan depresi. Teori ini di perkuat dengan ditemukannya obat anti
depresaan trisiklik dan monoamine oksidasi
inhibitor yang bekerja meningkatkan monoamine disinaps. Peningkatan monoamine
dapat memperbaiki depresi.
7. Serotonin
Neuro serotogenik terproyeksi dari nucleus rafe
dorsalis batang otak ke kortek serebri, thalamus, ganglia basalis, septum, dan
hipokarpus. Proyeksi ke tempat-tempat ini mendasari keterlibatan dalam
gangguan-gangguan psikiatrik. Ada sekitar 14 reseptor serotonin, 5-HT1A yang
terletak di lokasi yang berbeda di susunan saraf pusat. Serotonin berfungsi
sebagai pengatur tidur, selera makan, dan libido. System serotonin yang
berproyeksi ke nucleus suprakiasme hipotalamus berfungsi mengatur ritmik
sirkadian ( siklus tidur bangun, temperature tubuh, dan fungsi aksis HPA ).
Serotonik bersama-sama dengan norepinefrin dan dopamine memfalitasi gerak motorik
yang terarah dan bertujuan. Serotonin menghambat perilaku agresif pada mamalia
dan reptilia. Neurotransmiter serotonin terganggu pada depresi . berdasarkan
penelitian HT1A dan 5-HT2A pada pasien dengan depresi berat. Adanya gangguan
serotonin dapat menjadi tanda kerentanan terhadap kekambuhan depresi. Semntara
itu, penelitian lainnya melaporkan bahwa respon serotonin menurun di daerah
prefrontal dan temporopariental pada penderita depresi yang tidak mendapatkan
pengobatan. Kadar serotonin rendah pada penderita depresi yang agresif dan
bunuh diri. Triptofan merupakan precursor serotonin. Triptofan juga menurun
pada pasien depresi. Penurunan kadar triptofan juga dapat menurunkan mood pada
pasien depresi yang remisi individunya yang mempunyai riwayat keluarga
penderita depresi. Memori, atensi, dan fungsi eksekutif yang juga dipengaruhi
kekurangan triptofan. Neurotisisme dikaitkan dengan gangguan mood, tetapi tidak
melalui serotonin. Ia dikaitkan dengan fungsi kognitif yang terjadi sekunder
akibat kekurangan triptofan. Hasil metabolisme serotonin adalah 5-HIAA (
Hidroksiendolasektidacid). Terdapat penuirunan 5-HIAA di cairan serebrospinal
pada penderita depresi. Penurunan ini sering terjadi pada penderita depresi
dengaan usaha-usaha bunuh diri. Penurunan serotonin pada depresi juga dilihat
dari penelitian EEG tidur dan HPA aksis. Hipofrontalis aliran darah otak dan
penurunan metabolisme glikosa otak sesuai penurunan serotonin. Pada penderita
depresi mayor didapatkan penumpulan respon serotonin prefontal dan temporoparental.
Hal ini menunjukan bahwa adanya gangguan serotonin pada depresi.
8. Noradigenerik
Badan sel neuroadrenergik yang menghasilkan
norepinefrin terletak di locus cerules (LC) batang otak dan berproyeksi ke
korteks serebri, system limbik, basal ganglia, hipotalamus, dan thalamus. Ia
berperan dalam memulai dan mempertahankan keterjangan ( proyeksi ke limbiks dan
korteks ). Proyeksi noradrenegik ke hipokampus terlibat dalam sensitisasi
perilaku terhadap stressor dan pemanjangan aktifasi locus serulus dan juga
berkontribusi terhadap rasa ketidak berdayaan yang dipelajari. Locus serulus
juga tempat neuron-neuron yang berproyeksi ke medulla adrenal dan sumber utama
sekresi noreprinefin kedalam sirkulasi darah perifer. Stressor akut dapat
meningkatkan aktifitas LC. Selama terjadi aktifasi fungsi LC, fungsi fegetatif
seperti makan dan tidur menurun. Persepsi terhadap stressor di tangkap oleh
korteks yang sesuai dan melalui thalamus diteruskan ke LC, selanjutnya ke
komponen simpatoadrenal sebaagai respon terhadap stressor akut tersebut. Proses
kognitif dapat memperbesar atau memperkecil respon simpatoadrenal terhadap
stresot akut tersebut. Rangsangan terhadap bundle forebrain ( jaras
noreprinefrin penting di otak ) meningkat pada perilaku yang mencari rasa senang
dan perilaku yang bertujuan. Stressor yang menetap dapat menurunkan kadar
noreprinefrin di forebrain medial. Penurunan ini dapat menyebabkan anergia,
anhedonia, dan penurunan libido pada depresi. Hasil metabolism noreprinefrin
adalah 3-methoxy-4-hydroxyphenilglycol ( MHPG ). Penurunan aktifitas
noreprinefrin sentral dapat dilihat berdasarkan penurunan ekskresi MHPG.
Beberapa penelitian menunjukan bahwa MHPG mengalami defisiensi pada penderita
depresi. Kadar MHPG yang keluar di urine meningkat kadarnya pada penderita
depresi yang di ECT ( terapi kejang listrik )
9. Dopamine
Ada 4 jaras dopamine di otak, yaitu
tuberoinfundobulair, nigrostriatal, mesolimbic, mesokorteks-mesolimbik. System
ini berfungsi untuk mengatur motifasi, konsentrasi, memulai aktifitas yang
bertujuan, terarah dan kompleks, serta tugas-tugas fungsi eksekutif. Penurunan
aktifitas dopamine pada system imun di kaitkan dengan gangguan kognitif,
motoric, anhedonia yang merupakan manifestasi symptom depresi.
10. Neurotransmiter
lain
Neuro kolinergik mengandung asetilkolin yang
terdistribusi difus di korteks serebri dan mempunyai hubungan timbal balik
dengan system monoamine, abnormal kadar kolin ( precursor asetilkolin )
terdapat di otak pasien depresi. Obat yang bersifat agonis kolinergik dapat menyebabkan
letargi, alergi, dan letradasi psikomotor pada orang normal. Selain itu, ia
juga dapat mengeksraserbrasi simtom-simtom depresi dan mengurangi simtom mania.
Gamma-aminobutyric acid (GABA) memiliki efek inhibisi terhadap monoamine,
terutama pada system mesokorteks dan mesolimbic. Pada penderita depresi didapat
penurunan gaba. Stresor kronik dapat mengurangi kadar gaba dan antidepresor
dapat meningkatkan regulasi reseptor gaba. Asam amino glutamate dan glisin
merupakan neurotransmiter utama di SSP, yang terdistribusi hampir diseluruh
otak. Ada lima reseptor glutamat, yaitu NMDA, kainat, L-AP4 dan ACPD. Bila
berlebihan, glutamate bias menyebabkan neurotoksik. Obat-obat yang antagonis
terhadap NMDA mempunyai efek anti depresan.
11. HPA
aksis (Hypothaliamic-Pituitary-Adrenal).
Bila pengalaman yang terbentuk steresor dalam
kehidupan sehari-hari kita tercatat dalam korteks selebri dan sistem limbik
sebagai steresor atau emosi yanh menggangu, bagian dari otak ini akan mengirim
pesan ke tubuh. Tubuh meningkatkan kewaspadaan untuk mengatasi steresor
tersebut. Target adalah kalenjar adrenal. Adrenal akan mengeluarkan hormon
kortisol untuk mempertahankan kehidupan. Kortisol memegang peranan penting
dalam mengatur tidur, nafsu makan, fungsi ginjal, sistem imun, dan semua faktor
penting kehidupan. Peningkatan aktifitas glukokortikoid (kortisol) merupakan
respons utama terhadap stresor. Kadar kortisol yang meningkat menyebabkan
“umpan balik”, yaitu hipotalamus menekan sekresi cortikotropik-releasing
hormone (CHR), kemudian mengirimkan pesan ini ke hipofisis sehingga hipofisis
juga menurunkan proses adrenocortictropin hormon (ACTH). Akhirnya peasan ini
juga di teruskan kembali ke adrenal untuk mengurangi produksi kortisol.
Pengalaman buruk seperti penganiayaan pada masa anak atau penelantaran pada
awal perkembangan merupakan faktor yang bermakna untuk terjadinya gangguan mood
pada masa dewasa. Sistem CHR merupakan sistem yang paling terpengaruh oleh
stresor yang doalami seseorang pada awal kehidupannya. Stresor yang berulang menyebabkan
peningkatan sekresi CRH dan penurunan sensitivitas reseptor CRH adenohipofisis.
Stresor pada awal masa perkembangan ini dapat menyebabkan perubahan yang
menetap pada sistem neuribiologik atau dapat membuat jejak pada sistem saraf
yang berfungsi merespons stresor tersebut. Akibatnya, seseorang menjadi rentan
terhadap stresor dan resiko terhadap penyakit-penyakit yang berkaitan dengn
stresor yang meningakat, seperti terjadinya depresi setelah dewasa. Stresor
pada awal kehidupan seperti perpisahan dengan ibu, pola pengasuhan buruk,
menyebabkan hiperaktivitas sistem neuron CRH sepanjang kehidupannya. Setelah
dewasa, reaktivitas aksis HPA sangat berlebihan terhadap stresor. Adanya faktor
genetik yang disertai dengan stresor diawal kehidupan, mengakibatkan
hiperaktivitas dan sensitivitas yang menetap pada sistem saraf. Keadaan ini
menjadi dasar kerentanan seseorang terhadap depresi setelah dewasa. Depresi
dapat dicetuskan hanya oleh stresor yang derajatnya sangat ringan. Peneliti
lain melaporkan bahwa respons sistem otonom dan hipofisis –adrenal terhadap
stresor psikisosial pada wanita dengan depresi yang mempunyai riwayat
penyiksaan fisik dan seksual ketika mas anak lebih tinggi dibanding kontrol.
Stresor berat diawal kehidupan menyebabkan kerentanan biologik seseorang
terhadap stresor. Kerentanan ini menyebabkan sekresi CHR sangat tinggi bila
orang tersebut mengalami menghadapi stresor. Sekresi tinggi CHR ini akan
berpengaruh pula pada tempat diluar hipotalamus, misalnya di hipokampus.
Akibatnya mekanisme “umpan balik” semakin terganggu. Hal ini menyebabkan
ketidakmampuan kortisol menekan sekresi CRH sehingga pelepasan CRH semakin
tinggi. Hal ini mempermudah seseoarang mengalami depresi mayor, bila berhadap
dengan stresor. Peningkatan aktivitas aksis HPA meningkatkan kadar kortisol.
Bila peningakatan kadar kortisol berlangsung lama, kerusakan hipokampus dapat
terjadi. Kerusakan ini menjadi prediposisi depresi. Simtom gangguan kognitif
pada depresi dikaitkan denga gangguan hipokampus. Hiperaktivitas aksis HPA merupakan penemuan yang hampir selalu
konsisten pada gangguan depresi mayaor. Gangguan aksis HPA pada depresi dapat
ditunjukan dengan adanya hiperkolesterolemia, resistennya sekresi kortisol
terhadap supresi deksametason, tidak adanya respon ACTH terhadap pemberian CRH,
dan peningkatan konsentrasi CRH di cairan serebrospinal. Gangguan aksis HPA,
pada keadaan depresi, terjadi akibat tidak berfungsinya sistem otoregulasi atau
fungsi inhibisi umpan balik. Hal ini dapat diketahui dengan tes DST (Dexamethasone
Supression Test).
Teori
Biologi pada Gangguan Biopolar (Mania)
1. Neurotrasmiter
pada mania (gangguan bipolar). Otak mengguanakan sejumlah senyawa neurokimiawi
sebagai pembawa pesan untuk komunikasi berbagai bagian di otak dan sistem
saraf. Senyawa neurokimiawi ini, dikenal sebagai neurotransmiter, sangat
esensial bagi semua semua fungsi otak. Sebagai pembawa peasan, mereka datang
dari satu tempat dan pergi ke tempat lain untuk menyampaikan pesan-pesanya.
Bila satu sel saraf (neuron) berakhir, di dekatnya ada neuron lainnya. Satu
neuron mengirimkan pesan dengan mengeluarkan neurotrasmiter menuju ke dendrit
neuron di dekatnya melalui celah sinaptik, ditnggakp reseptor-reseptor pada
celah sinaptik tersebut. Neurotrasmiter yang berpengaruh pada terjadinya
gangguan bipolar adalah dopamin, norepinefin, serotonin, GABA, glutamat, dan
asetikolin. Selain itu, peneliti-peneliti jugan menunjukkan adanya kelompok
neurotrasmiter lain yang berperan penting pada timbulnya mania, yaitu golongan
neuropeptida, termasuk endorfin, somatostatin, vasopresin, dan oksitosin.
Diketahui bahwa neurotrasmoter-neurotrasmiter ini, dalam beberapa cara, tidak
seimbang (unbalanced) pada otak individu mania dibanding otak individu normal,
misalnay GABA diketahui menurun kadarnya dalam darah dan cairan spinal pada
pasien mania. Nerepinefrin meningkat kadarnya pada celah sinaptik, tetapi
dengan serotonin normal. Dopamin juga meningkat kadarnya pada celah sinaptik,
menimbulkan hiperaktifitas, agresivitas dan mania, seperti halnya dengan skizofrenia.
Antidepresan trisiklik dan MAO inhibitor yang meningkatkan epinefrin bisa
merangsang timbulnay mania, dan antipsikotik yang memblok reseptor dopamin yang
menurunkan kadar dopamin bisa memperbaiki mania, seperti juga pada skizofrenia.
2. An
Integrated Theory of Bipolar Disorder. Gangguan bipolar merefleksiakan adanya
gangguan pada sistem motivasional yang di sebut dengan behavioral activation
system (BAS) . BAS memfasilitasi kemempuan manusia untuk mendekati atau
memperoleh penghargaan (reward) dari lingkungannya dal hal ini teleh dikaitkan
dengan positive emotional states, karakteristik kepribadian seperti ekstrovert,
peningkatan energi, dan berkurangnya kebutuhan untuk tidur. Secara biologis,
BAS diyakini terkait dengan jalur saraf dalam otak yang melibatkan dopamine
neurotransmitter dan juga terkait dengan perilaku untuk memperoleh reward.
Peristiwa kehidupan yang melibatkan pencapain tujuan atau reward diprediksi
meningkatkan simtom mania. Sementara itu, peristiwa positif lainnya tidak
terkait denga perubahan pada sitom mania, dan pencapaian tujuan tidak terkait
denga perubahan dalam simtom depresi. Denga demikian BAS dan manifestasi
perilakunya, yaitu pencapaian tujuan diasosiasikan denga simtom mulai dari
gangguan bipolar.
2.3 Gejala-Gejala Dari Penyakit Bipolar
Orang-orang dengan penyakit bipolar
mengalami keadaan-keadaan emosional yang hebatnya tidak biasa yang terjadi pada
periode-periode yang beda yang disebut "mood episodes (episode-episode
suasana hati)". Keadaan yang sangat penuh kegembiraan disebut manic
episode, dan keadaan yang sangat sedih atau tanpa harapan disebut depressive
episode. Adakalanya, episode suasana hati termasuk gejala-gejala dari
keduanya mania dan depresi. Ini disebut keadaan campuran (mixed state). Orang-orang
dengan penyakit bipolar juga mungkin eksplosif dan teriritasi selama episode
suasana hati (mood episode).
Perubahan-perubahan yang ekstrim
pada energi, aktivitas, tidur, dan kelakuan berjalan bersama dengan
perubahan-perubahan pada suasana hati ini. Adalah mungkin untuk seseorang
dengan penyakit bipolar untuk mengalami periode yang berlangsung lama dari
suasana-suasana hati yang tidak stabil daripada episode-episode yang terpisah
dari depresi atau mania.
Seseorang mungkin sedang mempunyai
episode penyakit bipolar jika ia mempunyai sejumlah gejala-gejala manic atau
depresi untuk hampir sepanjang hari, hampir setiap hari, untuk paling sedikit
satu atau dua minggu. Adakalanya gejala-gejalanya begitu parah sehingga orang
itu tidak dapat berfungsi di tempat kerja, sekolah, atau rumah. Gejala-gejala
dari penyakit bipolar digambarkan dibawah.
Gejala-gejala dari mania atau
episode manic termasuk:
|
Gejala-gejala dari depresi atau
episode depresi termasuk:
|
Perubahan-Perubahan Suasana Hati :
Perubahan-Perubahan Kelakuan :
|
Perubahan-Perubahan Suasana Hati :
Perubahan-Perubahan Kelakuan
|
Sebagai tambahan pada mania dan
depresi, penyakit bipolar dapat menyebabkan jajaran dari suasana-suasana hati,
seperti ditunjukan pada skala.
Satu sisi dari skala termasuk depresi yang parah, depresi
yang sedang, dan suasana hati rendah yang ringan. Depresi sedang mungkin
menyebabkan gejala-gejala yang kurang ekstrim, dan suasana hati rendah yang
ringan disebut dysthymia jika ia kronis atau berjangka panjang. Di
tengah-tengah skala adalah suasana hati yang normal atau seimbang.
Pada ujung lain dari skala adalah
hypomania dan mania yang parah. Beberpa orang-orang dengan penyakit bipolar
mengalami hypomania. Selama episode-episode hypomanic, seorang mungkin
mempunyai energi dan tingkat-tingkat aktivitas yang meningkat yang adalah tidak
separah khas mania, atau ia mungkin mempunyai episode-episode yang berlangsung
kurang dari satu minggu dan tidak memerlukan perawatan gawat darurat. Seseorang
yang mempunyai episode hypomanic mungkin merasa sangat baik, berproduktif
sangat tinggi, dan berfungsi baik. Orang ini mungkin tidak merasa bahwa ada
sesuatu yang tidak benar bahkan ketika famili dan teman-teman mengenali turun
naiknya suasana hati sebagai kemungkinan penyakit bipolar. Tanpa perawatan yang
benar, bagaimanapun, orang-orang dengan hypomania mungkin mengembangkan mania
atau depresi yang parah.
Selama keadaan campuran,
gejala-gejala seringkali termasuk agitasi, kesulitan tidur, perubahan-perubahan
utama pada nafsu makan, dan pikiran bunuh diri. Orang-orang pada keadaan
campuran mungkin merasa sangat sedih atau putus asa sementara merasakan sangat
bertenaga.
Adakalanya, seorang dengan
episode-episode yang parah dari mania atau depresi juga mempunyai gejala-gejala
psychotic, seperti halusinasi-halusinasi atau delusi-delusi
(khayalan-khayalan). Gejala-gejala psychotic cenderung mencerminkan suasana
hati seseorang yang ekstrim. Contohnya, gejala-gejala psychotic untuk seseorang
yang mempunyai episode manic mungkin termasuk kepercayaan bahwa ia terkenal,
mempunyai banyak uang, atau mempunyai kekuatan-kekuatan khusus. Pada cara yang
sama, seseorang yang mempunyai episode depresi mungkin percaya ia hancur dan
tidak beruang sepeserpun, atau telah melakukan kejahatan. Sebagai akibatnya,
orang-orang dengan penyakit bipolar yang mempunyai gejala-gejala psychotic
adakalanya salah didiagnosa sebagai mempunyai schizophrenia, penyakit
mental parah lainnya yang dihubungkan dengan halusinasi-halusinasi dan
khayalan-khayalan.
Orang-orang dengan penyakit bipolar
mungkin juga mempunyai persoalan-persoalan kelakuan. Mereka mungkin
menyalahgunakan alkohol dan unsur-unsur, mempunyai persoalan-persoalan
hubungan, atau berkinerja buruk di sekolah atau tempat keja. Pada mulanya,
adalah tidak mudah untuk mengenali persoalan-persoalan ini sebagai tanda-tanda
dari penyakit mental utama.
2.4 Bagaimana Penyakit Bipolar Mempengaruhi
Seseorang Melalui Waktu ?
Penyakit bipolar biasanya
berlangsung seumur hidup. Episode-episode dari mania dan depresi secara khas
datang kembali melalui waktu. Antara episode-episode, banyak orang-orang dengan
penyakit bipolar bebas dari gejala-gejala, namun beberapa orang-orang mungkin
mempunyai gejala-gejala yang tetap hidup.
Dokter-dokter biasanya mendiagnosa
penyakit-penyakit mental menggunakan petunjuk-petunjuk dari Diagnostic and
Statistical Manual of Mental Disorders, atau DSM. Menurut DSM, ada
empat tipe-tipe dasar dari penyakit bipolar:
- Penyakit Bipolar I terutama ditentukan oleh episode-episode manic atau campuran yang berlangsung paling sedikit tujuh hari, atau oleh gejala-gejala manic yang begitu parah sehingga orang itu perlu segera perawatan rumah sakit. Biasanya, orang itu juga mempunyai episode-episode depresi, secara khas berlangsung paling sedikit dua minggu. Gejala-gejala dari mania atau depresi harus menjadi perubahan utama dari kelakuan normal seseorang.
- Penyakit Bipolar II ditentukan oleh pola dari episode-episode depresi yang berubah mondar-mandir dengan episode-episode hypomanic, namun bukan sepenuhnya episode-episode manic atau campuran.
- Bipolar Disorder Not Otherwise Specified (BP-NOS) didiagnosa ketika seseorang mempunyai gejala-gejala dari penyakit yang tidak memenuhi kriteria diagnostik untuk salah satu dari bipolar I atau II. Gejala-gejala mungkin tidak berlangsung cukup lama, atau orang itu mungkin mempunyai terlalu sedikit gejala-gejala, untuk didiagnosa dengan bipolar I atau II. Bagaimanapun, gejala-gejala adalah dengan jelas keluar dari batasan kelakuan normal seseorang.
- Penyakit Cyclothymic, atau Cyclothymia, adalah bentuk ringan dari penyakit bipolar. Orang-orang yang mempunyai cyclothymia mempunyai episode-episode dari hypomania yang berubah mondar mandir dengan depresi ringan untuk paling sedikit dua tahun. Bagaimanapun, gejala-gejala tidak memenuhi kebutuhan-kebutuhan diagnostik untuk tipe lain apa saja dari penyakit bipolar.
Beberapa orang-orang mungkin
didiagnosa dengan rapid-cycling bipolar disorder. Ini adalah ketika
seorang mempunyai empat atau lebih episode-episode dari depresi utama, mania,
hypomania, atau gejala-gejala campuran dalam satu tahun. Beberapa orang-orang
mengalami lebih dari satu episode dalam satu minggu, atau bahkan dalam satu
hari. Rapid cycling nampaknya lebih umum pada orang-orang yang mempunyai
penyakit bipolar yang parah dan mungkin lebih umum pada orang-orang yang
mempunyai episode pertama mereka pada umur yang lebih muda. Satu studi
menemukan bahwa orang-orang rapid cycling mempunyai episode pertama mereka
kira-kira empat tahun lebih awal, selama pertengahan sampai akhir tahun-tahun
remaja, daripada orang-orang tanpa penyakit rapid cycling bipolar. Rapid
cycling mempengaruhi lebih banyak wanita-wanita daripada pria-pria.
Penyakit bipolar cenderung memburuk
jika ia tidak dirawat. Melalui waktu, seorang mungkin menderita episode-episode
lebih sering dan lebih parah daripada ketika penyakitnya pertama timbul. Juga,
penundaan-penundaan dalam mendapatkan diagnosis dan perawatan yang benar
membuat seseorang lebih mungkin mengalami persoalan-persoalan pribadi, sosial,
dan yang berhubungan dengan pekerjaan.
Diagnosis dan perawatan yang benar
membantu orang-orang dengan penyakit bipolar menjalankan kehidupan-kehidupan
yang sehat dan produktif. Pada kebanyakan kasus-kasus, perawatan dapat membantu
mengurangi frekwensi dan keparahan dari episode-episode.
2.5 Penyakit-Penyakit Yang Seringkali Hadir Bersama Dengan Penyakit Bipolar
Penyalahgunaan zat kimia adalah sangat umum diantara orang-orang
dengan penyakit bipolar, namun alasan-alasan untuk hubungan ini tidak jelas.
Beberapa orang-orang dengan penyakit bipolar mungkin mencoba merawat
gejala-gejala mereka dengan alkohol atau obat-obatan terlarang. Bagaimanapun,
penyalahgunaan zat kimia mungkin mencetuskan atau memperpanjang gejala-gejala
bipolar, dan persoalan-persoalan mengontrol kelakuan yang berhubungan dengan
mania dapat berakibat pada seorang minum terlalu banyak alkohol.
Penyakit-penyakit ketakutan, seperti post-traumatic stress
disorder (PTSD) dan social phobia, juga sering terjadi bersamaan
diantara orang-orang dengan penyakit bipolar. Penyakit bipolar juga terjadi
bersamaan dengan attention deficit hyperactivity disorder (ADHD), yang
mempunyai beberapa gejala-gejala yang tumpang tindih dengan penyakit bipolar,
seperti kegelisahan dan mudah dikacaukan.
Orang-orang dengan penyakit bipolar juga berada pada risiko yang
lebih tinggi untuk penyakit tiroid, sakit kepala migraine, penyakit jantung, diabetes, obesity (kegemukan), dan penyakit-penyakit
fisik lainnya. Penyakit-penyakit ini mungkin menyebabkan gejala-gejala dari
mania atau depresi. Mereka mungkin juga berakibat dari perawatan untuk penyakit
bipolar.
Penyakit-penyakit lain dapat membuatnya sulit untuk mendiagnosa dan
merawat penyakit bipolar. Orang-orang dengan penyakit bipolar harus memonitor
kesehatan fisik dan mental mereka. Jika gejala tidak menjadi lebih baik dengan
perawatan, mereka harus memberitahu dokter mereka.
2.6 Faktor-Faktor Risiko Untuk Penyakit Bipolar
Ilmuwan-ilmuwan sedang mempelajari kemungkinan penyebab-penyebab
dari penyakit bipolar. Kebanyakan ilmuwan-ilmuwan setuju bahwa tidak ada
penyebab tunggal. Agaknya, banyak faktor-faktor kemungkinan beraksi bersama
untuk menghasilkan penyakit atau meningkatkan risiko.
2.6.1 Genetik-Genetik
Penyakit bipolar cenderung beredar di keluarga-keluarga, jadi
peneliti-peneliti mencari gen-gen yang mungkin meningkatkan kesempatan
seseoarng mengembangkan penyakit. Gen-gen adalah "building blocks"
dari keturunan. Mereka membantu mengontrol bagaimana tubuh dan otak bekerja dan
tumbuh. Gen-gen dikandung didalam sel-sel orang yang diturunkan dari orangtua
ke anak-anak.
Anak-anak dengan orangtua atau saudara kandung yang mempunyai
penyakit bipolar adalah empat sampai enam kali lebih mungkin mengembangkan penyakit,
dibanding dengan anak-anak yang tidak mempunyai sejarah penyakit bipolar
keluarga. Bagaimanpun, kebanyakan anak-anak dengan sejarah penyakit bipolar
keluarga tidak akan mengembangkan penyakit.
Penelitian genetik pada penyakit bipolar sedang dibantu oleh
kemajuan-kemajuan dalam teknologi. Tipe penelitian ini sekarang jauh lebih
cepat dan lebih jauh jangkaunnya daripada masa lalu. Satu contoh adalah
peluncuran dari Bipolar Disorder Phenome Database, dibiayai sebagian
oleh NIMH. Menggunakan database, ilmuwan-ilmuwan akan mampu menghubungkan
tanda-tanda yang terlihat dari penyakit dengan gen-gen yang mungkin
mempengaruhi mereka. Sejauh ini, peneliti-peneliti yang menggunakan database
ini menemukan bahwa kebanyakan orang-orang dengan penyakit bipolar mempunyai:
- Kehilangan pekerjaan karena penyakit mereka
- Penyakit-penyakit lain pada saat yang sama, terutama penyalahgunaan alkohol dan/atau zat kimia dan penyakit-penyakit panik
- dirawat atau dirumah sakitkan untuk penyakit bipolar.
Peneliti-peneliti juga mengidentifikasi ciri-ciri tertentu yang
nampaknya beredar di keluarga-keluarga, termasuk:
- Sejarah dari perawatan psychiatric di rumah sakit
- Co-occurring obsessive-compulsive disorder (OCD)
- Umur pada episode manic pertama
- Jumlah dan frekwensi dari episode-episode manic.
Ilmuwan-ilmuwan terus menerus mempelajari ciri-ciri ini, yang
mungkin membantu mereka menemukan gen-gen yang menyebabkan penyakit bipolar
suatu hari.
Namun gen-gen bukan satu-satunya faktor risiko untuk penyakit
bipolar. Studi-studi dari kembar-kembar yang identis telah menunjukan bahwa
kembar dari seseorang dengan penyakit bipolar tidak selalu mengembangkan
penyakit. Ini adalah penting karena kembar-kembar yang identis berbagi semua
gen-gen yang sama. Hasil-hasil studi menyarankan faktor-faktor selain gen-gen
juga berpengaruh. Agaknya, adalah mungkin bahwa banyak gen-gen yang berbeda dan
lingkungan seseorang terlibat. Bagaimanapun, ilmuwan-ilmuwan masih belum
mengerti sepenuhnya bagaimana faktor-faktor ini berinteraksi untuk menyebabkan
penyakit bipolar.
2.6.2 Fungsi dan struktur otak
Studi-studi pencitraan otak membantu ilmuwan-ilmuwan belajar apa
yang terjadi pada otak dari orang dengan penyakit bipolar. Alat-alat pencitraan
otak yang lebih baru, seperti functional magnetic resonance imaging (fMRI)
dan positron emission tomography (PET), mengizinkan peneliti-peneliti
mengambil gambar-gambar dari otak hidup yang sedang bekerja. Alat-alat ini
membantu ilmuwan-ilmuwan mempelajari struktur dan aktivitas otak.
Beberapa studi-studi imaging (pencitraan) menunjukan bagaimana
otak-otak dari orang-orang dengan penyakit bipolar mungkin berbeda dari
otak-otak orang-orang sehat atau orang-orang dengan penyakit-penyakit mental
lain. Contohnya, satu studi yang menggunakan MRI menemukan bahwa pola dari
perkembangan otak pada anak-anak dengan penyakit bipolar adalah serupa dengan
yang pada anak-anak dengan "multi-dimensional impairment",
penyakit yang menyebabkan gejala-gejala yang tumpang tindih sedikit banyak
dengan penyakit bipolar dan schizophrenia. Ini menyarankan bahwa pola yang umum
dari perkembangan otak mungkin dihubungkan dengan risiko umum untuk
suasana-suasana hati yang tidak stabil.
Mempelajari lebih banyak tentang perbedaan-perbedaan ini, bersama
dengan informasi yang diperoleh dari studi-studi genetik, membantu
ilmuwan-ilmuwan mengerti lebih baik penyakit bipolar. Suatu hari
ilmuwan-ilmuwan mungkin mampu untuk memprediksi tipe-tipe yang mana dari
perawatan akan bekerja paling efektif. Mereka mungkin bahkan menemukan
cara-cara untuk mencegah penyakit bipolar.
2.7 Mendiagnosa Penyakit Bipolar
Langkah pertama dalam mendapatkan diagnosis yang benar adalah
berbicara pada dokter, yang mungkin melakukan pemeriksaan fisik, wawancara, dan
tes-tes lab. Penyakit bipolar sekarang ini tidak dapat diidentifikasi melalui
tes darah atau scan otak, namun tes-tes ni dapat membantu menyampingkan
faktor-faktor yang berkontribusi lainnya, seperti stroke atau tumor otak. Jika
persoalan-persoalan tidak disebabkan oleh penyakit-penyakit lain, dokter
mungkin melakukan evaluasi kesehatan mental. Dokter mungkin juga menyediakan
referral (penunjukan) pada ahli kesehatan mental yang terlatih, seperti
psikiater, yang berpengalaman dalam mendiagnosa dan merawat penyakit bipolar.
Dokter atau ahli kesehatan mental harus melakukan evaluasi
diagnostik yang komplit. Ia harus mendiskusikan segala sejarah keluarga dari
penyakit bipolar atau penyakit-penyakit mental lain dan mendapatkan sejarah
gejala-gejala sepenuhnya. Dokter atau ahli-ahli kesehatan mental harus juga
berbicara dengan saudara-saudara dekat seseorang atau pasangan (suami/istri)
dan mencatat bagaimana mereka menggambarkan gejala-gejala dan sejarah medis
keluarga seseorang.
Orang-orang dengan penyakit bipolar lebih mungkin mencari bantuan
ketika mereka tertekan (depresi) daripada ketika mengalami mania atau
hypomania. Oleh karenanya, sejarah medis yang saksama diperlukan untuk
meyakinkan bahwa penyakit bipolar tidak didiagnosa secara salah sebagai
penyakit depresi utama, yang juga disebut unipolar depression. Tidak
seperti orang-orang dengan penyakit bipolar, orang-orang yang mempunyai
unipolar depression tidak mengalami mania. Kapan saja mungkin, rekaman-rekaman
dan masukan sebelumnya dari keluarga dan teman-teman harus juga dimasukan dalam
sejarah medis.
2.8 Merawat Penyakit Bipolar
Sekarang ini, tidak ada penyembuhan untuk penyakit bipolar. Namun
perawatan yang benar membantu kebanyakan orang-orang dengan penyakit bipolar
memperoleh kontrol yang lebih baik dari turun naiknya suasana hati mereka dan
gejala-gejala yang berhubungan. Ini juga adalah benar untuk orang-orang dengan
bentuk-bentuk yang paling parah dari penyakit.
Karena penyakit bipolar adalah penyakit seumur hidup dan berulang
(kambuh), orang-orang dengan penyakit perlu perawatan jangka panjang untuk
mempertahankan kontrol dari gejala-gejala bipolar. Rencana perawatan
pemeliharaan yang efektif termasuk pengobatan dan psikoterapi untuk mencegah
kekambuhan dan mengurangi keparahan gejala.
2.8.1 Obat-Obat
Penyakit bipolar dapat didiagnosa dan obat-obat diresepkan oleh
orang-orang dengan M.D. (doctor of medicine). Biasanya, obat-obat bipolar
diresepkan oleh psikiater. Pada beberapa negarabagian, ahli-ahli psikologi
klinik, praktisi-praktisi perawat psikiatrik, dan spesialis-spesialis perawat
psikiatri yang telah maju dapat juga meresepkan obat-obat.
Tidak setiap orang merespon pada obat-obat dalam cara yang sama.
Beberapa obat-obat yang berbeda mungkin perlu dicoba sebelum perjalanan
perawatan yang paling baik ditemukan.
Memelihara peta
(grafik) dari gejala-gejala suasana hati harian, perawatan-perawatan, pola-pola
tidur, dan kejadian-kejadian hidup dapat membantu dokter menelusuri dan merawat
penyakit paling efektif. Adakalanya ini disebut grafik kehidupan harian. Jika
gejala-gejala seseorang berubah atau jika efek-efek sampingan menjadi serius,
dokter mungkin merubah atau menambah obat-obat.
Beberapa tipe-tipe dari obat-obat yang umumnya digunakan untuk
merawat penyakit bipolar didaftar pada lembar berikut. Informasi pada obat-obat
dapat berubah. Untuk informasi yang paling terkini atas penggunaan dan efek-efek
sampingan hubungi U.S. Food and Drug Administration (FDA).
- Obat-obat penstabil suasana hati biasanya adalah pilihan pertama untuk merawat penyakit bipolar. Pada umumnya, orang-orang dengan penyakit bipolar melanjutkan perawatan dengan penstabil-penstabil suasana hati bertahun-tahun. Kecuali untuk lithium, banyak dari obat-obat ini adalah anticonvulsants. Obat-obat anticonvulsant biasanya digunakan untuk merawat seizures, namun mereka juga membantu mengontrol suasana-suasana hati. Obat-obat ini umumnya digunakan sebagai penstabil-penstabil suasana hati pada penyakit bipolar:
a)
Lithium
(adakalanya dikenal sebagai Eskalith atau Lithobid) dahulu adalah
obat penstabil suasana hati pertama yang disetujui oleh U.S. Food and Drug
Administration (FDA) pada tahun 1970an untuk perawatan mania. Ia seringkali
sangat efektif dalam mengontrol gejala-gejala dari mania dan mencegah
kekambuhan dari episode-episode manic dan depresi.
b)
Valproic acid
atau divalproex sodium (Depakote), disetujui oleh FDA pada tahun 1995
untuk perawatan mania, adalah alternatif yang populer pada lithium untuk
penyakit bipolar. Ia umumnya seefektif lithium untuk merawat penyakit bipolar.
c)
Lebih baru-baru ini,
anticonvulsant lamotrigine (Lamictal) menerima persetujuan FDA untuk
perawatan pemeliharaan dari penyakit bipolar.
d)
Obat-obat
anticonvulsant lain, termasuk gabapentin (Neurontin), topiramate
(Topamax), dan oxcarbazepine (Trileptal) adakalanya diresepkan.
Tidak ada studi-studi yang besar telah menunjukan bahwa obat-obat ini lebih
efektif daripada penstabil-penstabil suasana hati.
Valproic acid, lamotrigine, dan obat-obat anticonvulsant lain
mempunyai peringatan FDA. Peringatan menyatakan bahwa penggunaan mereka mungkin
meningkatkan risiko pemikiran-pemikiran dan kelakuan-kelakuan bunuh diri.
Orang-orang yang meminum obat-obat anticonvulsant untuk penyakit-penyakit
bipolar atau lain harus dimonitor secara ketat untuk gejala-gejala yang baru
atau memburuk dari depresi, pemikiran-pemikiran atau kelakuan-kelakuan bunuh
diri, atau perubahan-perubahan tidak biasa apa saja dalam suasana hati atau
kelakuan. Orang-orang yang meminum obat-obat ini harus tidak membuat
perubahan-perubahan apa saja tanpa bicara pada dokter mereka.
2.9 Lithium dan Fungsi Tiroid
Orang-orang dengan penyakit bipolar sering mempunyai
persoalan-persoalan kelenjar tiroid. Perawatan Lithium mungkin juga menyebabkan
tingkat-tingkat tiroid yang rendah pada beberapa orang-orang. Fungsi tiroid
yang rendah , disebut hypothyroidism, telah dihubungkan dengan siklus yang
cepat pada beberapa orang-orang dengan penyakit bipolar, terutama
wanita-wanita.
Karena terlalu banyak atau terlalu sedikit hormon tiroid dapat
menjurus pada perubahan-perubahan suasana hati dan energi, adalah penting untuk
meminta dokter memeriksa tingkat-tingkat tiroid secara saksama. Seorang dengan
penyakit bipolar mungkin perlu meminum obat tiroid, sebagai tambahan pada
obat-obat untuk penyakit bipolar, untuk mempertahankan tingkat-tingkat tiroid
yang seimbang.
Bagian-bagia berikut meggambarkan beberapa efek-efek sampingan yang
umum dari tipe-tipe yang berbeda dari obat-obat yang digunakan untuk merawat
penyakit bipolar.
- Penstabil-Penstabil Suasana Hati (Mood Stabilizers)
Pada beberapa kasus-kasus, lithium dapat menyebabkan efek-efek
sampingan seperti:
- Kegelisahan
- Mulut yang kering
- Perut Kembung atau salah cerna (indigestion)
- Jerawat
- Ketidaknyamanan yang tidak biasa pada temperatur-temperatur yang dingin
- Nyeri sendi atau otot
- Kuku-kuku atau rambut yang rapuh.
Lithium juga menyebabkan efek-efek sampingan yang tidak terdaftar
disini. Jika efek-efek sampingan yang sangat mengganggu atau tidak biasa
terjadi, katakan pada dokter anda sesegera mungkin.
Jika seorang dengan penyakit bipolar sedang dirawat dengan lithium,
adalah penting untuk membuat kunjungan-kunjungan yang teratur pada dokter yang
merawat. Dokter perlu memeriksa tingkat-tingkat dari lithium dalam darah orang
itu, serta fungsi ginjal dan tiroid.
Obat-obat ini mungkin juga dihubungkan dengan efek-efek sampingan
yang jarang namun serius. Bicara dengan dokter yang merawat atau apoteker untuk
memastikan anda mengerti tanda-tanda dari efek-efek sampingan untuk obat-obat
yang sedang anda minum.
Efek-efek sampingan yang umum dari obat-obat penstabil suasana hati
lain termasuk:
- Rasa mengantuk
- Dizziness
- Sakit kepala
- Diare
- Sembelit
- Heartburn
- Turun naiknya suasana hati
- Hidung yang mampet atau meler, atau gejala-gejala seperti selesma lain.
- Atypical Antipsychotics
Beberapa
orang-orang mempunyai efek-efek sampingan ketika mereka mulai meminum atypical
antipsychotics. Kebanyakan efek-efek sampingan hilang setelah beberapa hari dan
seringkali dapat dikendalikan denga berhasil. Orang-orang yang meminum
antipsychotics harus tidak mengemudi hingga mereka menyesuaikan diri pada obat
baru mereka. Efek-efek sampingan dari banyak antipsychotics termasuk:
- Rasa mengantuk
- Dizziness (kepeningan) ketika merubah posisi-posisi
- Penglihatan yang kabur
- Denyut jantung yang cepat
- Kepekaan pada matahari
- Ruam-ruam kulit
- Persoalan-persoalan menstruasi untuk wanita-wanita.
Obat-obat atypical antipsychotic dapat menyebabkan penambahan berat
badan yang besar dan perubahan-perubahan pada metabolisme seseorang. Ini
mungkin meningkatkan risiko seseorang memperoleh diabetes da kolesterol yang
tinggi. Berat badan, tingkat-tingkat glucose, dan tingkat-tingkat lipid
seseorang harus dimonitor secara teratur oleh dokter ketika meminum obat-obat
ini.
Pada kasus-kasus yang jarang, penggunaan jangka panjang dari
obat-obat atypical antipsychotic mungkin menjurus pada kondisi yang disebut tardive
dyskinesia (TD). Kondisi menyebabkan gerakan-gerakan otot yang umumnya
terjadi sekitar mulut. Seorang dengan TD tidak dapat mengontrol gerakan-gerakan
ini. TD dapat mencakup dari ringan sampai parah, dan ia tidak selalu dapat
disembuhkan. Beberapa orang-orang dengan TD pulih sebagian atau sepenuhnya
setelah mereka berhenti meminum obat.
- Antidepressants
Antidepressants yang paling umum diresepkan untuk merawat
gejala-gejala dari penyakit bipolar dapat juga menyebabkan efek-efek sampingan
yang ringan yang biasanya tidak berlangsung lama. Ini dapat termasuk:
- Sakit kepala, yang biasanya hilang dalam beberapa hari.
- Mual, yang biasanya hilang dalam beberapa hari.
- Persoalan-persoalan tidur, seperti tidak bisa tidur atau rasa mengantuk. Ini mungkin terjadi selama beberapa minggu pertama namun mereka menghilang. Untuk membantu mengurangi efek-efek ini, adakalanya dosis obat dapat dikurangi, atau waktu dari hari meminumnya dapat dirubah.
- Agitasi (merasa gugup).
- Persoalan-persoalan seks, yang dapat mempengaruhi keduanya pria-pria dan wanita-wanita. Ini termasuk keinginan seks yang berkurang dan persoalan-persoalan mempunyai dan menikmati seks.
Beberapa antidepressants lebih mungkin menyebabkan efek-efek
sampingan tertentu daripada tipe-tipe lain. Dokter atau apoteker anda dapat
menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang obat-obat ini. Segala reaksi-reaksi yang
tidak biasa harus dilaporkan pada dokter segera.
2.9.1 Haruskah
wanita-wanita yang hamil atau mungkin menjadi hamil meminum obat untuk penyakit
bipolar ?
Wanita-wanita dengan penyakit bipolar yang hamil atau mungkin
menjadi hamil menghadapi tantangan-tantangan khusus. Obat-obat penstabil
suasana hati dalam penggunaan sekarang ini dapat membahayakan fetus yang sedang
berkembang atau bayi yang menyusu. Namun menghentikan obat-obat, apakah
tiba-tiba atau berangsur-angsur, secara besar meningkatkan risiko bahwa
gejala-gejala bipolar akan kambuh selama kehamilan.
Ilumuwan-ilmuwan masih belum yakin, namun lithium kemungkinan adalah
obat penstabil suasana hati yang disenangi untuk wanita-wanita hamil dengan
penyakit bipolar. Bagaimanapun, lithium dapat menjurus pada persoalan-persoalan
jantung pada fetus. Wanita-wanita perlu tahu bahwa kebanyakan obat-obat bipolar
diteruskan nelalui susu payudara. Wanita-wanita hamil dan ibu-ibu yang menyusui
harus bicara pada dokter-dokter mereka tentang manfaat-manfaat dan risko-risiko
dari perawatan-perawatan yang tersedia.
2.9.2 Psychotherapy
Sebagai tambahan pada pengobatan, psychotherapy, atau terapi
"bicara", dapat menjadi perawatan yang efektif untuk penyakit
bipolar. Ia dapat menyediakan dukungan, pendidikan, dan bimbingan pada
orang-orang dengan penyakit bipolar dan keluarga-keluarga mereka. Beberapa
perawatan-perawatan psychotherapy yang digunakan untuk merawat penyakit bipolar
termasuk:
- Cognitive behavioral therapy (CBT) membantu orang-orang dengan penyakit bipolar belajar untuk merubah pola-pola dan kelakuan-kelakuan pemikiran yang membahayakan atau negatif.
- Family-focused therapy termasuk anggota-anggota keluarga. Ia membantu meningkatkan strategi-strategi penanganan keluarga, seperti mengenali episode-episode baru dini dan membantu yang mereka cintai. Terapi ini juga memperbaiki komunikasi dan penyelesaian persoalan.
- Interpersonal and social rhythm therapy membantu orang-orang dengan penyakit bipolar memperbaiki hubungan-hubungan mereka dengan yang lain-lain dan mengendalikan rutinitas-rutinitas harian mereka. Rutinitas-rutinitas harian regular dan jadwal-jadwal tidur mungkin membantu melindungi terhadap episode-episode manic.
- Psychoeducation mengajari orang-orang dengan penyakit bipolar tentang penyakit dan perawatannya. Perawatan ini membantu orang-orang mengenali tanda-tanda dari kekambuhan sehingga mereka dapat mencari perawatan awal, sebelum episode sepenuhnya terjadi. Biasanya dilakukan dalam satu kelompok, psychoeducation mungkin juga bermanfaat untuk anggota-anggota keluarga dan pemberi-pemberi perawatan.
Ahli psikologi yang berlisensi, pekerja sosial, atau
penasihat-penasihat secara khas menyediakan terapi-terapi ini. Ahli kesehatan
mental ini seringkali bekerja dengan psychiatrist untuk menjejaki kemajuan.
Jumlah, frekwensi, dan tipe dari sesi-sesi harus berdasarkan pada keperluan-keperluan
perawatan dari setiap orang. Seperti dengan pengobatan, mengikuti
instruksi-instruksi dokter untuk psikoterapi apa saja akan menyediakan manfaat
yang paling besar.
Baru-baru ini, percobaan klinik yang dibiayai oleh NIMH yang disebut
Systematic Treatment Enhancement Program for Bipolar Disorder (STEP-BD).
Ini adalah studi yang paling besar yang pernah dilaukan untuk prnyakit bipolar.
Pada studi atas psikoterapi-psikoterapi, peneliti-peneliti STEP-BD
membandingkan orang-orang dalam dua kelompok-kelompok. Kelompok pertama dirawat
dengan perawatan kolaboratif (tiga sesi-sesi dari psychoeducation melalui enam
minggu). Kelompok kedua dirawat dengan pengobatan dan psikoterapi yang intensif
(30 sesi-sesi melalui sembilan bulan dari CBT, interpersonal dan terapi irama
sosial, atau terapi yang berfokus pada keluarga). Peneliti-peneliti menemukan
bahwa kelompok kedua mempunyai lebih sedikit kekambuhan-kekambuhan, angka-angka
perawatan rumah sakit yang lebih rendah, dan lebih mampu untuk melekat dengan rencana-rencana
perawatan mereka. Mereka juga lebih mungkin membaik lebih cepat dan dalam
keadaan baik lebih lama.
NIMH mendukung lebih banyak penelitian pada kombinasi-kombinasi mana
dari psikoterapi dan pengobatan bekerja paling baik. Tujuannya adalah membantu
orang-orang dengan penyakit bipolar hidup bebas dari gejala untuk
periode-periode yang lebih lama dan untuk pulih dari episode-episode lebih
cepat. Peneliti-peneliti juga berharap untuk menentukan apakah psikoterapi
membantu menunda permulaan dari penyakit bipolar pada anak-anak yang berada
pada risiko yang tinggi untuk penyakit.
2.9.3 Perawatan-perawatan lain
- Electroconvulsive Therapy (ECT) -- Untuk kasus-kasus dimana obat dan/atau psychotherapy tidak bekerja, electroconvulsive therapy (ECT) mungkin bermanfaat. ECT, dahulu dikenal sebagai "shock therapy", pernah mempunyai reputasi buruk. Namun pada tahun-tahun baru-baru ini, ia telah memperbaiki secara besar dan dapat menyediakan pembebasan untuk orang-orang dengan penyakit bipolar yang parah yang telah tidak mampu untuk merasa lebih baik dengan perawatn-perawatan lain. Sebelum ECT dimasukan, pasien mengambil muscle relaxant (pengendur otot) dan ditaruh dibawah anestesi (pembiusan) yang singkat. Ia tidak secara sadar merasakan impuls elektrik yang dimasukan pada ECT. Rata-rata, perawatan-perawatan ECT berlangsung dari 30-90 detik. Orang-orang yang mempunyai ECT biasanya pulih setelah 5-15 menit dan mampu pulang ke rumah pada hari yang sama. Adakalanya ECT digunakan untuk gejala-gejala bipolar jika kondisi-kondisi medis lain, termasuk kehamilan, membuat penggunaan dari obat-obat terlalu berisiko. ECT adalah perawatan yang sangat efketif untuk episode-episode depresi yang parah, manic, atau campuran, namun umumnya tidak sebagai perawatan garis pertama.
ECT mungkin menyebabkan efek-efek sampingan jangka pendek, termasuk
kebingungan, disorientasi, dan kehilangan memori. Namun efek-efek sampingan ini
secara khas hilang segera setelah perawatan. Orang-orang dengan penyakit
bipolar harus mendiskusikan kemungkinan manfaat-manfaat dan risiko-risiko dari
ECT dengan dokter yang berpengalaman.
- Obat-Obat Tidur -- Orang-orang dengan penyakit bipolar yang mempunyai kesulitan tidur biasanya tidur lebih baik setelah mendapatkan perawatan untuk penyakit bipolar. Bagaimanpun, jika tidak bisa tidur tidak membaik, dokter mungkin menyarankan perubahan pada obat-obat. Jika persoalan-persoalan masih berlanjut, dokter mungkin meresepkan obat-obat penenang atau obat-obat tidur lain. Orang-orang dengan penyakit bipolar harus memberitahu dokter mereka tentang semua obat-obat yang diresepkan, obat-obat tanpa resep (over-the-counter), atau suplemen-suplemen yang mereka minum. Obat-obat dan suplemen-suplemen tertentu yang diminum bersama mungkin menyebabkan efek-efek yang tidak diinginkan atau berbahaya.
2.9.4 Yang Orang Dengan Penyakit Bipolar Dapat Harapakan Dari Perawatan
Penyakit bipolar tidak ada penyembuhan, namun dapat secara efektif
dirawat melalui jangka panjang. Ia paling baik dikontrol jika perawatannya
terus menerus, daripada sekali-kali. Pada studi STEP-BD, sedikit lebih banyak
dari setengah dari orang-orang yang dirawat untuk penyakit bipolar pulih
melalui waktu satu tahun. Pada studi ini, pulih berarti mempunyai dua atau
lebih sedikit gejala-gejala dari penyakit untuk paling sedikit delapan minggu.
Bagaimanapun, bahkan dengan perawatan yang benar,
perubahan-perubahan suasana hati (mood) dapat terjadi. Pada studi STEP-BD,
hampir stengah dari mereka yang telah pulih masih mempunyai gejala-gejala yang
tetap hidup. Orang-orang ini mengalami kekambuhan yang biasanya adalah kembali
ke keadaan depresi. Jika seorang mempunyai penyakit mental sebagai tambahan
pada penyakit bipolar, ia lebih mungkin mengalami kekambuhan. Ilmuwan-ilmuwan
tidak pasti, bagaimanapun, bagaimana penyakit-penyakit lain ini atau
gejala-gejala yang tetap hidup meningkatkan kesempatan kekambuhan. Untuk
beberapa orang-orang, menggabungkan psychotherapy dengan pegobatan mungkin
membantu mencegah atau menunda kekambuhan.
Perawatan mungkin lebih efektif jika orang-orang bekerja dengan erat
dengan dokter dan bicara secara terbuka tentang kekhawatiran-kekhawatiran dan
pilihan-pilihan mereka. Memepertahankan jejak dari perubahan-perubahan suasana
hati dan gejala-gejala dengan graphik kehidupan harian dapat membantu dokter
menilai respon seseorang pada perawatan-perawatan. Adakalanya dokter memerlukan
untuk merubah rencana perawatan untuk memastikan gejala-gejala terkontrol
dengan paling efektif. Psychiatrist harus menuntun segala perubahan-perubahan
pada tipe atau dosis obat.
2.9.5 Bagaimana Saya Dapat
Membantu Diri Saya Jika Saya Mempunyai Penyakit Bipolar ?
Mungkin adalah sangat sulit untuk
mengambil langkah pertama itu untuk membantu diri anda sendiri. Mungkin memakan
waktu, namun anda dapat menjadi lebih baik dengan perawatan. Untuk membantu diri anda sendiri:
- Bicara pada dokter anda tentang opsi-opsi dan kemajuan perawatan
- Pertahankan rutinitas regular, seperti memakan makanan-makanan pada waktu yang sama setiap hari dan pergi tidur pada waktu yang sama setiap malam
- Coba untuk mendapatkan tidur yang cukup. Tetap pada pengobatan anda
- Belajar tentang tanda-tanda peringatan yang mensinyalir perubahan kedalam depresi atau mania
- Harapkan gejala-gejala anda membaik secara berangsur-angsur, tidak segera.
BAB 3
SIMPULAN
Penyakit bipolar, juga dikenal
sebagai penyakit manic-depressive, adalah penyakit otak yang menyebabkan perubahan-perubahan yang tidak
biasa pada suasana hati, energi, tingkat-tingkat aktivitas, dan kemampuan untuk
melakukan tugas-tugas harian. Gejala-gejala dari penyakit bipolar adalah parah.
Mereka berbeda dari naik dan turun yang normal yang setiap orang melaluinya
dari waktu ke waktu. Gejala-gejala penyakit bipolar dapat berakibat pada
hubungan-hubungan yang rusak, pencapaian sekolah atau pekerjaan yang buruk, dan
bahkan bunuh diri. Namun penyakit bipolar dapat dirawat, dan orang-orang dengan
penyakit ini dapat menjalankan kehidupan-kehidupan yang penuh dan produktif.
DAFTAR PUSTAKA
Yosep,iyus. 2007. Keperawatan jiwa.
Bandung : PT. Refika Aditama.
Nasir, Abdul dan muhith, Abdul.2011.Dasar
– Dasar Keperawatan Jiwa pengantar dan teori. Jakarta. Salemba medika.